Setahun berlalu, aku semakin menikmati masa-masa abege-ku. Aku, Kokom, dan Lena dekat dengan teman-teman Angga, juga Budi. Angga memang terkenal pentolan di sana. Seluruh sekolah mengenalnya, guru, kepla sekolah, bahkan sampai ke ibu kantin dan satpam. Padahal secara akademis Angga jauh dari kata prestasi.
Di sekolah itu ada dua kantin. Kantin pertama terletak persis di depan, agak dekat dengan ruang guru. Kantin depan itu di sebut, kantinnya anak-anak pintar. Sedangkan kantin belakang yang memang letaknya sangat terpencil dan mojok kaya upil, di sebut kantin anak begajulan. Siswa yang suka nyimenk atau bolos, akan lari ke sana.
Seperti saat ini, aku, Lena, Kokom, Budi, Angga, dan dua orang temannya Angga sedang berada di kantin belakang. Entah mengapa aku mengikuti mereka yang bolos pada jam pelajaran matematika. Biasanya, aku tidak pernah ikut bolos. Ini adalah pertama kalinya.
“Eh.. ada Pak Anton ke sini.” Ucap Tian, salah satu temannya Angga yang mengintip dari dalam kantin.
Budi menghampiri Tian. “Eh, bener. Pak Anton ke sini.”
Sontak kami berlari ke kolong meja kantin.
“Mak, Sssst...” Angga memberi aba-aba pada ibu kantin yang biasa kami panggi Emak.
Si emak mengangguk.
Pak Anton terkenal guru kiler, ia tak segan-segan untuk memukul siswa yang sulit di atur dengan rotan yang selalu dibawanya.
Kami langsung menunduk dan bersembunyi di kolong meja. Terlihat kaki Pak Anton yang tengah berdiri tepat di meja kami.
“Ada anak-anak, Mak?’ Tanya pak Anton pada si Emak.
“Ngga ada, Pak.”
“Tapi tadi saya liat ada siswa yang bolos di sini.”
“Ngga ada, Pak.” Jawab Emak gugup.
Di tengah percakapan antara si Emak dan Pak Anton, tiba-tiba Tian mengeluarkan angin dari bokongnya.
“Gila, lo kentut, bau b*go.” Suara berbisik Angga sambil menepuk bokong Tian.
"Bau..” Kata Lena. Pasalnya Tian berjongkok di paling depan.
“Iya bau banget.” Kata Kokom. Aku tidak bersuara, hanya langsung menutup hidung dengan kaos seragamku.
“Gue ngga kuat.” Budi keluar dari kolong keja.
Saat Budi berdiri, ternyata Pak Anton masih ada di sini.
“Tuh, kan. Di sini ada anak-anak yang bolos.” Mata Pak anton mebulat menatap wajah Budi.
“Ah, b*go lo Bud, pake keluar kolong segala.” Kata kokom memarahi Budi, karena akhirnya mereka di giring ke ruang kepala sekolah.
“Sumpah, gue ngga kuat sama bau kentutnya si Tian.” Jawab Budi.
“Huuu.. gara-gara elo nih.” Angga dan Dimas memukul pelan kepala Tian. Kebisingan mereka di belakang tubub Pak anton yang sedang berjalan, membuat Pak Anton menoleh ke belakang dengan tatapan tajam.
****
“Nanti malam mau kemana?’ Tanya Budi padaku, saat kami tengah berjalan pulang dari sekolah.
Kami pulang dengan menaiki mikrolet, angkutan umum yang berwarna biru.
Aku menggeleng. “Ngga kemana-mana.”
“kalau gue mau jalan sama Kevin.” Sahut Lena.
“Lo jadian sama Kevin, Len?’ Tanya Kokom, dan aku pun ikut memandangnya penasaran.
“Belom, tapi masih PDKT.”
“Ya elah, apa sih gantegnya Kevin.” Budi bedecak.
“Gantenglah, walaupun dia item tapi manis.” Lena membela.
“Iya dah, manis.’ Kataku.
“Kalah gula.” Celetuk Kokom.
"Btw, Angga ga ikut pulang bareng kita?’ Tanyaku.
“Dia sekarang udah di beliin motor, Nis. Jadi ngga naek angkot lagi.” JawabBudi.
“Oh...”
“Kalau gue, nanti malem mau jalan-jalan sama Siska.” Ucap Kokom.
“Siska, anak kelas 8B?’ Tanay Budi, yang langsung di angguki Kokom.
“Ati-ati lo, tuh cewek suka di anter om-om.” Kata Budi.
“Masa sih?” Tanyaku tak percaya.
“Gosip lo, mulut udah kaya cewek.” Kokom membungkam mulut Budi.
“Eh, tapi yang gue denger juga kaya gitu, Kom. Lo jangan deket-deket dia deh! Katanya nyokapnya juga PSK.”
“Ya udah sih. Gue mah bertemen kaga pilih-pilih.” Kokom berjalan lebih cepat.
Siska anak kelas 9, ia satu angakatan dengan Angga. Ia juga pernah menjadi pacar Angga, itupun karena dia yang memohon untuk menjadi pacarnya, dan Angga hanya mempermainkan Siska, Angga selalu bisa di puaskan Siska, walau hanya sekedar making out. Tubuh Siska tinggi semampai, ia tak terlihat seperti masih anak SMP, apalagi jika sedang tidak memakai seragam. Aku juga sering melihatnya di kantin dengan teman lelaki yang berbeda-beda. Terkadang di pojokan kantin, aku sering mendapati Siska yang tengah di raba-raba tubuhnya oleh dua orang teman lekakinya.
Ciit.. Tiba-tiba motor angga berhenti di depan kami yang tengah menunggu angkutan umum.
“Nis, bareng gue yuk!” Mata Angga mengarah padaku.
Aku bingung, karena aku tak tega meninggalkan Kokom dan Lena, karena biasanya kami berangkat dan pulang bersama.
“Lena sama Kokom di temenin Budi.”
“Ya, Bud.” Ucap Angga sambil menepuk pundak Budi.
“Emang lo bedua mau kemana? Mau jalan-jalan ya? Gue ikut donk.” Kata Lena.
“Kaga.” Jawab Angga cepat.
“Paling, Angga mau minta temenin beli baju bola.” Sambung Kokom, karena Angga dan Nisa mempunyai Club bola kesukaan yang sama. Angga juga menyukai pilihan Nisa dalam berfashion.
Budi tak banyak bicara. Ia menarik lengan Lena dan Kokom. “Yaudah ayo pulang!”
“Ih dia baper.” Kata Angga setelah, melihat mereka bertiga tak lagi di hadapannya.
“Siapa yang baper?” Tanyaku, sambil menaiki motor sport Angga.
“Budi.”
“Emang kenapa Budi baper?” Aku masih bertanya bingung, sambil menerima helm dari Angga dan memakainya.
“Lah, emang lo ngga sadar kalau Budi suka sama lo?” Aku menggeleng.
“Apaan sih.” Aku mentoyor pundak Angga dari belakang.
“Udah jalan, jangan ngaco!”
“Lo ngga percaya? Gue cowok, Nis. Gue tau kalau cowok lagi suka sama cewek kaya gimana.” Ucap Angga di tengah-tengah kefokusannya mengendarai motor.
“Itu perasaan kamu aja. Kita semua sahabat kali. Just friendship, nothing love. Itu slogan kita dari kecil kan?.” Jawabku.
Angga hanya tersenyum dan tak membalas lagi perkataanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
kentut bikin terciduk 🤣🤣🤣
2023-10-18
0
Sri Mulyani
😂😀😃 part ini
mengingat kan ku di masa ABG nie 😂
2022-02-02
2
🍩🖤Donat🖤🍩
Tadi sebelumnya,katanya Siska anak kelas 8B.Tapi disini kok berubah jadi anak kelas 9 Kak???
2022-02-01
1