Setibanya dirumah Akmal langsung membopong Mauli ke kamarnya, karena ia tidak tega jika harus membangunkan Mauli. Lagi-lagi Akmal mencium kening Mauli saat ia tertidur pulas.
"Aku sangat menyanyangimu, aku sangat mencintaimu sayang." Gumam hati Akmal, dan ia pun langsung terlelap di samping Mauli dengan tangan yang melingkar dipinggang Mauli.
Keesokan paginya, ketika Akmal membuka mata ternyata Mauli sudah tidak ada dikamarnya. "Kemana dia sudah tidak ada dikamar," gumam Akmal.
Dikamar lain ternyata Mauli sedang memeriksa nenek Anju. Nenek Anju adalah neneknya Akmal. Sudah lama nenek Anju menderita darah tinggi. Karena itulah setiap hari Mauli selalu memeriksa tekanan darah nenek Anju.
"Nenek, hari ini tekanan darah nenek cukup bagus." Ungkap Mauli setelah memeriksa keadaan nenek Anju.
"Benarkah Mauli?" Tanya nenek Anju yang tak percaya karena kesehatannya mulai membaik.
"Iya nenek." Jawab Mauli yang ikut merasa senang.
"Walaupun tekanan darah ibu normal, ibu tetap harus menjaga makanan ibu." Timpal ibu Lastri yang tiba-tiba datang dan membawakan makanan untuk nenek Anju. Ibu Lastri adalah ibu mertua Mauli, ibunya Akmal. Ibu Lastri adalah ibu yang sangat baik dan sangat perhatian.
Betapa ramainya dirumah itu. Selain ada nenek Anju dan Ibu Lastri, dirumah itu juga ada seorang asisten rumah tangga yang bernama Irma.
Sambil membereskan stetoskopnya Mauli segera pergi ke kamar. "Kemana Akmal ya?" Gumam Mauli. Tak lama Akmal keluar dari kamar mandi.
"Apa kamu udah siap? Tadi kamu pergi kemana?" Tanya Akmal yang menautkan kedua halisnya.
"Udah, aku tadi habis memeriksa nenek." Jawab Mauli.
"Sebelum pergi kita sarapan dulu ya." Ajak Akmal yang menggandeng tangan Naila.
Akmal dan Mauli pergi ke dapur untuk menyantap sarapan mereka. Di meja makan sudah ada Ibu Lastri yang sedang menghidangkan makanan.
"Kemarilah kita sarapan bersama." Ajak bu Lastri.
"Iya bu." Jawab Akmal dan Mauli kompak.
"Apa kau sudah selesai Mauli, ayo aku antar kamu ya?" Ajak Akmal.
"Iya sayang." Jawab Mauli yang langsung mengiyakan.
Akmal yang sudah bersiap sejak tadi langsung mengantarkan Mauli ke rumah sakit. Karena hari ini tidak ada pekerjaan tiba-tiba Akmal memiliki sebuah rencana.
"Setibanya dirumah aku akan menghias kamar kita sayang, aku akan memberikanmu kejutan." Gumam batin Akmal. Dengan senyum yang sumringah Akmal pergi menuju rumahnya kembali. Akmal menata kamar itu dengan hiasan yang indah.
Sehari berlalu, Mauli pun telah selesai dari pekerjaannya. Setibanya dirumah, Mauli bergegas ke kamar. Dan setelah Mauli membuka pintu kamar, Mauli dikejutkan dengan keindahan dekorasi yang di buat oleh Akmal.
Dikamar itu dihiasi begitu banyak bunga mawar. Bunga mawar yang harum dan warnanya yang cantik seolah menambah keindahannya. Hiasan bunga mawar yang ditata diatas dipan berbentuk love itu terlihat indah.
"Indahnya.." Mauli kagum meliht keindahan hiasan kamarnya.
Mauli yang menatap seluruh kamar itu terkesima dengan keindahannya. Tak lama kemudian datanglah Akmal yang langsung memeluk Mauli dari belakang.
"Apa kau menyukainya sayang?" Tanya Akmal.
"Aku suka sekali, semuanya sangat indah sayang. I love you." Jawab Mauli.
Mauli membalikan posisi badanya ke hadapan Akmal dan mendaratkan sebuah kecupan manis dibibir Akmal. Akmal yang langsung membalas kecupan itu menambah erat pelukannya. Semakin lama Akmal semakin ******* bibir ranum merah itu.
Karena pegal Abraham membopong Mauli ke atas kasur yang dipenuhi hamparan bunga mawar merah itu. Mereka melanjutkan aksi panas itu diatas ranjang merah itu.
"I love you sayang." Ucap Akmal yang melanjutkan aksinya.
"I love you too." Timpal Mauli.
Kata-kata cinta itu selalu menghiasi hari-hari mereka. Akmal begitu mencintai Mauli, begitupun Mauli yang sangat mencintai Akmal.
Pagi-pagi sekali Mauli sudah bergegas ke rumah sakit karena sejak semalam ada pasiennya yang akan melahirkan. Tak berbeda dengan Mauli hari ini Akmal pun bergegas ke rumah sakit.
Hanya saja, di rumah sakit Akmal tidak begitu sibuk. Setelah pulang Akmal tiba-tiba ingin menonton, mengajak Mauli ke sebuah bioskop. Karena tidak sabar Akmal langsung membeli tiket dan membeli pop corn untuk mereka makan nanti.
"Halo sayang, sekarang aku tunggu kau dibioskop x ya?" Ajak Akmal.
"Ma, maafkan aku sayang hari ini pekerjaanku sangat padat." Lirih Mauli.
Dengan nada yang lemas Mauli berusaha menjelaskannya pada Akmal. Akan tetapi Akmal yang sudah menyiapkan segalanya merasa sia-sia. Akmal langsung membuang makanan dan minuman yang dipegangnya.
📩 Angkat sayang, aku ingin bicara padamu.
Saat Akmal membuka pesan ternyata itu Mauli. Namun Akmal yang sangat begitu kesal tidak menghiraukan pesan dari Mauli.
Akmal tidak segera pulang, dan menghabisakan waktu diluar untuk mencari angin.
"Aku harus melakukan sesuatu," guman Mauli saat dalam perjalanan pulang.
Sesampainya dikamar, Mauli mulai menyiapkan pop corn dan minuman, tak lupa layar besar ia siapkan agar sama seperti di bioskop.
Tidak lama kemudian Akmal datang, ketika ia membuka pintu kamarnya. Seisi ruangan itu gelap dan tidak terlihat apa-apa. Setelah masuk ke kamar tiba-tiba Mauli menggenggam tangan Akmal dan langsung duduk didepan bioskop itu untuk menonton film yang tertunda tadi.
"Maafkan aku sayang." Mauli membuka pembicaraan dengan tangan yang melingkar ke tangan Akmal.
"Tidak apa-apa sayang. Tadi aku memang sedikit kesal. Tapi sekarang aku senang. I love you." Dengan wajah yang sumringah Akmal kembali mendaratkan kecupannya ke atas pucuk kepala Mauli.
Sementara itu dirumah Naila sedang memasak makanan untuk suaminya Abraham.
"Mas, bangun ini sudah pagi. Bukannya kamu akan pergi ke kantor."
"Iya sebentar lagi.." Pekik Abraham.
"Mas, ini udah jam 7 loh.." Jelas Naila.
"Kenapa kamu ga bangunin aku!" Teriak Abraham yang mulai kesal.
"Tapi mas, aku udah bangunin kamu dari tadi." Lirih Naila.
"Diam!Selalu saja kamu menjawab perkataan saya!" Bentak Abraham.
Dengan penuh amarah Abraham memarahi dan memaki Naila. Padahal sudah sejak tadi Naila membangunkan Abraham yang terlelap tidur. Setiap hari bahkan setiap saat Abraham selalu marah-marah.
Hanya saja Naila tidak bisa berbuat apa-apa. Cacian dan makian suaminya itu sudah menjadi makanan setiap hari bagi Naila. Hanya menangis yang bisa Naila lakukan. Saat menangis Naila selalu teringat pada seseorang.
Seseorang yang dulu sangat dekat dengannya. Seseorang yang dulu pernah mencegah pernikahan Naila dan Abraham. Seseorang itu adalah Mauli, sahabat yang sejak dulu ia miliki.
Sahabat yang pernah memperingatkan Naila jika Abraham bukanlah lelaki yang baik. Akan tetapi karena dibutakan oleh cinta, Naila tetap saja menikah dengan Abraham.
"Mauli.. Hingga saat ini aku menyesal dengan keputusanku. Sudah sejak lama aku ingin pergi dari sini." Gumam Naila di dalam batinnya. Dikamarnya Naila memandangi sebuah foto lamanya bersama Mauli. Didalam foto itu Naila dan Mauli tersenyum bahagia. Sementara ditengah lamunannya.
"Naila dimana kau? Aku lapar!" Pekik Abraham dari dapur.
"Iya mas, aku datang." Di tengah lamunanya Naila langsung menghapus air matanya dan langsung bergegas ke dapur untuk menemui Abraham.
Padahal makanan itu sudah tersaji semua diatas meja. Namun memang begitulah sikap Abraham semua ingin dilayani. Naila pun segera menyajikan makanan ke dalam sebuah piring.
"Makanan macam apa ini?Rasanya tidak enak! Kamu bisa masak atau tidak hah!" Dengan suara yang keras lagi-lagi Abraham memaki dan memarahi Naila hanya karena makanan yang ia makan kurang garam. Abraham langsung membuang makanan yang ada dimulutnya dan langsung pergi meninggalkan rumah.
"Tapi mas, aku sudah mencobanya tadi. Rasanya pas kok.." Naila membela diri karena memang Naila sudah mencicipi rasa masakannya. Jika sedang tidak terburu-buru Abraham pasti sudah melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
"Syukurlah dia sudah pergi." Naila menghela nafas panjang karena kepergian Abraham.
Setelah kepergian Abraham, Naila pergi ke kamar dan kembali menatap foto dirinya bersama Mauli. Besok adalah hari ulang tahun Mauli, aku akan membuat kue untuknya, gumam Naila yang tersenyum tipis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments