Bagian 2

Bagas mengetuk pintu ruang kerja Juan, dan dari dalam lelaki itu mempersilahkannya masuk. Setelah diizinkan, dia kemudian berjalan memasuki ruangan tersebut. Juan, menolehkan kepalanya, dilihatnya Bagas sedang berdiri tegap, sembari tersenyum lebar kearahnya.

" Assalamualaikum, Papa kedua. !" ujarnya bahagia

" Waalaikummussalam, Eh Bagas, ada apa Nak, kenapa tiba-tiba nyari Papa kedua hem? "

" Bagas mau minta izin, sama Papa!"

Bagas menghampiri Juan dan duduk dipangkuan pria itu.

"Izin apa ya? Papa kedua nggak ngerti deh!"

Bagas, menceritakan mengenai apa yang sebenarnya terjadi kepada Juan. Sehingga, pria itu paham keinginan putra sahabatnya tersebut.

" Baiklah, Papa kedua akan panggil Mama Raisa, jadi kita bisa makan siang bareng deh! Dan, satu lagi, di tempat umum tidak boleh memanggil Papa kedua, cukup Papa saja. Lagipula, Papa kamu kan tidak memberikan kamu izin, untuk manggilnya Papa !" ujar Juan,

Bagas, mengangguk sebagai jawaban. Lalu, Juan, menurunkan Bagas dari pangkuannya. Dia bangkit dan mengusap surai kecoklatan Bagas. Anak itu ,terlihat begitu bahagia, Juan begitu menyayanginya berbeda dengan Papa nya, yang cuek itu.

" Hei, kenapa melamun? Ayo cepetan, nanti Mama Raisa keburu makan siang bareng temen-temennya loh!"

Juan, menggoyangkan tubuh anak itu.

" Ah, iya maaf Pa, tadi Bagas melamun hehe!"

Bagas, menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

" Baiklah, Nak. Sekarang, kita temui dulu Mama Raisa oke !"

Anak itu mengangguk, dan tidak lama kemudian mereka berjalan sembari bergandengan tangan layaknya Ayah dan Anak sesungguhnya. Sampailah, keduanya di dapur tempat Raisa bekerja. Juan, memanggil karyawannya tersebut, untuk menghadap menemui dia.

" Bapak, ada perlu apa ya memanggil saya?"

" Gini loh, Bagas bilang dia mau makan siang bareng sama kamu. Karena, dia sangat menyukai kamu, Ra!"

"Tapi, kerjaan saya bagaimana Pak?"

" Kamu ikuti saja apa saya mau, nanti saya kasih bonus deh!"

Raisa, begitu terkejut dengan ucapan Juan. Sehingga, matanya membesar dan mulutnya berdecak kagum. Diapun, langsung mengiyakan apa yang bosnya katakan.

" Baik Pak, kalau begitu saya mau!"

Juan mengangguk,

" Oke, sekarang kamu ke loker. Gantilah dengan yang lebih santai. Supaya, tidak membuat saya dan Bagas malu!"

" Ternyata, anak ini beneran mau banget makan siang sama aku. Sampai-sampai dia bilang sama Pak Juan lagi. Astaghfirullah' !" batin Raisa.

"Oke Pak, kalau begitu saya ganti pakaian dulu!"

Juan mengangguk, mengiyakan.

" Saya tunggu di meja VIP, masalah uang aja kamu ijo!"

Raisa, memperlihatkan deretan gigi putihnya, ketika mendengar perkataan sang atasan. Kemudian, Juan, dan Bagas segera meninggalkan tempat itu.

" Ra, Kenapa kamu di panggil sama Pak Juan? Apakah dia ngajakin kamu kencan? Terus, itu tadi anaknya ya?"

" Ya ampun Sarah, satu-satu dong tanyanya, bingung nih aku. Mau jawab yang mana dulu coba?" ujar Raisa frustasi.

" Hehe, sorry Ra. Lagian ya, aku tuh pengen tau jadi gitu deh!" ujar Sarah

" Pak Juan, ngajakin aku makan sama anak kecil itu. Dia bilang kalau anak itu, suka sama aku. Namanya Bagas, dia pengen aku jadi ibu sambungnya!" ujar Raisa polos

" APA, serius Ra ?"

Raisa mengangguk cepat,

" Astaghfirullah', jadi benar ya, kalau Pak Juan itu udah pernah nikah dan punya anak?"

" Hush berisik Sar, Jangan mikir negatif dulu. Mending kamu balik kerja lagi sana. Lain kali, aku ceritain deh!"

" Ya Allah, Ra. Kamu mengusirku? Baiklah kalau begitu, tapi awas loh ya janji harus ditepati! "

Raisa mengangkat bahunya, kemudian dia pergi meninggalkan sahabatnya. Sedangkan Sarah, dia kembali bekerja, sembari menggerutu dalam hatinya.

...----------------...

Raisa, memakai kaos dan juga celana jeans, gadis itu tampak begitu cantik dengan penampilannya yang simpel. Dia sangat gugup karena bos tampannya itu mengajaknya makan siang, meski bukan hanya dia dan Juan. Akan tetapi, dia sangat grogi, karena ini pertama kalinya dia makan bersama dengan seorang pria setelah lama putus dari sang kekasih.

Gadis itu berjalan menaiki tangga, dia memasuki tempat VIP member. Di cafe, milik Juan ini tersedia ruangan VIP khusus untuk para pejabat, sosialita, dan, juga kalangan kelas atas lainnya.

" Raisa, disini!" Juan melambaikan tangannya.

Raisa menghela napasnya, dia mencoba untuk menenangkan diri.

" Santai Ra, jangan grogi. Bismillah!" batinnya.

Dia menghampiri Bagas dan Juan, kemudian gadis itu duduk di samping anak kecil tersebut.

" Mama cantik banget, sih!"

" Ada-ada aja kamu, padahal mah cuma pake jeans sama kaos doang!" ceplos Raisa sembari menyentuh kaosnya.

Juan yang mendengar perkataan Raisa berusaha menahan senyumnya. Bisa-bisanya, di jaman modern seperti sekarang ini. Ada gadis yang polos seperti pegawainya, benar-benar langka.

" Iiiih, Mama. Bagas nggak bohong kok!"

" Eh kok sedih sih?" tanya Raisa

" Mama tuh beneran cantik, tapi mengira Bagas bohong sama Mama!" ujarnya kesal.

" Ya ampun, jadi gitu!" batin Raisa

Raisa kemudian memeluk tubuh Bagas dan meminta maaf padanya. Sedangkan, Juan yang melihat tindakan pegawainya, dia tersenyum manis.

" Sepertinya, Raisa benar-benar wanita yang baik. Masyaallah!" batin Juan.

Raisa hampir saja melupakan sesuatu, bukankah Bagas tadi bilang jika dia, sedang menunggu kakeknya, lantas dimana kakeknya sekarang? Lalu, dia memberanikan diri untuk menanyakan sesuatu pada anak itu. Dan dengan senang hati Bagas menjawab apa yang Raisa tanyakan.

" Kakek bilang, beliau mau ke toilet. Akan tetapi, sampai sekarang belum kesini lagi Ma!"

" Astaghfirullah, sebaiknya kita cek keadaan kakek kamu takutnya kenapa-kenapa lagi!" ujar Raisa panik.

" Ra, tenangkan diri kamu, semoga tidak terjadi apa-apa sama Om Imran!"

" Pak, sebaiknya kita harus segera mengecek kondisi beliau. Ini, sudah lebih dari 1 jam loh !"

Juan mengangguk, pria itu berdiri, dan, segera berlari menuju toilet pria berada Sedangkan, Raisa refleks menggendong Bagas.Anak itu, kagum dengan kekuatan yang dimiliki Raisa, usia 6 tahun sepertinya termasuk berat untuk digendong. Sehingga, dia meminta Raisa untuk menurunkannya, wanita dewasa nan imut itu paham dan mengerti apa yang ia maksud. Kemudian, Bagas memegang tangannya dan berlari bersama.

Toilet Khusus Pria

Benar dugaan Raisa, ternyata kakek Bagas alias bapak Imran Al-Bukhari sedang berteriak-teriak meminta tolong

Agar dia dapat keluar dari toilet itu. Pasalnya, pria tua itu terkunci, disebabkan kerusakan kenop pintu, hal ini membuat Juan geram. Bisa-bisanya, pegawai yang bekerja di bagian ini tidak teliti.

" Kenapa tidak bilang dari tadi hah?" gertak Juan.

" Maaf Pak, saya sebenarnya tidak ingin membuat bapak panik!"

" Mau saya pecat oh?" ujar Juan ketus

" Pak, jangan kasar-kasar. Sebaiknya kita cari cara untuk mengeluarkan Bapak Imran dari toilet ini. Tunggu, Saya punya ide ! " ujar Raisa penuh semangat seraya menatap wajah Juan bosnya.

" Apa itu?"

" Pak Imran, dengarkan instruksi saya, Bapak sekarang ke sebelah kanan atau kiri terserah Bapak. Asalkan, jangan di depan pintu Oke?"

" Ra, apa yang ingin kamu lakukan?"tanya Juan penasaran.

Raisa tidak menjawab hanya memberikan senyuman terbaiknya, sembari meregangkan otot-ototnya. Didalam hati gadis itu melafalkan doa-doa, dan setelahnya dia berhitung sehingga membuat Juan makin keheranan.

" Apa yang mau Raisa lakukan?" batin Juan.

" Satu... Dua... Tiga... Hiyaaaaat!"

Terdengar suara pintu terbuka lebar akan tetapi, gadis yang sudah mendongkrak pintu itu terlihat tidak baik-baik saja. Dia terlihat terluka di bagian pelipisnya karena terlalu kencang sehingga mengenai sisi pintu tersebut.

" Ya Allah, bener juga ya. Seharusnya aku tadi yang mendobrak pintu. Jika begitu pasti Raisa tidak akan terluka!" batin juan

Melihatnya, pria itu begitu panik saat pelipis Raisa berdarah, sedangkan Imran memeluk tubuh cucu tersayangnya. Dan, mengucapkan terimakasih kepada gadis yang sudah menolongnya.

" Astaghfirullah, Nak. Saya minta maaf ya karena, saya kamu jadi terluka. Hei, kalian berdua ini kan laki-laki, tetapi mengapa tidak kepikiran untuk mendobrak pintu, dasar dodol!"

Imran, kesal memukuli lengan kedua pria itu.

" Lah bener juga ya , kenapa nggak gue dobrak aja tadi tuh pintu, kan gue gak bakalan diomelin sama Pak Juan kalau gitu mah, dasar bodoh . Astaghfirullah!" batin pekerja Juan yang bernama Andi tersebut.

" Andi, sekarang kamu benerin itu pintu. Dan, kamu Raisa ikut saya, kita ke rumah sakit. Om, mohon maaf atas ketidaknyamanan ini!" ujar Juan.

" Baik, Pak!"

" Pak, nggak usah. Raisa baik-baik saja kok!"

Raisa,mencoba menolak, Juan menghela napasnya kemudian membuangnya kasar.

" Ra, saya mohon kamu nurut. Lukamu cukup parah, tahu. Mari kita pergi!"

Juan, kemudian menarik Raisa, dia menggenggam tangan wanita itu, dan memaksanya untuk mengikuti langkah kakinya.

" Papa, Bagas ikut!"

" Bagas, kamu sama kakek dulu ya!" ujar Juan lembut.

Imran menatap Juan heran, mengapa cucunya itu memanggil Juan dengan sebutan " Papa".

" Om, nanti saya jelaskan!"

Juan, paham arti tatapan mata Imran.

" Oh, Baiklah !"

Imran sembari mengangguk, sementara itu Bagas menatap kepergian Juan dan Raisa dengan tatapannya yang sendu. Imran mengusap punggungnya dan segera membawa anak itu pergi ke luar.

...Bersambung.......

...A-yen94...

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

lanjut

2023-07-18

0

N I

N I

masih lnjut

2022-12-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!