“Halo?” Efira menyapa seseorang di seberang sana.
Gadis itu menerima panggilan sesaat setelah Alex keluar dari tempat tinggalnya.
'Efira, ini darurat.'
“Kenapa?”
'Kau tau kan kami akan bekerja sama dengan agensi majalah dan butik dari Jepang? Mereka memajukan jadwal meeting-nya. Sedangkan nona Bianca baru saja dilarikan ke rumah sakit. Aku harus mengurus pekerjannya disini. Kau harus menggantikanku ke Jepang untuk beberapa waktu.'
What The Hell, Efira sukses mengumpat dalam hatinya.
“APA KAU SUDAH GILA?”
'Aku mohon, kau sudah mendapatkan ruangan khusus disana. Segala kebutuhanmu juga sudah disiapkan.'
“Kenapa tidak dikerjakan saja disini? Kita bisa mengirim barangnya lewat jasa ekspedisi. Juga bisa mengirim laporan lewat surat elektronik?” Efira mendengus kesal tak menentu arah.
'Aku sudah mengajukan idemu tapi, mereka memajukan semua jadwalnya. Termasuk fashion show yang akan mereka adakan. Mereka tidak mau buang-buang waktu untuk pengiriman barang. Mereka lebih suka jika memantau perkembangannya secara langsung.'
“Haruskah aku mencacimu malam ini?” Efira sudah bertanduk di rumahnya. Apa-apaan lagi kali ini?
'Nanti saja mencacinya. Segera bersiap, pukul sembilan nanti kau harus terbang. Kau akan berangkat menggunakan pesawat perusahaan. Aku percaya padamu.'
Efira melirik jam dinding di ruangannya. Sudah pukul 20.20.
“KAU BENAR-BENAR SIALAN.” Ucap Efira langsung mematikan panggilannya, lalu berlari tunggang langgang kesana kemari menyiapkan segala keperluannya.
“Awas saja, aku akan memberimu pelajaran, Elena. Aish!”
Gadis itu terus mengumpat saat berada di dalam taxi. Dia sudah berada di perjalanan menuju bandara. Otaknya terus memaki rekan kerjanya, Elena.
Sedangkan Alex, setibanya di apartemen, lelaki itu segera melarikan diri ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, dia mencoba setelan yang di berikan Efira. Sahabatnya itu memang terbaik.
Buktinya saja, semua yang di kenakan Alex saat ini, sangat pas untuk badannya. Terasa nyaman.
“Kenapa bisa pas begini?Aku rasa dia belum pernah mengukur badanku.” Gumam lelaki itu bermonolog, memandangi dirinya sendiri pada cermin di hadapannya.
“Baiklah, sudah cukup. Ayo tidur.” Lanjut Alex, membuka satu persatu kancing jasnya.
...***...
Amerika 07.00
Alex sudah berada di tempat kerjanya, lelaki itu sudah berkutat dengan laptopnya. Meneliti bahan-bahan yang akan digunakan untuk presentasi dengan kolega perusahaan.
Ini rapat penting, dirinya harus mendapatkan kontrak dengan perusahaan tersebut bagaimanapun caranya. Lewat presentasi ini, Alex akan menunjukkan kebolehannya di bidang IT.
“Bagaimana Alex, kau sudah siap?”
Itu adalah suara tuan Piton, CEO perusahaan tempatnya bekerja. Suara itu mengintrupsikan tepat pukul 07.45 waktu setempat.
“Tentu tuan, mari ke ruang meeting” Alex dan tuan Piton segera menuju ruang meeting, disana belum ada kolega mereka, lelaki itu segera menyiapkan perlengkapan untuk presentasi. Menyambungkan laptop dengan monitor misalnya.
“Kau mempersiapkan dengan sangat matang ya?” Ujar tuan Piton, menatap Alex yang langsung menghentikan aktivitasnya, memilih memandang lawan bicaranya.
“Bukankah saya biasa melakukan ini?” Jawab Alex sambil tersenyum.
“Maksudku, untuk presentasi kali ini. Penampilanmu sedikit berbeda. Ah, setelanmu sangat bagus, pas sekali di tubuhmu. Dimana kau mendapatkannya?”
Ah, jadi begitu maksudnya. Alex langsung tersenyum pada atasannya itu.
“Ini tidak bisa di dapatkan dimanapun tuan, katakanlah ini adalah produk limited edition. Seseorang merancang setelan ini untukku.” Senyum lelaki itu tidak pernah luntur, membayangkan senyum sahabatnya semalam.
“Aku menunggumu.” Kata-kata itu seperti sengatan listrik di dalam hatinya. Seolah membuat Alex ingin segera pulang dan menemui gadis yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabatnya, Efira.
“Kau sedang jatuh cinta? Apa kekasihmu yang merancangnya?” Tanya tuan Piton, hal itu sukses membuat Alex menetralkan raut wajahnya.
“Ah, bukan. Sahabatku yang merancangnya, tuan.” Jawab Alex, lalu kembali fokus menyiapkan peralatan untuk presentasi.
“Tidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Pasti ada perasaan yang bermain di dalamnya.”
Deg
Perkataan tuan Piton seolah menamparnya telak. Apa benar seperti itu?
Alex terus berfikir di tengah pekerjaannya.
Tidak berselang lama, kolega mereka datang, membuyarkan segala atensi Alex. Tentu saja, setelah itu tanpa basa-basi, Alex segera mempresentasikan rencana kerja sama mereka. Mencoba menarik minat kolega perusahaan dengan ide-idenya yang kreatif.
Hampir tiga jam presentasinya berlangsung, beruntungnya hal memukau itu langsung membuat pihak kolega perusahaan jatuh hati dan berkata, “Deal.” tanpa berpikir panjang.
“Kau bisa mengalahkanku jika seperti ini konsepnya.” Tuan Piton memberikan pujian tersebut di sertai tepukan ringan di pundak Alex. Seolah berkata, ‘Aku bangga padamu’.
“Terimakasih tuan, saya permisi.” Alex membungkukkan badannya, memberi hormat lalu pergi kembali ke ruangannya.
Lelaki itu menatap sekilas ponselnya, tidak ada notifikasi sama sekali. Biasanya sahabatnya akan menghubunginya pagi-pagi, meskipun hanya sekedar mengirim pesan ‘Jangan lupakan sarapanmu. Kau seperti tengkorak hidup sekarang’. Itu mengesalkan tapi, itu juga mencandukan.
“Nanti saja aku hubungi.” Ucap lelaki itu bermonolog, lalu melanjutkan pekerjaannya.
...***...
Di waktu yang sama, Efira masih dalam perjalanan. Gadis itu hanya tertidur di dalam pesawat. Kemungkinan pesawat akan mendarat pagi menjelang siang hari di Jepang. Gadis itu akan langsung berangkat ke perusahaan setelah bersiap di hotel.
Dimana lagi aku bisa istirahat jika bukan disini? Setelah sampai di Jepang tidak ada waktu untuk istirahat. Batin Efira lalu kembali pada mimpinya.
...***...
Ceklek
BRAK
BRAK
BRAK
“EFIRAAA”
Itu adalah teriakan Alex, lelaki itu mencari sahabatnya yang menghilang.
Kamar mandi.
Ruang kerja.
Kamar tamu.
Nihil, tidak ada tanda Efira disana, lalu beralih ke almari Efira. Membukanya dengan kasar.
BRAK
“Apa-apaan ini?” Ucap Alex melebarkan matanya, almari gadis itu terlihat senggang.
Tap
Tap
Tap
Suara langkah Alex terdengar dramatis, lelaki itu hanya memastikan bahwa apa yang ada di pikirannya adalah salah.
Lagi-lagi hanya kecewa yang mampu ditelan saat melihat tidak ada koper berwarna pink di tempatnya.
“Kenapa malah aku yang mendapat kejutan?” Alex bermonolog sendiri, ponselnya sudah ada digenggamannya, mencoba menghubungi sahabatnya yang menghilang di siang hari begini.
Niat ingin memberikan surprise tapi, malah dirinya sendiri yang mendapat surprise.
Tidak ada jawaban dari Efira, hanya operator yang menjelaskan bahwa nomor ponsel Efira sedang berada di luar jangkauan.
Alex terus mencoba menghubungi Efira namun, hasilnya tetap sama.
Bingung.
Hanya itu yang mampu Alex rasakan, pasalnya Efira tidak mengatakan apapun sebelumnya.
Berfikir
Berfikir
Dan ya,
Alex langsung berlari menuju agensi Efira. Tidak ada lagi tersangka utamanya. Jika Efira pulang dulu ke negaranya, itu tidak mungkin. Gadis itu tidak bodoh, ijazahnya saja belum keluar.
“Dimana Efira?” Tanya lelaki itu tanpa basa-basi. Dia sudah tiba di agensi Efira setelah melewati kurang lebih 30 menit perjalanan. Gilanya, lelaki itu langsung menerobos masuk tanpa izin. Menghampiri meja Elena, rekan Efira.
Alex tau betul dengan rekan Efira yang satu ini, tidak ada lagi yang sering di ceritakan sahabatnya selain Elena.
Jangan tanyakan Bagaimana Alex bisa tau ruangan milik Elena. Karena Efira sendiri pernah mengajak Alex ke tempatnya bekerja.
“Apa maksudmu?”
“Aku tidak suka mengulang pertanyaan.” Ucap Alex acuh, membiarkan Elena berfikir sejenak. Tentu saja gadis itu merasa geram, makan siangnya terganggu oleh singa bertanduk.
Setelah mengerti dengan keadaan, Elena dengan santainya mengatakan, “Ke Jepang.”
“APA? Kapan dia pergi?”
“Semalam.” Jawab Elena, melanjutkan makan siangnya.
“Bahkan dia tidak mengabariku.”
“Mungkin dia sedang sibuk. Kau tau, gadis itu terus mengumpat untukku.” Elena mengeluhkan mulut kasr Efira semalam.
“Kau pantas mendapatkannya.”
Jawaban Alex sukses membuat Elena membelalakkan matanya, menatap sahabat rekannya yang sudah menjauh dari mejanya.
Alex sendiri geram, semalam? Bahkan semalam mereka baru saja bertemu.
“Mereka pantas bersama. Sikap keduanya tidak ada bedanya.” Gumam Elena memperhatikan punggung tegas Alex.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments