Happy reading...
I found a love for me
Oh darling, just dive right in and follow my lead
Well, I found a girl, beautiful and sweet
Oh, I never knew you were the someone waiting for me
Bunyi ponsel yang bergetar di atas nakas mau tak mau memaksa si empunya mengerjapkan mata. Dengan malas ia pun menjawab panggilan telepon tersebut.
"Selamat pagi, Istriku sayang! Matahariku, belahan jiwaku... Sudah bangun belum?"
Suara yang didengarnya menghadirkan seulas senyum di wajah manisnya.
"Selamat pagi juga, Arjunaku. Pagi-pagi Kak Riky udah gombalin istri. Sudah berangkat ke kantor?" tanya wanita itu yang tak lain adalah Alena dengan suaranya yang parau.
"Nggak apa-apa dong, asalkan jangan istri orang. Hmm, baru bangun ya? Aku lagi nyetir, Sayang. Aah, kopi ini jadi terlalu manis karena suaramu."
"Ish, apaan sih?" Kekehnya.
"Semalam tidur jam berapa?"
"Dini hari mungkin. Banyak tugas yang harus diserahkan besok," sahut Alena sambil menggaruk kepala. Ia menatap dengan tatapan nanar pada tugas-tugasnya yang masih berserakan di meja belajar.
"Jangan terlalu malam, Sayang. Berapa kali aku harus bilang?"
"Iya. Maaf, Kak." Sahutnya pelan.
"Sayang, maaf ya. Sepertinya nanti malam aku nggak bisa pulang. Besok aku harus bertemu klien di kota G. Mungkin nanti sore aku ke sana."
"Iya, nggak apa-apa. Lena juga masih banyak tugas," sahut Alena malas.
"Nggak marah kan?"
"Enggak. Alenanya juga lagi lampu merah," sahut Alena datar.
"Oke. Kalau begitu jangan lupa sarapan ya. Aku udah sampe kantor, bye sayang. I love you." Riky menutup panggilannya dengan suara kecupan yang bertubi-tubi.
"I love you too, Hubby." Batinnya.
Alena menundukkan kepalanya menatap layar ponsel yang sudah mati. Ini minggu kedua suaminya tidak pulang ke rumah. Mereka berdua belakangan ini memang sangat sibuk. Namun apa dia tidak mengerti betapa hati ini sangat merindukan kehadirannya?
Dengan malas Alena menuju ke kamar mandi. Bersiap untuk berangkat ke kampus.
***
Samar-samar terdengar obrolan di ruang makan. Mama Widiya sedang memberikan perintah pada salah satu asisten rumah tangganya. Sementara Papa sedang asik dengan berita di televisi sambil menikmati sarapan.
"Pagi, Pa!" Sapanya.
"Selamat pagi, Sayang." Sahutnya.
"Mau ada tamu, Ma?" Alena membuka lemari pendingin dan mengambil kotak susu UHT kesukaannya.
"Iya, nanti siang Ajeng datang. Tantemu minta dia tinggal di sini supaya tenang. Alena, berapa kali mama bilang, Nak. Pagi-pagi begini itu yang diminum susu hangat." Ujarnya.
"Enak ini, Ma. Seger..." Alena menuangkan susu itu ke dalam gelas dan meminumnya.
"Yang mau kuliah itu ya, Ma?"
"Iya. Riky pulang nggak nanti?"
Alena menggeleng pelan dan berlalu menaruh gelas kotornya di wastafel.
"Ya, sudah nggak apa-apa. Mungkin dia memang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Mau belanja sama mama, Sayang?"
Alena mengerti ibu mertuanya itu sedang berusaha menghiburnya. Alena menghampiri wanita paruh baya itu dan memeluknya dari samping.
"Maaf, Ma. Alena banyak tugas. Malam ini Lena mau menginap di rumah Papa, boleh ya?" Pintanya.
Mama mendelik sambil menekuk wajahnya. Dengan berat hati ia mengangguk menyetujui permintaan menantunya tersebut.
"Terima kasih, Ma." Ucapnya dengan raut wajah senang. Alena mencium pipi Mama dan melambai pamit meninggalkan ruangan. Ia menghampiri Papa Salim dan mencium punggung tangannya.
Sepasang suami istri itu menatap punggung Alena sambil tersenyum. Keceriaan yang diperlihatkan membuat mereka menggeleng pelan.
"Dia itu lebih pantas jadi anak gadis kita ya, Ma." Ujarnya sambil meletakkan piring kosong di atas meja.
"Iya. Sampai-sampai mama nggak bisa marah sama Alena."
***
Waktu sudah menunjukkan tengah hari. Itu artinya sudah waktunya makan siang. Hal serupa juga berlaku untuk para karyawan Bramasta Corp. Untuk satu jam ke depan, mereka terlihat senang bisa terlepas dari beban pekerjaan.
Di salah satu ruangan gedung itu, seorang wanita berpenampilan seksi dengan setia menunggu perintah atasannya. Dalam keheningan, diam-diam ia mencuri pandang pada pria yang tengah berkutat pada berkas-berkas dihadapannya.
"Tolong fotocopy lembar ini dan ini. Berikan pada Andri. Setelah itu silahkan makan siang. Kita akan berangkat ke kota G dua jam dari sekarang."
"Baik, Pak. Oh iya, Pak Riky. Barangkali ada yang anda inginkan untuk makan siang? Saya bisa membelikannya," tawar Risa, sekretaris Riky.
"Tidak, terima kasih. Saya akan membelinya nanti."
"Pak Riky, saya bisa..."
"Silahkan keluar dari ruangan saya," titah Riky datar.
"Baik, Pak. Permisi," ucap Risa pelan.
Riky mengangguk pelan dan langsung merogoh ponselnya. Raut wajahnya yang semula menegang karena beban pekerjaan, kembali terlihat santai saat mendengarkan suara seseorang di seberang.
"Heh, itu pasti istrinya. Menyebalkan, kenapa pria kaya dan juga tampan itu harus memiliki istri? Bukankah lebih menyenangkan bila hanya bersenang-senang tanpa terikat dalam pernikahan," decih Risa pelan.
Wanita itu berlalu menuju lift. Baru beberapa minggu ia bekerja di perusahaan ini. Dan keberuntungan berpihak padanya karena menjadi sekretaris seorang CEO tampan seperti Riky.
Walaupun atasannya itu terkesan dingin, dan tegas. Tidak mengurangi pesonanya di mata setiap karyawan wanita. Sayangnya menurut yang ia dengar dari Andri, Pak Riky sudah beristri.
***
Riky melangkahkan kaki memasuki sebuah restoran yang terletak tidak jauh dari kantornya. Ia mebghampiri salah satu meja di mana seseorang sudah menunggunya.
"Sudah pesan?" Tanyanya.
"Sudah. Sesuai pesanan anda, Bos."
Riky menyeringai dan mengeluarkan ponselnya. Wajah Alena di layar ponsel selalu bisa mengalihkan perhatiannya.
"Nggak pulang lagi dong, Bos. Apa nyonya marah?"
"Enggak. Dia juga lagi sibuk," sahut Riky malas. Ia menoleh pada pelayan yang membawakan pesanan makan siangnya.
Andri tersenyum melihat raut wajah Riky yang terlihat lesu. Setelah minggu kemarin, atasannya ini harus kembali menahan rindu untuk satu minggu yang akan datang.
"Andri, kamu ikut saya ke kota G ya."
"Saya juga ikut? Kan sudah ada Risa," sahut Andri.
"Apa kamu sedang membantah? Kalau saya bilang ikut, kamu tahu apa artinya?" tanya Riky dengan tatapan yang menajam.
"A-artinya, saya harus ikut." Sahutnya pelan.
"Baguslah kalau kamu tahu," ujar Riky lega.
Mereka pun menikmati makan siang yang bisa dibilang sudah terlambat itu. Setelah makan siang, mereka berencana akan segera pergi ke kota G.
Di meja kerjanya, Risa sedang bersolek memperbaiki riasannya. Wanita itu bersemangat karena ini pertama kalinya ia akan pergi ke luar kota bersama Riky.
Deringan ponsel mengalihkan perhatiannya. Dan ternyata, Andri yang menghubunginya.
"Iya, Pak Andri?"
"Cepat turun, Ris. Kita pergi sekarang."
"Kita?" batin Risa.
"Baik, Pak. Saya akan segera turun," sahut Risa.
Setelah penggilan ditutup, Risa membuang kasar nafasnya.
"Hmm, kupikir akan pergi hanya berdua dengan Pak Riky. Ternyata Pak Andri juga ikut. Dasar penganggu," ujar Risa yang terlihat kesal sekaligus kecewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Yuni Wati
mulai ada uler keket nih
2022-03-26
0
Wakhidah Dani
haishh ada bibit pelakor
2021-10-07
0
iza_melan🍁
Risa caper, tp dicuekin 😂😂
2021-03-14
1