Tania menyisir rambut panjang nya cukup lama di depan cermin. Biasanya dia tidak terlalu suka berlama lama di depan kaca miliknya, entah apa yang ada dipikiran gadis ini dari tadi pagi. Tidak seperti biasanya.
Hp di meja bergetar.
"Hallo"
"Hallo, Tania"
"ia siapa?!"
"Loh kamu belum save nomorku ya?!"
"mmm eh kak ferdi ya?!" jawabnya kaget.
"ia Tania"
"Ada apa kak?!" bertanya dengan selidik.
"Nanti sore kamu ada acara?"
"Nanti sore aku ada mengajar les privat kak, Memangnya Kenapa kak?!"
" Pulang jam berapa?!"
" mmm jam 6:00 kak?"
"Aku jemput ya nanti?!"
"Loh memang nya kenapa kak?! Apa ada masalah?!"
"Nggak ada apa apa kok, nanti aja ku jelasin bisa kan?"
"Baik kak, nanti Tania kirim alamatnya ya"
"Baik Tania" Tersenyum lebar.
Kenapa pengen banget ketemu sama anak ini ya. Padahal baru kemaren kenal nya. Nanti buat alasan apa ya. Ferdi
Ada apa ya? kenapa tiba tiba ngajak ketemu, apa ada hal yang sangat penting, apa kemaren aku buat kesalahan, aduh kenapa jadi kefikiran begini sih. Tania.
*
Di lain tempat.
Sementara di sebuah ruangan di Hotel bintang lima, masih dengan logo Wijaya groub, meja meja tersusun rapi dan para dosen sudah mulai mengisi kursi yang kosong. Para pelayan dan beberapa orang sibuk dengan kegiatannya masing2. Di ruangan ini lah akan di lantik Rektor yang baru.
Sudah hampir semua Dosen dan Tamu undangan duduk di meja yang sudah di sediakan. Semua sudah siap menyambut Tamu kehormatan acara itu.
"Para hadirin semua harap berdiri" suara dari seorang Pembawa acara dari podium
"Mari kita sambut TUAN RAKA WIJAYA Selaku pemilik dari universitas xxx," Teriak pembawa acara.
Raka pun melakah naik ke atas podium di sertai tepuk tangan dari bangku penonton. Dia Memberikan sedikit pidato. Acara di mulai dengan hikmat dan acara pelantikan berjalan dengan baik.
Acara belum sepenuhnya selesai Raka sudah meningalkan ruangan di ikuti sekretaris jay.
"Masih ada jadwal ?" sembari berjalan menuju mobil.
"Kita kekantor tuan, masih ada Rapat jam tiga sore"
Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju kantor pusat. Tempat dimana Raka di sibukkan dengan segala aktifitasnya setiap hari. Gedung tertinggi di kota itu.
Bruakk
Terdengar suara cukup keras.
" Ada apa jay?" bertanya tanpa melihat ke arah asal suara. Matanya tetap fokus ke smarphone miliknya.
"saya akan periksa Tuan" sambil membuka pintu mobil.
Baru saja dia keluar dari mobil. Seseorang sudah menarik tanganya.
" Maaf pak, saya gk sengaja" dengan tangan memohon,
"Kamu gk punya mata?" melepaskan tangan sambil berjalan siku mobil yang terkena tabrak "ini lecet" sambil jari telunjuk menunjuk bagian mobil.
"Maaf pak saya benar2 tidak sengaja" dengan wajah iba.
"Ganti rugi" jawabnya dengan tegas.
"Saya tidak ada uang pak"
"Kalau tidak uang kenapa masih ngebut?"
"Maaf Tuan, tadi tangan bapak ini tiba tiba kram karna tidak bisa di kontrol jadi nabrak mobil Tuan" suara seorang gadis memecahkan perdebatan mereka.
"Kamu siapa?"
"Saya penumpang bapak ini Tuan. Tadi juga saya sama kagetnya dengan Tuan. Tapi syukur tidak ada yang terluka"
Kamu gak bisa lihat apa, Bapak ini udah Tua, Tega sekali kamu berbicara dengan nada tinggi. Tanpa tau masalahnya. Dan mobilnya juga lecetnya cuma sedikit.
"Kalau sudah tau begitu kenapa masih bekerja?!" suara nya sudah tidak sekeras sebelumnya.
"Saya harus cari uang pak, istri saya sakit, cuma saya yg sanggup bekerja" masih dengan wajah iba.
"aaahh baiklah" membuka pintu mobil dan masuk.
Hah dia pergi begitu saja??? Dimana sopan nya berbicara kepada yang lebih tua. Dasar orang aneh...
Didalam mobil.
"Jangan terlalu kejam jay" suara dari bangku belakang.
"Maaf Tuan, kita jadi sedikit terlambat"
Mobil langsung melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan bapak dan gadis tersebut tanpa ucapan perpisahan.
" Nona enggak papa?" Tanya pria paruh baya tersebut.
" Tidak papa kok, Tangan Bapak tadi bagaimana? Sudah baikan?"
"Sudah non, mari saya antar"
" Gak usah pak, soalnya udah dekat saya jalan kaki aja. Alamatnya di sebrang jalan itu" sambil menunjjuk ke sebrang jalan.
" Gak papa non?"
"Gak papa kok Pak, Bapak hati hati ya" Sembari berjalan meninggalkan supir ojek online yang barusan di tumpangi nya terlihat jelas wajahnya masih kesal mengingat tingkah si pemilik mobil tadi.
*
Bagaimana bisa pertemuan yang tak terduga itu tidak bisa ku lupakan, wajahmu dan alis matamu yang tebal. Bagaimana bisa setiap aku mengingat wajahmu justru memacu jantungku lebih cepat berdetak. Apa ada yang salah dengan diriku. Ferdi.
tut..tut..tut...
Nada panggilan tanda sudah terhubung..
"Hallo" jawabapan dari si penerima telpon.
"Hallo Tania, Aku udah di depan ya"
"Baik kak, tunggu sebentar ya"
"Ok"
Kata apa yang pertama aku ucapkan ya, hai tania, hallo,.aahhh kenapa otakku tidak bisa berjalan seperti biasanya. Bagaimana kalau dia bertanya kenapa meminta bertemu, aku harus jawab apa. Ahhhh bodoh.
Tok..tok..tok
Terdengar suara ketukan kaca, seketika menyadarkan lamunannya. Ia pun langsung membuka pintu mobil.
"kaka udah lama ya?!" langsung masuk kedalam mobil.
"Belum kok, baru aja sampai"
"Jadi ada masalah apa kak kok ngajak aku ketemuan?"
"Wah santai Tania, kamu baru aja nyampe loh"
"Ha ha ha maaf kak, Soalnya aku penasaran banget tau"
"Kita ke kafe ya, Tania belum maka kan?!"
"Belum kak"
Dengan kecepatan sedang Ferdi melajukan mobilnya ke sebuah kafe tidak jauh dari kampus Tania. Di perjalanan tidak ada sepatah katapun yang mereka bicarakan, keduanya sibuk dengan pikirannya masing. Hingga sampai di tempat yang di tuju.
Ferdi melirik wajah Tania yang sendari tadi seperti memikirkan sesuatu.
Ya ampun, sedang melamun begitu saja wajahnya terlihat sangat manis.
"Hey kita udah sampai, kok kamu malah melamun gt" sambil menyentuh bahu Tania.
"ehh maaf kak"
"Yaudah ayok turun"
Mereka masuk dan mulai memesan makanan.
"Kalau di kampus kamu selalu bareng kan sama Cindi"
Maafkan kaka cindi, kaka harus bawa nama kamu. Karna aku bingung harus dengan alasan apa biar kaka bisa ketemuan sama Tania.
"ia kak, memangnya kenapa?" sembari melirik pelan ke arah Ferdi
"Kaka mau nanya, Cindi punya pacar di kampus?"
Aduh pertanyaan apa ini, Maafkan kaka cindi. kaka tau kamu selalu jujur tentanga apapun.
"Setau aku sih gak ada kak. Karna kalau di kampus kita nggak punya teman lain kita selalu bareng. Jadi siapa yang dekat sama Cindi aku tau"
oohh jadi ngajak aku ketemuan karna pengen tau tentang adik nya toh. Tak kirain ada apa,
"Yakin?!"
"Yakin kak, tapi kalau di luar dari kampus aku nggak tau ya kak"
"Oo gt ya"
Obrolan mereka berhenti sejenak karna pelayan sudah menyajikan hidangan di meja mereka.
"Silahkan Tuan, Nona" Seru seorang pelayan dan kembali meninggalkan mereka berdua.
"Kalau kamu udah punya pacar?"
Khuk,,khuk,,khuk
Tania yang tadi sedang minum tiba tiba batuk karna pertanyaan yang di lontarkan Ferdi.
"Pelan pelan Tania" berusaha menenangkan.
"Belum kak, Mana ada cowo yang mau sama aku, udah jelek, miskin lagi ha ha ha" sembari tertawa
"Siapa yang bilang, kamu cantik kok" Sembari menyentuh makanan yang ada di depannya tanpa melihat kearah Tania.
"Kaka sendiri udah punya pacar?"
"Belum juga sih" sembari tertawa,
"Yee kaka aja yang modelnya begini masih belum punya pacar, apalagi aku " sembari tertawa ringan.
"ia juga sih" tertawa.
"Jadi kaka ngajak aku ketemu, mau bahas Cindi ya kak?" sambil memasukkan nasi kedalam mulut.
"Bisa di bilang gt, Bisa juga tidak"
"Kok gt. Jadi untuk apa dong?"
"Udah makan dulu. Gak baik loh makan sambil ngomong, ntar keselek lagi"
Biarkan aku berfikir sejenak saja Tania, aku harus mulai dari mana?? apa tidak terlalu terburuburu?! aahh Ini lebih sulit daripada menangkap penjahat kelas kakap atau meringkus para preman.
Tanpa ada jawaban, keduanya asik dengan makanan dan pikiran masing. Hingga selesai makan tiba tiba tangan Ferdi menyentuh tangan Tania yang berada di atas meja.
Tania yang sibuk dengan fikirannya kaget melihat tangan ferdi yang tiba tiba menyentuhnya.
"Tania"
"Ia, kenapa kak?"
"Mungkin kamu akan berfikirir aku sedang becanda atau apalah. Tapi saat pertama kali kita bertemu di rumah, mulai hari itu pikiranku bahkan tidak pernah berhenti mengingat kamu, mungkin bagimu ini konyol, Tapi ini serius"
"kak" menatap dalam wajah yang sedari tadi masih menyentuh jemari tangannya.
Bagaimana ini, apa yang sedang terjadi. aku harus jawab apa. ini pertama kalinya seseorang mengatakan ini kepadaku.
"Aku gak meminta kamu jadi pacarku sekarang. Aku akan menunggu sampai kamu benar benar siap. Karna aku tau ini terlalu terburu buru mengatakan hal ini kepada kamu. Aku juga tau kamu sedang bingung sekarang"
"Kaka tidak lagi bercanda kan?"
"Tidak Tania. Aku akan menunggu. Rasanya lega bisa mengungkap ini kepadamu" tersenyum penuh arti.
Melepaskn jemari yang dari tadi dia sentuh. Mengambil jus jeruk yang ada di depannya.
Pembicaraan mereka hanya sebatas itu malam ini. Ia mengantar Tania ke kos miliknya. Semua jadi canggung. Tania berusaha terlihat biasa aja, seolah olah tidak terjadi apa apa. Berbeda hal dengan Ferdi, dia mulai canggung, bahkan ia berusaha untuk tidak melihat wajah Tania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Fanza Almada
jempol ke 2001
2022-01-08
0
Yustila Santun
lanjut othor...
2021-12-02
0
Cherry
cie...cie...yg udah ditembak
2021-09-17
0