Kehilangan ... lagi

Matahari semakin meninggi, semua hidangan khas kesukaan lelaki yang paling di nantikan telah tertata rapi diatas meja, sengaja tidak ditutupi tudung saji. Kalau sesuai dengan perkiraan Arman akan tiba jam tiga sore ini.

Kepulangan Arman sang ayah, bukan sekedar mengunjungi anak dan mertuanya saja. Kali ini berbeda karena Arman akan kembali ke ibukota membawa serta anak semata wayangnya. Ya ... Cahaya akan melanjutkan pendidikannya di kota dan tinggal bersamanya. Sebelumnya Arman dan mertuanya akan berangkat umroh terlebih dahulu.

Lima tahun setelah Cahaya lahir, Arman harus bekerja di luar kota mengikut majikannya. Arman adalah supir pribadi keluarga kaya namun baik hati, sudah belasan tahun beliau mengabdi disana. Arman akan pulang mengunjungi anak dan istrinya enam bulan sekali. Pernah beberapa kali, cucu dari sang majikan ikut mengunjungi keluarganya di kampung.

\=\=\=\=

"Hallo, Selamat sore. Iya, benar saya anaknya. Ada apa ya, Pak? Kenapa hape ayah saya bapak yang pegang? bapak siapa?" kegugupan dari pemilik bulu mata lentik itu tidak bisa ia tutupi, perasaannya menjadi tidak karuan. Sebisa mungkin fikiran aneh ia jauhkan.

"Siapa, Nduk?" sosok sepuh yang sedang membaca Al-Qur'an itu pun menghentikan aktifitasnya.

"Ayah, Mbah. Ini yang telepon nomor ayah, tapi yang bicara orang lain." Cahaya berjalan mendekat.

"Coba ditanya yang benar, jangan panik dulu mungkin saja hape ayahmu terjatuh dan ditemukan sesorang. Gorene lah, men mbah seng ngomong!" benda pintar itu kini berpindah tangan.

"Hallo"

"Begini,Bu. Kami dari kepolisian ...." Telepon itu jatuh dari genggaman, pengeras suara yang sempat di aktifkan membuat pembicaraan antara si mbah dengan laki-laki yang ternyata adalah seorang polisi membuat runtuh semua impian Cahaya.

Arman mengalami kecelakaan beruntun. Truck tangki penuh muatan menjadi penyebab utamanya. Mobil yang dikendarai Arman ringsek, Arman mengalamai benturan keras dibagian kepala dan patah tulang karena terjepit.

Dua jam berlalu, Mbah Putri masih tidak sadarkan diri. Beberapa warga sudah mulai berkumpul dan bersiap menerima jenazah Arman. Pak Sani dan keluarga yang merupakan tetangga terdekat Cahaya yang berperan penting menjadi bagian dari keluarga mereka.

Cahaya hanya terduduk diam memeluk kedua kakinya. Menatapi mbah yang seperti tertidur lelap di seberangnya.

Suara Ambulance membuatnya panik, Cahaya berlari keluar rumah menuju asal suara. Mobil putih dengan tulisan merah yang sangat kontras dibadan mobil mengingatkannya pada kejadian sepuluh tahun lalu, saat ibu nya dibawa dengan mobil serupa.

"Ayah ...." suara itu semakin lirih terdengar. Cahaya bersandar di badan mobil, air matanya seperti hujan deras yang mengguyur bumi.

Jenazah Arman di keluarkan, sesuai permintaan keluarga jenazah Arman masih belum dimandikan hanya lukanya saja yang dibersihkan. Cahaya terus memeluk jasad yang sudah tidak bernyawa itu. Betapa merindunya ia, harapan untuk bisa tinggal bersama pupus sudah. Begitu susahnya Aya memantapkan hatinya untuk rela meninggalkan si Mbah untuk mengejar cita-citanya di kota besar, setelah semuanya mantap, Tuhan memberikan jalan lain. Mungkin Allah menginginkan Cahaya tetap bersama dengan wanita yang sudah menggantikan kewajiban ibunya.

Tubuh kaku tersebut di semayamkan, pelayat silih berganti memberikan doa dan semangat kepada Cahaya. Wajah cantik itu kini tidak lagi berseri, matanya semakin membengkak. Cahaya terus berada di sebelah sang ayah. Sesekali kembali memeluknya, dan mengajaknya bicara.

"Ayah, Aya sudah memasak makanan kesukaan ayah. Ayah bangun lah!" hanya itu kata yang terucap dari bibirnya. Tidak sedikit pelayat ikut meneteskan air mata, menatap iba kepada gadis yang kini yatim piatu itu.

Suara jeritan dari arah kamar membuat suasana tegang. Bu Sani keluar dengan wajah tegang.

"Mas, si mbah Mas!" Bu Sani yang sedari tadi menjaga mbah Putri memanggil suaminya. Pak Sani pun bergegas menemui.

\=\=\=\=

Bagaikan tersengat listrik beribu voll, bagai sekarat menuju kematian namun adjal masih belum menghampiri. Ibarat nyawa yang sudah di kerongkongan. Entah apa ungkapan yang sesuai untuk menggambarkan perasaan Cahaya saat ini. Dua kali tidak kuasa menahan perasaan yang tidak pernah dibayangkan, Cahaya jatuh pingsan.

Dua tubuh manusia yang paling ia sayangi di dunia ini sama-sama terbujur kaku. Kain putih telah menutup seluruh tubuh mereka. Arman dan mbah putri kini telah meninggalkan dunia.

Cahaya duduk bersandar, tubuh nestapa itu bersandar dan di peluk oleh wanita yang usianya sedikit dibawah almarhumah mbah putri, namun masih tampak awet dan segar, pakaiannya juga seperti bukan orang sembarangan.

"Menangislah jika menangis itu sedikit mengurangi beban dalam dadamu, Nak. Yang pasti kau harus ikhlas, ini sudah ketentuan dari yang maha kuasa. Kita tidak bisa protes. Jangan pernah berpikir kau sendiri, ada pak Sani dan bu Sani, dan juga masih ada saya. Saya bertanggung jawab untuk melanjutkan hidupmu. Itu janji saya kepada Arman." perempuan itu terus membelai lembut puncak kepala Cahaya.

"Aya ... mbah dan ayah akan segera di shalatkan. Nak Aya mau ikut? kita sholatkan di masjid, setelah itu langsung kita hantar ke pemakaman." ucap bu Sani penuh dengan kasih sayang.

"Iya, Wak. Aya ikut. Ini penghormatan terakhir Aya sama mbah sama ayah." Air mata masih menganak sungai, dengan suara serak Aya menjawab, kemudian berdiri dibantu oleh wanita yang dari tadi bersamanya.

"Oke, nenek juga ikut. Kamu ikut mobil nenek saja ya." ucap perempuan tersebut. Aya hanya menjawab dengan anggukan.

\=\=\=\=\=

Gundukan tanah merah yang bersusun sejajar namun di pisahkan dengan satu makan yang bertuliskan nama ibu dari Cahaya menjadi pemandangan tidak terlupakan bagi Cahaya. Ketiga orang terkasihnya mungkin saat ini telah bersama.

"Ayo kita pulang, Nak."

"Pulang kemana, Wak. Keluarga Aya disini. Aya disini saja. Uwak pulang saja." jawab Cahaya, tangannya terus mengelus nisan kayu yang bertuliskan nama ayahnya.

"Ayah ... Aya sama siapa? kenapa ayah pergi bawa mbah!" gadis itu kembali terisak.

Terpopuler

Comments

🌹🪴eiv🪴🌹

🌹🪴eiv🪴🌹

mengsedih thor

2022-07-01

1

Rahayu Pus

Rahayu Pus

yang tisu....yang tisu yang tisu.....1000an ajA.....mari mari....

2021-10-29

0

Huang jiahong

Huang jiahong

😭😭😭😭

2021-09-21

0

lihat semua
Episodes
1 Menjadi penerang
2 Kehilangan ... lagi
3 Abang!!
4 Hari terakhir
5 Kau bukan pembantu!
6 Sama sekali tidak mengganggu kok!
7 Kalah cepat
8 Aya juga kangen.
9 Telepon dari kampung
10 Sheila itu siapa?
11 Untuk cucu nenek.
12 Bolehkah?!
13 Ke Bali??
14 Keputusan
15 Egois lah sedikit!
16 Lebih baik dengan sepupuku
17 Aku ingin menculikmu!
18 Kenapa kamu kuat?
19 Jadi karena dia!
20 Nenek ....
21 Nggak patah hati?!
22 Berdebar
23 Senja di pematang sawah
24 Ngalor ... ngidul
25 Kita itu sama!
26 Pagi berselimut duka
27 Cahaya Gila?
28 Cerita Cahaya
29 Masih cerita Cahaya
30 Secuil rindu dalam benci
31 Menginap saja, sudah malam!
32 Kopi untuk Hasan.
33 Jadi obat nyamuk
34 Kehujanan
35 Kompor!
36 Perhatian dua laki-laki.
37 Kerinduan gadis yatim piatu
38 Nggak tau malu!
39 Es mulai cair, kebencian terhapus perasaan
40 Benci lenyap, cemburu menguap.
41 Pengumuman
42 Ultimatum Oma
43 Semangat banget sih!
44 Cantik!
45 Aku mencintaimu, Caca!
46 Nggak pernah dandan!
47 Adik kakak?!
48 Cahaya the Eksplorer
49 Angga?! Ngapain dia kesini?
50 Siapa tau mantan!
51 Tuu kan, Mantan!
52 Tutup matanya!
53 Loh ... Ngelindur?!
54 Alergi
55 Motor lo gue sewa!
56 Aya nggak suka ....
57 Suara bak auman singa
58 Oma ... Angga nervous!
59 Satu bulan??
60 Selamat tidur, Istriku!
61 Apa nenek boleh tidur disini?!?
62 Maaf ....
63 Cemburu dengan Mutiara
64 Ucapan Berlian
65 Istri bekas ....
66 Sampainya berapa hari?!
67 Mabuk laut?
68 Bungalow
69 Menangis dalam diam
70 Di luar jadwal
71 Kamu pikir saja sendiri!!
72 Terlalu Rindu ....
73 Ikuti mobil itu, Pak!
74 Nenek!
75 Yang sebenarnya
76 Memanfaatkan kemungkinan kecil
77 Petunjuk
78 Petunjuk 2
79 ... Please ....
80 Ini semua gara-gara abang!!
81 Iya deh, Sultan!
82 Untuk apa Aya takut?
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Menjadi penerang
2
Kehilangan ... lagi
3
Abang!!
4
Hari terakhir
5
Kau bukan pembantu!
6
Sama sekali tidak mengganggu kok!
7
Kalah cepat
8
Aya juga kangen.
9
Telepon dari kampung
10
Sheila itu siapa?
11
Untuk cucu nenek.
12
Bolehkah?!
13
Ke Bali??
14
Keputusan
15
Egois lah sedikit!
16
Lebih baik dengan sepupuku
17
Aku ingin menculikmu!
18
Kenapa kamu kuat?
19
Jadi karena dia!
20
Nenek ....
21
Nggak patah hati?!
22
Berdebar
23
Senja di pematang sawah
24
Ngalor ... ngidul
25
Kita itu sama!
26
Pagi berselimut duka
27
Cahaya Gila?
28
Cerita Cahaya
29
Masih cerita Cahaya
30
Secuil rindu dalam benci
31
Menginap saja, sudah malam!
32
Kopi untuk Hasan.
33
Jadi obat nyamuk
34
Kehujanan
35
Kompor!
36
Perhatian dua laki-laki.
37
Kerinduan gadis yatim piatu
38
Nggak tau malu!
39
Es mulai cair, kebencian terhapus perasaan
40
Benci lenyap, cemburu menguap.
41
Pengumuman
42
Ultimatum Oma
43
Semangat banget sih!
44
Cantik!
45
Aku mencintaimu, Caca!
46
Nggak pernah dandan!
47
Adik kakak?!
48
Cahaya the Eksplorer
49
Angga?! Ngapain dia kesini?
50
Siapa tau mantan!
51
Tuu kan, Mantan!
52
Tutup matanya!
53
Loh ... Ngelindur?!
54
Alergi
55
Motor lo gue sewa!
56
Aya nggak suka ....
57
Suara bak auman singa
58
Oma ... Angga nervous!
59
Satu bulan??
60
Selamat tidur, Istriku!
61
Apa nenek boleh tidur disini?!?
62
Maaf ....
63
Cemburu dengan Mutiara
64
Ucapan Berlian
65
Istri bekas ....
66
Sampainya berapa hari?!
67
Mabuk laut?
68
Bungalow
69
Menangis dalam diam
70
Di luar jadwal
71
Kamu pikir saja sendiri!!
72
Terlalu Rindu ....
73
Ikuti mobil itu, Pak!
74
Nenek!
75
Yang sebenarnya
76
Memanfaatkan kemungkinan kecil
77
Petunjuk
78
Petunjuk 2
79
... Please ....
80
Ini semua gara-gara abang!!
81
Iya deh, Sultan!
82
Untuk apa Aya takut?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!