Pertemuan.. (bagian 1)

Naila terus memandangi foto dirinya bersama Mauli. Masih ingat dalam benaknya dulu Naila pernah belajar naik motor bersama Mauli. Mauli yang selalu mengajarkan hal-hal yang baru dalam hidup Naila.

Di tempat lain Akmal sedang mencari surat-surat penting untuk membayar pajak kendaraannya. Hampir seluruh laci lemari ia buka, akan tetapi hasilnya nihil.

"Mauli apa kau melihat surat pajak kendaraanku?" Teriak Akmal karena Mauli sedang berada di kamar mandi.

"Surat itu ada di dalam laci lemariku sayang."

Mauli yang sedang mandi berteriak.

Akmal seketika membuka lemari Mauli dan membuka laci yang ada didalamnya. Dalam pencariannya itu Akmal menemukan sebuah foto. Sebuah foto yang didalamnya ada Mauli dan Naila.

"Foto siapa ini?Aku baru melihatnya." Gumam Akmal, karena sepertinya Akmal baru melihat foto itu.

Akmal merasa ada yang aneh, karena selama ini Mauli tidak pernah menceritakan foto ini padaku. Dan Mauli tidak pernah menyembunyikan hal apapun dari Akmal. Beberapa menit setelah selesai mandi, akhirnya Mauli keluar juga.

"Oiya sayang, aku menemukan foto ini. Ini siap?"

Dengan telunjuk yang mengarah pada teman Mauli, Akmal menanyakan tentang siapa wanita itu.

"Dia bukan siapa-siapa. Sini. Aku tidak mau membahasnya." Mauli langsung merebut foto itu dan menyimpannya kembali ke dalam laci.

"Memangnya kenapa sayang? Apa pernah terjadi sesuatu di antara kalian?" Akmal menangkup pipi Mauli dan menanyakan tentang seseorang itu.

"Baiklah, aku akan menceritakan semuanya. Sebenarnya yang ada dalam foto itu teman baikku, namanya Naila. Kami sudah berteman sejak masih Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Saat itu Naila akan menikah dengan Abraham. Laki-laki yang menurutku bukan lelaki baik-baik. Berulang kali aku sudah mengingatkan agar dia tidak menikah dengan laki-laki itu. Tapi dia tetap pada pendirinnya. Hal itulah yang membuat aku kesal. Dan hingga saat ini kita tidak pernah bertemu lagi." Dengan detail Mauli menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Lalu kenapa kamu bisa tiba-tiba bilang jika pria itu buka laki-laki yang baik?" Karena penasaran Akmal pun kembali menanyakan hal itu ia mengernyitkan dahinya.

"Dulu saat aku ke rumah Naila, Naila pergi ke dapur untuk membuatkan ku minuman. Ketika aku sedang melihat-lihat buku dari belakang Abraham dengan beraninya memegang pinggangku. Saat itulah aku merasa kesal!"

Dengan penuh amarah Mauli teringat akan pelecahan yang dilakukan Abraham.

"Sudah-sudah sayang cukup. Tak usah menjelaskan itu lagi. Aku mengerti sekarang, kenapa kamu tidak mau menceritakan itu semua." Akmal memeluk Mauli dan mengusap rambut Mauli untuk menenangkannya.

Keesokan harinya Akmal dan Mauli akan menghadiri sebuah Konferensi Medis disalah satu hotel x. Di acara itu semua para tenaga medis hadir untuk sebuah pertemuan besar.

Dihotel itu ternyata Abraham dan Naila ada di acara itu. Namun Abraham bertindak sebagi investor besar dalam pertemuan itu.

Sementara di aula Naila nampak sedang membantu menyiapkan makanan dan minuman di sebuah meja besar. Naila menata buah-buahan yang ada dimeja itu, karena Naila memang sangat suka menata makanan.

Terlintas dalam pikirannya jika hari ini adalah hari ulang tahun temannya Mauli. "Aku akan membawakan kue untuknya. Mauli pasti datang ke acara ini," gumam Naila.

Karena saat datang tadi Naila melihat sebuah foto para tenaga medis yang terpampang nyata di sebuah reklame besar di depan hotel.

Naila melihat salah satu gambar itu ternyata Mauli. Naila menyunggingkan senyumannya karena ia tahu bahwa ia akan bertemu dengan teman lamanya.

Disebuah lorong Naila melihat seorang karyawan hotel yang merusak tatanan mejanya. Naila langsung menghampiri pelayan itu, " jika ada yang melihatnya pasti ia akan terkena marah." Gumam Naila yang langsung menghampiri pelayan itu.

Dengan sigap Naila langsung membereskan semua yang berantakan tadi.

"Terima kasih nyonya, anda sangat baik sekali." Karyawan itu tersenyum dan berlalu meninggalkan Mauli.

Didalam kamar Abraham sedang di sibukan dengan name tag yang ia cari sejak tadi yang belum kunjung ketemu.

"Naila, Naila, dimana kau? Apa kau melihat name tag ku? Jika tidak, awas saja kau!"

Pekik Abraham yang mencari name tag itu. Karena hanya itu akses yang bisa ia gunakan dalam pertemuan itu.

"Iya, ini. Tadi aku melihatnya di atas meja."

Dengan gugup Naila memberikan name tag itu.

"Cepat kau turun ke bawah." Abraham berlalu meninggalkan Naila.

Didepan hotel tampak Akmal dan Mauli baru saja tiba. Ketika Naila keluar kamar, Naila melihat-lihat ke arah bawah. "Mungkin saja Mauli datang," gumam Naila sambil berlari kecil ke bawah.

Naila terus berlari, tanpa memperhatikan jalan didepannya. Ketika dibawah Naila melihat Mauli dari kejauhan.

"Mauli, aku sangat merindukanmu." Naila terus menatap Mauli dengan mata yang berkaca-kaca.

Dalam konferensi itu acara akan segera di mulai. Tampak semua tenaga medis yang ada dikota itu menghadiri acara tersebut.

Di ujug sudut aula itu Abraham terus menatap Mauli. Abraham masih ingat kejadian itu, kejadian di saat Mauli menamparnya. Dengan mata yang tajam Abraham memandang Mauli dari kejauhan.

Ditengah acara Mauli dipanggil ke atas panggung karena ia termasuk salah satu dokter yang sangat disiplin dan pekerja keras.

"Terima kasih untuk Tuhan YME, keluarga dan suami saya tercinta karena berkat dukungan kalian, saya bisa ada di sini. Selain itu terima kasih juga pada seseorang, karena kata-kata itu masih tergiang ditelinga saya. Kata-kata yang membuat saya termotivasi. Lebih baik air mata mengalir setelah kegagalan daripada air mata mengering di dalam mata anda tanpa anda coba." Dengan mata yang berkaca-kaca Mauli menyampaikan pesan itu dengan lantangnya.

Akmal yang sejak tadi memperhatikan Mauli tampak terharu. Akmal merasa bangga karena istrinya sangat pintar dan cerdas.

Saat turun dari panggung, Akmal langsung menghampiri Mauli dan langsung memeluknya. "Aku sangat bangga padamu sayang."

"Semua ini bukan apa-apa sayang, terima kasih karena selama ini kau selalu mendukungku." Jawab Mauli yang langsung membalas pelukan Akmal.

"Sama sayang, i love you." Ucap Akmal yang hampir mengecup pucuk kepala Mauli.

"Ekhem.. ekhem.." Suara deheman itu tiba-tiba mengangetkan mereka berdua. Akmal dan Mauli salah tingkah dihadapan Indra temannya. Pipi mauli nampak merah karena menahan malu.

"Sudah, nanti kalian lanjutkan hal itu dikamar saja." Bisik Indra ke telinga Akmal.

"Awas kau." Akmal yang merasa malu, langsung mendaratkan bogemannya ke arah perut Indra.

"Aw, sakit tau.." Inrda meringis kesakitan karena bogeman Akmal.

Mauli yang kehausan berlari kecil ke arah meja yang terdapat banyak sekali jenis minuman diatas sana.

Naila yang dari jauh masih memperhatikan Mauli. Sebenarnya Naila ingin sekali menghampiri Mauli, namun ia bingung kata apa yang ia ucapkan saat pertama kali. Apa ia harus memeluknya? Sebenarnya Naila ingin sekali mencurahkan isi hatinya.

Terpopuler

Comments

R-Niie

R-Niie

wah, makasih sebelumnya kak 😁
siap thor, judulnya apa kak? 😅

2021-06-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!