"Mungkin besok pagi aku akan menceritakan kabar baik ini pada Mauli," gumam Akmal.
Keesokan paginya..
"Selamat pagi sayang, perasaan semalam aku sedang menunggumu diruang tamu. Kok bisa ada dikamar ya?" Tanya Mauli yang menautkan kedua halisnya.
"Iya sayang aku yang membopongmu kesini. Aku tidak tega bangunin kamu. Tapi kamu kok berat banget." Goda Akmal.
"Iih.. kamu ya.." Karena kesal Mauli mencubit perut Akmal.
"Aw, sakit sayang." Akmal mengaduh kesakitan.
"Biarin, abis kamu bilang aku berat. Emangnya aku gendut apa?" Mauli memalingkan wajahnya dan sedikit memajukan bibirnya ke depan.
"Mmuah, kamu memang tambah cantik kalo lagi ngambek." Akmal yang tiba-tiba mendaratkan kecupannya di bibir Mauli sontak membuat Mauli tersipu malu. Namun Mauli balik membalas kecupannya itu, dan Akmal langsung saja mel**** bibir Mauli hingga Mauli menikmati serangan itu. Mereka yang awalnya duduk sekarang berubah posisi dan Mauli berada dalam kendali Akmal.
Akmal yang terus melanjutkan aksinya itu, membuat Mauli semakin terbawa suasana. Mereka sangat menikmati hubungan itu, dan tibalah Akmal pada puncak keinginannya. Setelah beberapa menit berlangsung akhirnya mereka pun tergulai lemas.
"Oiya sayang, ada yang ingin aku ceritakan." Akmal membuka pembicaraan.
"Tentang apa sayang?" Mauli pun mengernyitkan dahinya karena penasaran.
"Kemarin dalam acara pertemuan itu aku bertemu dengan temanmu Naila." Jelas Akmal.
"Apa? Benarkah itu? Aku ingin menemuinya sayang." Pinta Mauli antusias.
"kamu tahu betapa ia sangat tersiksa dengan pernikahannya. Dia selalu mengalami KDRT. Kemarin aku hampir saja menabraknya." Jelas Akmal yang menceritakan kronoginya.
"Apa? Jadi yang kemarin kamu tabrak itu Naila?Kasihan sekali Naila. Sejak awal aku sudah memperingatkan dia. Andai saja dulu dia menuruti perkataanku." Lirih Naila.
"Iya sayang, ya sudah jangan kamu pikirkan. Semuanya kan sudah terjadi." Akmal mencoba menenangkan Mauli.
"Sayang aku ingin sekali bertemu dengan Naila. Walau aku pernah membencinya, tapi aku sangat merindukan Naila." Lirih Mauli.
"Iya sayang, aku berjanji akan mempertemukan kamu dengan Naila." Sambil memegang kedua tangan Mauli Akmal meyakinkan Mauli.
Di tempat yang berbeda Naila sedang menyajikan makanan untuk suaminya, namun rasa lelahnya harus ia bayar dengan cacian dan makian. Abraham lagi-lagi mengulangi kesalahannya.
Abraham memperhatikan Naila yang ia lihat badan Naila seperti berisi. Abraham ingin jika Naila melakukan diet. Abraham tidak mau jika Naila menjadi gemuk. Karena memang sedari awal Abraham menikahi Naila karena kecantikannya.
Ketika akan menyantap sarapan, tiba-tiba Naila merasa pusing dan mual.
"Kau ini sangat tidak sopan! Aku sedang makan, tapi kau malah muntah!" Pekik Abraham. Kata-kata itu kembali menyayat hati Naila.
"Maaf mas, tapi aku pusing dan perutku mual." Lirih Naila yang merasa lemas karena sejak tadi merasa mual. Naila yang merasa pusing dan mual pergi meninggalkan Abraham ke kamar mandi.
Rasa mualnya masih belum berakhir. Naila mengingat-ngingat kapan ia mengalami menstruasi. "Apa aku hamil?" Gumam Naila.
Abraham yang mulai merasa ada yang aneh langsung mengikuti Naila ke kamar mandi.
Tokk.. tokk..
"Naila, cepat buka pintunya!" Dengan cepat Abraham memukul-mukul pintu kamar mandi.
"Iya sebentar.." Lirih Naila.
"Apa kamu sedang hamil? Awas saja jika kau hamil. Aku tidak akan segan -segan untuk membunuhmu!"
Abraham mencekik Naila dan mengancamnya.
"Ayo ikut aku!" Abraham memegang tangan Naila dan menyeretnya pergi ke dalam mobil.
"Tapi kita akan kemana mas?" Tanya Naila yang mulai curiga pada Abraham.
"Sudah ikut saja!" Pekik Abraham yang langsung melajukan mobilnya dengan cepat.
Abraham membawa Naila pergi ke rumah sakit untuk memastikan dugaannya. Setengah jam kemudian sampailah mereka ke rumah sakit.
Abraham langsung mendaftarkan Naila ke dokter kandungan. Setelah beberapa menit akhirnya nama Naila di panggil.
"Ibu Naila." Sebut seorang perawat.
"Iya saya." Naila mengacungkan tangannya.
Naila pun langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Dan setelah Naila melewati tes urine, akhirnya Naila hamil.
"Selamat nyonya, anda akan menjadi seorang ibu. Usia kehamilan anda sekarang sudah 6 minggu." Jelas dokter yang memberi selamat.
"A, apa saya hamil dok!" Antara senang dan takut, itulah yang Naila rasakan.
Bukannya senang Naila justru ketakutan. Naila teringat akan ancaman Abraham saat di rumah tadi. Saat keluar ruangan Naila merasa gugup.
"Apa yang dokter katakan?" Pekik Abraham.
"A, aku hamil mas.." Lirih Naila yang mulai takut Abraham marah.
"Apa? Kamu hamil?" Bentak Abraham.
"Ayo ikut aku!" Dengan sangat kasar Abraham kembali menyeret Naila.
"Sudah aku katakan jangan sampai kamu hamil!" Pekik Abraham lagi.
"Tapi mas, kan kamu yang selalu mau melakukan itu." Jawab Naila.
Saat di dalam mobil Abraham kembali menyakiti Naila. Bukan hanya secara fisik? secara batin Abraham masih saja terus menyakiti Naila.
"Dasar kau wanita tidak berguna!" Abraham lagi-lagi menyakiti Naila secara kasar.
Naila di seret dari dalam mobil. Abraham melukai Naila hingga ia tersungkur ke jalanan. Tak sampai situ, Abraham kembali menyakiti Naila dan menendang perut Naila sampai ia meringis kesakitan.
"Hentikan! Aku mohon hentikan mas! Sakit!" Lirih Naila.
Sekuat tenaga Naila berteriak, akan tetapi seluruh tenaganya hampir habis. Yang Naila rasakan saat ini hanya kesakitan dalam perutnya. Di pinggir jalan Naila terus memegangi perutnya.
Setelah puas menyakiti Naila, Abraham pergi begitu saja meninggalkan Naila di tengah derasnya hujan.
Tak lama beberapa menit kemudian, datanglah sebuah mobil mengampiri Naila.
"Naila, apa kau baik-baik saja?" Ternyata itu Akmal dan Mauli.
"Ayo sayang cepat, ada apa dengan Naila? Kenapa ia ada di pinggir jalan?" Ajak Mauli yang merasa prihatin melihat keadaan Naila.
"Aku tidak tau sayang." Jawab Akmal.
"Cepat kita kembali ke rumah sakit sayangl. Sepertinya Naila mengalami pendarahan." Ajak Mauli.
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka tiba di rumah sakit. Naila langsung dibawa ke UGD untuk diperiksa Mauli. Setelah menjalani beberapa pemeriksaan akhirnya Naila harus di operasi karena pendarahan yang di alaminya.
Setelah setengah jam kemudian akhirnya operasi itu selesai. Dan dengan sangat kecewa Mauli harus memberitahukan Naila jika anaknya tidak dapat di selamatkan. Betapa hancurnya hati Naila mendengar berita itu.
Namun di sisi lain Naila merasa senang karema selama 6 tahun, baru kali ini mereka di pertemukan. Mauli dan Naila saling berpelukan karena mereka sangat bahagia.
"Aku sudah mendengar tentangmu dari Akmal. Aku harap kamu bisa meninggalkan suamimu. Karena suamimu itu begitu kejam. Aku mohon kau ikutlah bersama kami." Ajak Mauli.
"Tapi aku tidak enak." Lirih Naila.
"Sudahlah, pokoknya kau harus ikut denganku." Paksa Mauli yang sudah tidak sabar membawa Naila ke rumahnya.
Seminggu kemudian akhirnya Naila akan pulang ke rumah Mauli. Akmal yang telah terlebih dahulu pulang, menceritakan semuanya kepada ibu dan neneknya jika teman Mauli akan tinggal bersama mereka selama beberapa hari.
Akmal dan keluarganya sengaja membuat sambutan untuk kepulangan Naila dengan mendekorasi rumahnya. Di rumah Akmal mempersiapkan beberapa hiasan bunga. Dan saat Naila tiba dirumah, saat membuka pintu Naila dan Mauli dihujani banyak bunga.
Nenek dan ibunya Akmal pun menerima Naila dengan tangan terbuka. Mereka merasa senang karena dirumah mereka bertambah ramai dengan kehadiran Naila. Mauli pun merasa senang karena ia bisa bertemu Naila kembali.
Teman yang sejak 6 tahun ini menghilang dari kehidupannya. Saat-saat terindah kebersamaan mereka pun seakan kembali lagi. Akmal merasa bahagia karena Mauli bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments