BAB 5. Hari Kedua.
Diminumnya coffe caramel. Takaran yang pas.
Melihat Tuan Altan sudah mau selesai sarapannya. Ansell bergegas lari keluar rumah. Masuk ke dalam mobil bagian depan, bersebelahan dengan sang supir. Sesuai instruksi dari Nyonya Ivy.
Altan masuk mobil, duduk di bagian belakang, "Darimana kamu bisa masuk ke rumahku?"
Ansell memperlihatkan sebuah kunci rumah dengan tersenyum lebar.
...----------------...
Sesampainya di Perusahaan Axton, hampir seluruh karyawan yang berpapasan memandang tak percaya. Sang Presdir membawa wanita.
Mereka semua membungkuk dan menyapa kedatangan sang Presdir. Ansell yang sedikit gugup tak berjalan dengan benar.
BRUK!
"Tidak punya mata apa? Beraninya! Ceroboh."
Ansell menabrak punggung Tuan Altan yang berhenti secara mendadak. Altan menghembuskan nafas kasar sambil mengibaskan tangan ke atas. Ansell membungkuk meminta maaf .
Keduanya berjalan menuju ruang Presdir. Di simpang jalan mereka berpapasan dengan Nona Jenny. Dengan mata melotot tak percaya, Nona Jenny memandang Tuan Altan dan gadis di belakangnya bergantian.
"Ada apa Mrs Jenny?" Altan bertanya.
"Ah.. itu...semalam pihak client dari Paris meminta kita untuk membuatkan sepatu dengan model rancangan terbaru Mr."
"Oke." beralih menatap Ansell "Kamu masuk dulu ke ruangan saya, tunggu saya disana. Saya hanya sebentar."
Jenny semakin dibuat penasaran, tatapannya mengintimidasi Ansell. "Apa benar kalo gosip yang beredar itu nyata. Dan gadis ini... " Astaga!"
Tuan Altan dan Nona Jenny pergi meninggalkan Ansell sendirian. Berdiri di pojokan. Dari arah belakang seorang pria berjalan cepat, mungkin tergesa-gesa. Saat melewati Ansell, pria tersebut berhenti mendadak. Lalu memutar badannya. Memandang Ansell tak percaya.
"Hey....Nona. Bukannya kau gadis itu?"
Ansell memandang bingung lelaki yang menatapnya. Lelaki yang sedikit lengkong, walaupun tubuhnya tegap tapi gaya pakaiannya tak senada dengan tubuh tegapnya.
"Gadis itu apa?"
"Ya ampun... Nona, kau gadis yang sedang naik daun di dunia entertainment."
"Hah..." masih diam menyerngitkan kedua alisnya.
"Bukannya kau kekasih Mr Altan?"
Ansell tersenyum kecut mendengar penuturan sang pria tersebut.
"Oke Nona, sampai jumpa kembali. Senang bertemu denganmu." Pria tersebut berlalu.
Ansell berjalan menyusuri setiap ruangan. Mencari ruangan Presdir. Dari depan Ansell dihadang seorang perempuan bak seorang model . Ternyata wanita-wanita yang bekerja di perusahaan ini semuanya berkelas model. "Pantas saja Tuan Altan betah, karyawannya seperti model semua. Pria mesum!"
"Nona mencari ruangan Mr Altan?"
Ansell tersadar. "I.iya Nona."
"Perkenalkan nama saya Clara. Mari ikuti saya."
Ansell mengangguk. Keduanya berjalan. Sesampainya di depan ruangan Presdir, Clara mempersilahkan Ansell masuk. Tapi Ansell menolak, dia ingin di ruang tunggu samping saja. Kebetulan di ruang tunggu samping ada karyawan pria yang sedang duduk dengan menatap serius layar laptopnya. Ansell duduk di sofa depan karyawan pria tersebut.
Pria itu beralih menatap Ansell. Ansell tersenyum menunjukan gigi-giginya.
"Nona... Bukannya kekasih Presdir Altan Yakuz kan?" Pria tersebut bertanya.
Ansel masih tetap tersenyum lebar.
"Sial! Kenapa gosipnya seperti ini!"
"Tuan bisa bantu saya, saya ingin mencatat setiap kegiatan Tuan Altan. Dan bagaimana konsep kerja disini. Mohon bimbingannya" Ansell berucap dengan penuh permohonan.
Satu jam kemudian..
Tuan Altan datang diikuti Nona Jenny. Altan terhenti saat melihat Ansell sedang bercakap dengan Ismet, Ismet adalah sekretarisnya yang kedua. Bekerja membantu Jenny.
Dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan, Altan terus memandangi Ansell. Jenny menatap sinis Ansell "apa! Gadis ini berhasil mencuri perhatian Mr Altan!"
...****************...
Dari dalam ruangannya, yang berkaca lebar tembus pandang sebelah samping. Altan masih menatap Ansell yang sedang mencatat dan mendengarkan dengan seksama. Raut wajah yang selalu tersenyum itu, seakan terus menarik perhatian Altan.
"Apa yang ku lakukan! Bodoh!"
Ansell masuk ke dalam ruangan Presdir.
"Siang Tuan. Tadi saya sudah mencatat beberapa hal mengenai project pemotretan untuk sebuah model sepatu terbaru. Menurut penjelasan dari Mr. Ismet, pihak dari Paris menginginkan suatu konsep baru yang lebih....."
Ansell menjelaskan masukan yang telah ia catat. Namun Tuan Altan menatap Ansell dengan bayangan yang berkelana bebas, tidak fokus mendengarkan ucapan Ansell.
Tragedi penciuman paksa itu masih terlintas jelas, ditambah lagi kejadian tadi pagi. Betapa manisnya gadis yang ada di hadapannya.
"Menurut saya rancangan usulan Anda masih kurang menarik Nona Ansell. Tolong dibuat lagi."
"Ehh.. apa kok jadi rancangan? Itu kan tidak ada dalam penjelasanku. Memangnya aku yang bertugas merancang."
"Baik Tuan, akan saya catat."
...----------------...
Tak terasa satu hari telah berlalu. Ansell yang disibukan mencatat setiap hal dari Tuan Altan dibuat penat. Belum lagi Ansell yang selalu mengikuti kemanapun Tuan Altan pergi. Lelah.
Dan juga ulah Nona Jenny yang selalu meresahkannya. Nona Jenny harus bisa ditangani. Menyebalkan.
Seharian memakai heels yang tinggi membuat tulang kaki Ansell pegal, ditambah lagi Mini dress yang terbuka.
Ansell berjalan menuju rumahnya sambil menjinjing heels, tangan kirinya bertumpu pada dinding yang ia lewati. Benar menguras energi.
"Ansell.. kau?"
Karim menatap Ansell dengan senyum mengejek. "Bagaimana bisa kau berpakaian seperti ini, kau kan gadis Arogan"
"Kenapa! Mengatai penampilanku!" Mendengus kesal.
"Oke Ansell, selamat berjuang. Hhaahaa." tertawa mengejek sambil berlalu.
"Sial!" Menggerutu kesal sepanjang jalan menuju rumahnya sambil terus menenteng heels dan bertumpu pada dinding. Terlalu lelah.
...----------------...
Di ruangan yang penuh dengan banyak orang mabuk, bermain wanita dan berjudi.
"Sial! Aku kalah lagi."
"Hey kau." Demir menunjuk satu anak buah Tuan Kiral.
Anak buah Tuan Kiral mendekat. "Ya!" Dengan suara tegas.
"Aku perlu bantuan dana dari Bos Besar!" Perintah Demir.
...----------------...
Di rumah Ansell sudah berganti pakaian. Ansell mencoba memasak lagi agar ketrampilan masaknya lebih lihai, tanpa harus membuka ponsel dan mencari berbagai resep mendadak.
"Ansell.. ada tamu di luar. Cepat keluar." Nenek Esme berdiri di pintu dapur.
Ansell keluar rumah. Dilihatnya Nyonya Ivy sedang menunggu di samping mobilnya.
"Nyonya?"
"Bagaimana tugas pertamamu? Berhasil?" Tanya penuh harap keberhasilan dari tugas yang diberikannya.
"Cih! Kalau bukan karenamu, mana mungkin aku melakukannya!"
"Sesuai tugas Nyonya. Tapi bisakah saya memakai heels pendek saja Nyonya?" Protes Ansell.
"Kaki saya lelah Nyonya. Berkali-kali saya harus melepas heels jika sedang sendiri dan menunggu di mobil." Imbuhnya lagi.
"Hey! Kerjakan saja! Tak usah banyak protes!"
Mendengus kesal. "Mentang-mentang aku dibawah, kau seenak hatinya mengaturku! Sialan kau Nenek gendut!"
...----------------...
Hari telah berganti. Pagi ini Ansell harus buru-buru ke rumah Tuan Altan pagi sekali, untuk membuatkan sarapan. Karena jadwal hari ini akan sangat padat. Harus menemani Tuan Altan turun langsung ke lapangan.
Pagi ini Ansel akan membuat Menemen (semacam telur orak arik) dimasak bersama tomat, irisan bawang bombay, lengkap dengan bumbu rempah khas. Tidak lupa membuat Roti Pide. Mengambil buah segar . Dan memanggang Pastrima. Yang terakhir membuat jus jeruk segar dan secangkir coffee latte. Sempurna.
Ansell duduk di kursi pendek, melepaskan heels dan memijat kakinya. Tanpa disadari sedari tadi Tuan Altan memperhatikanya dari arah tangga, sambil tersenyum sendiri melihat kelakuan Ansell. "Gadis aneh!"
Sesampainya di lapangan..
Hamparan pasir putih luas,cuaca terik matahari yang terlalu menyengat. Banyak sekali para model berpose di setiap titik. Menampilkan begitu seksi tubuhnya dan mengenakan produk heels unggulan perusahaan. Produk terbaru sesuai permintaan konsumen Paris.
"Tuan tunggu!" Teriak Ansell yang sudah tertinggal jauh.
"Ayo cepat! Kau ini lambat sekali." Altan berhenti sejenak.
"Kurang ajar! Rasanya ingin menendang pria mesum itu dari belakang."
"Susah Tuan, saya memakai Mini dress dan heels yang tinggi. Harus berjalan di area berpasir." Keluhnya.
"Sana ganti dalam mobil khusus para model." titah Tuan Altan
"Siap Tuan."
"Terus saja memerintah! Dasar tidak punya hati!"
Ansell berjalan ke arah mobil. Sementara Altan menghampiri Jenny yang sedang mengkoordinir para Kru dan para model.
"Hey .. Nona manis. Kau di sini juga?" Sarapan pria yang sedikit lengkong mengagetkan Ansell.
"Eh..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
☆ShA-Sha ♡📚
next
2021-04-04
0
🍒ANINDITHA KIM🍒
lanjut 😊 suka sama karya author
2021-03-31
0
Ratna Tallo24
maaf baru nongol...
aku suka ceritanya
2021-03-28
2