Rasa kesalku masih saja terbawa sepanjang perjalanan bahkan ketika aku sampai di rumah.
Aku tidak habis pikir kenapa bisa ada manusia punya sikap angkuh seperti pria tadi.
Setelah menyegarkan diri aku juga coba meredam emosi ku dengan menenagkan diri duduk di kursi tempat aku bermalas malasan yang ada di depan teras kamarku.Kebetulan teras kamarku view nya menghadap halaman taman Rima.Dengan tidak sengaja aku kembali melihat Rima sedang bermain bersama kucing yang sering diajaknya mengobrol.
Tapi kali ini rumah Rima terlihat sangat ramai seperti sedang ada acara spesial.Dan kebetulan Rima yang sedang bermain ternyata juga sedang melihatku yang sedang berdiri di teras kamar.
"Ibu guru Naima....?"
Panggil Rima melambaikan tangannya.
"Haiii....."
Balasku melambaikan tangan juga.
"Ayo kesini Bu...."
Rima kembali melambaikan tangannya padaku dan memintaku turun menemuinya.Tentu saja dengan senang hati aku segera turun untk bermain dengannya.Karena aku merasa segala kesedihanku hilang jika melihatnya.
Entah mengapa aku merasa aku begitu dekat dengannya.
"O...jadi rumah ibu guru di sini?"
Tanya Rima padaku begitu menghampirinya.
"Ya sayang,sebenarnya sudah beberapa Minggu yang lalu."
"O...jadi ternyata kita tetangga ya?"
Tanya nya lagi dengan gaya orang dewasa.
"Ya...seperti itu lah ternyata,haha...."
Jawabku dengan tertawa melihat gaya Rima yang begitu lucu jika di ajak berbicara.Seolah olah aku sedang berbicara dengan teman temanku waktu jaman kuliah dulu.
"Jadi karena kita bertetangga bagaimana jika di rumah jangan panggil aku ibu guru."
Kataku.
"Kenapa?"
Tanya Rima.
"Karena jika bertetangga itu,artinya adalah berteman.Katakan padaku apakah kau setuju jika kita berteman?"
Tanyaku pada Rima sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
"Wah....ibu guru mau jadi temanku?"
Tanya Rima kembali.
"Tentu saja..."
Jawabku menganggukan kepala dan tertawa.
"Baiklah aku mau,itu. pasti menyenangkan."
Kata Rima dan menjabat tanganku.
"Jadi kita teman?"
Jawabku menatapnya dengan tangan yang masih berjabatan.
"Teman...."
Balas Rima dengan begitu senang.
"Lalu jika sudah jadi teman aku harus panggil apa?"
Tanya nya kembali.
"Ehm...kau boleh memamggilku bibi Naima atau...mungkin juga bisa memanggil namaku saja Naima karena kita kan sudah menjadi teman."
Jawabku.
"Baiklah kalau begitu aku akan panggil bibi Naima saja biar sopan."
Balas Rima yang lagi lagi membuat aku terkesima dengan semua kata katanya.
"Oh...sayang kau memang anak yang pintar dan sangat menggemaskan."
Kataku sambil mencubit pipinya yang cabi.
"Kau tau bibi Naima aku sangat kita menjadi teman."
Cerita Rima sambil mengelus elus kucingnya.
"Oh ya,kenapa?"
Tanyaku tetap tersenyum.
"Karena selama ini cuma dia yang menjadi temanku."
Jawab Rima menunjuk kucingnya.
"Benarkah,lalu siapa nama temanmu yang lucu ini?"
Tanyaku yang juga ikut mengelus kucing putih itu.
"Namanya binggo."
"Binggo perkenalkan ini teman baru kita namanya bibi Naima."
"Ayo beri salam."
Rima memperkenalkan aku dengan kucing nya yang bernama binggo.
"Hai binggo ....senang berteman denganmu."
Sapaku yang sudah mulai memahami dunia mereka berdua.
"Rima,kenapa terlihat sangat ramai di rumah mu hari ini,apakah kalian sedang mengadakan perayaan?"
Tanyaku.
"Tidak bibi Naima,tapi kami sedang membuat persiapan untuk menyambut kedatangan seseorang spesial."
Jawab Rima.
"Wow....siapa orang yang spesial itu?"
Tanyaku penasaran.
"Ayahku...."
Jawab Rima yang raut wajahnya menjadi berubah cuek.Dan muncul pertanyaan besar dalam benakku melihat ekspresi di wajah Rima.
"Oh ya?"
"Wow....kau pasti senang sekali bukan?"
Tanyaku kembali coba mencari arti dari alasan ekspresi wajah Rima.
Dan dia hanya menggelengkan kepalanya.
"Hei...kenapa?"
"Bukan kah itu bagus sayang,dan ayahmu pasti sangat merindukan mu ."
Kataku dan meyakinkannya.
"Bibi Naima,sebenarnya aku belum pernah bertemu ayahku sama sekali.Nenek bilang ayah sudah pergi ke luar negeri sejak aku bayi untuk bekerja.Setiap kali aku membuat panggilan video call ayah tidak pernah menjawab panggilan ku dengan alasan dia lagi sibuk.Jadi aku fikir mungkin ayah tidak ingin melihat wajahku,lalu bagaimana bisa dia merindukanku."
Cerita Rima padaku begitu polos.
"Oh....sayang.."
Aku langsung memeluknya dengan erat.untuk menyembunyikan air mataku yang menetes merasa sedih mendengar ceritanya dari anak yang masih berusia lima tahun itu.Entah kenapa aku mulai memahami bahwa Rima adalah anak yang kesepian.
"Kau tau,sebenarnya cinta seorang ayah dengan anaknya sama besarnya seperti cinta seorang ibu.Hanya saja mereka sedikit gengsi menunjukkan rasa itu kepada anaknya.Ya...begitulah seorang pria.Tapi di dunia ini tidak ada seorang ayah yang tidak ingin melihat wajah anaknya apalagi tidak merindukannya."
Jelasku coba memberikan pengertian kepada Rima.Meskipun sebenarnya aku sedikit kesal dengan sosok pria yang menjadi ayah Rima setelah mendengar ceritanya.Bagaimana bisa seorang ayah begitu tega tidak menjawab panggilan video call anaknya yang tidak pernah dia lihat meskipun begitu sibuk dirinya.
"Ehm...baiklah lupakan tentang ayah,karena semua ayah selalu sibuk bekerja karena mereka harus memenuhi tanggung jawab mereka sebagai kepala keluarga.Tapi jangan khawatir sayang semuanya akan baik baik saja karena ada ibu kita yang selalu ada untuk kita.Benarkan....?"
Kataku coba menghibur Rima yang ekspresi wajahnya berubah menjadi sedih ketika membicarakan tentang ayahnya.
"Tapi bibi Naima,bahkan aku juga tidak mengenal ibu ku.Nenek bilang ibu ku pergi meninggalkan aku sejak aku bayi.."
Jawab Rima menundukkan kepalanya dan meneteskan air matanya.
"Oh...sayangku,maafkan aku karena teman mu ini telah membuatmu bersedih."
Kataku kembali memeluk Rima dengan erat.Hatiku begitu lirih mendengar cerita Rima.Hatiku bertanya tanya kenapa anak sekecil ini harus mengetahui semua yang seharusnya dia belum pantas tau.Begitu kuat hatinya ia masih bisa tersenyum dan bermain meskipun kedua orang tuanya tidak mendampinginya dalam kesehariannya seperti anak anak yang lain.
"Tidak bibi Naima,sekarang kau adalah sahabatku,dan tidak boleh ada rahasia dalam persahabatan."
Kata Rima yang kembali dengan kata katanya yang dewasa.Aku pun kembali tak kuasa menahan tawa mendengarnya.
"Baiklah ,aku berjanji akan menjadi sahabat yang sangat menyayangimu."
Kataku memeluk Rima dengan semua kasih sayang yang ku punya.
"Binggo juga?"
Tanya nya dalam pelukan ku.
"Tentu saja sayang ...sekarang kita bertiga adalah sahabat yang saling menyayangi."
Kami tertawa begitu lepas dan sejenak mampu melupakan kesedihan Rima.Meskipun terlintas di benakku siapa wanita yang tega meninggalkan anak perempuan selucu dan sepintar Rima.
Dalam canda tawa kami yang begitu gembira tiba tiba kakek dan nenek Rima keluar dari rumah dan berdiri di samping kami di susul dengan ayah dan ibu ku yamg ternyata sejak tadi bearada di dalam rumah kakek dan nenek Rima.
"Ayah ibu...apa yang kalian lakukan di sini?"
Tanyaku terkejut melihat keberadaan ayah ibu.
"Loh Naima,kau juga di sini nak?"
"Kebetulan sekali."
Kata ayah membuatku menjadi bingung.
"Maksudnya?"
Tanyaku penasaran.
"Ayah dan ibu memenuhi undangan kakek dan nenek Rima sekalian kami ingin memperkenalkan mu pada seseorang.Tadinya kami ingin menanyakan padamu terlebih dahulu tapi karena kau juga sudah di sini,maka baguslah tak ada salahnya jika berkenalan dulu."
Jawab ayah.
Dan aku pun semakin bingung.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Marsanda Marsanda
kayaknya menarik
2022-04-11
0
sihono hadi
kenalan dengan papa Naima
2022-02-04
0
Neng Win
mampir
2022-01-12
0