Di meja makan sudah tersedia makanan kesukaan Gito.
"mmmmm wanginya"
"ma, bekal Gito udah siap?" tanya Gito
"udah ni, kamu buruan makannya. Ntar kamu telat lho." ujar ibunya Gito
"iya mama ku sayang. Mama super paling baik deh" ujar Gito sambil mengacungkan jempolnya kepada ibunya
"Nak, kamu yakin ngga mau papa beliin mobil? Kasihan lho kamu, kalau hujan kena basah. Apalagi kan jaraknya ke sekolah lumayan jauh. Kasihan papa lho lihat kamu, kayak orang susah aja" ujar ayah Gito
"Pa, Gito lebih senang pakai motor. papa jangan takut deh. Gito kan selalu siap mantel, jadi aman pa. Lagian pakai motor itu ngga gampang macet pa" jawab Gito
Ayah Gito hanya menggelengkan kepalanya mendengar penolakan dari Gito. Ayah Gito tidak ingin memaksa kehendak anak-anaknya, karena ayah Gito merasa akan menghancurkan kebahagiaan anak-anaknya.
"ma, pa Gito berangkat dulu ya. Love you" pamit Gito sambil mencium tangan kedua orang tuanya
"pa, papa jangan maksain Gito. Biar aja pa, nanti kalau dia udah capek pakai motor dia pasti bilang mau mobil pa. Bukan hanya papa yang kasihan lihat dia. mama juga pa" ujar ibunya Gito
"iya istri ku yang paling cantik" goda pak Guno.
Di perjalanan menuju ke sekolah, Gito melihat bahwa Gita keluar dari mobil mewah. tentu saja hal ini membuat Gito bertanya-tanya
"ini anak kok malah berhenti di sini? kan ini bukan sekolah." benak Gito yang selalu penasaran dengan Gita
Sesampainya di sekolah Gito melihat ibu Hila bersama dengan pak Yudi berjalan ke arah kantor. Selama mengajar di sekolah tersebut Gito melihat perlakuan pak Yudi agak berbeda terhadap ibu Hila. Tetapi Gito tidak terlalu memperdulikannya, karena ini bukan menyangkut dirinya.
"karena hari ini gue yang jadi guru piket mending gue jalan-jalan aja deh" geruman Gito sambil membawa buku kasus.
Saat Gito berjalan-jalan ternyata Gito melihat seseorang melempar tas dari tembok belakang. lalu Gito mendekat dan ternyata yang melempar tas itu adalah Gita. Karena terlambat Gita harus memanjat tembok belakang supaya tidak ketahuan. Karena dirinya adalah atlit sehingga memanjat tembok seperti ini tidak susah baginya.
"kamu lagi, kamu lagi. Kenapa sih kamu harus berulah? emang belum cukup hukuman dari saya?" tanya Gito dengan nada tegasnya
"eh bapak" jawab Gita dengan senyuman lebarnya
" ayo ke ruangan saya sekarang!" ujar Gito
"baik pak" jawab Gita
"mana buku siswa kamu?" tanya Gito
"ini pak" jawab Gita dengan nada malas
"sekarang kamu harus membersihkan toilet putri lalu mengumpulkan sampah di setiap kelas." perintah Gito
"Ok siap pak guru" jawab Gita dengan senyuman lebarnya
Dari kejauhan nampak Gito selalu mengawasinya, karena Gito tidak yakin kalau Gita dapat mengerjakan semuanya.
1 jam kemudian Gita kembali menghadap Gito
"pak, semuanya sudah selesai" ujar Gita
Gito tidak Dengan mudah percaya kepada Gita, namun diluar dugaan Gito sepertinya Gita sudah ahli dalam menjalankan hukuman
"bagus, toiletnya bersih. Sampah juga tidak ada. bagus, bagus, kalau begitu silahkan kembali ke kelas. tapi kamu ingat ya, kalau kamu belum ajak orang tua kamu menghadap saya, kamu belum bisa mengikuti pelajaran saya" ujar Gito
"kenapa sih harus bawa-bawa orang tua pak? inikan salah saya, orang tua kan tidak salah sama sekali". jawab Gita
"justru itu, biar orang tua kamu tau tingkah laku kamu di sekolah seperti apa." jawab Gito
"iiiitttttssss" geruman Gita lalu mengambil tasnya
Gito memang tidak tau seperti apa keluarga Gita. Namun melihat kendaraan yang di tumpangi nya tadi Gito merasa bahwa Gita ini adalah anak orang kaya.
Saat Gito ingin memasuki ruang guru ada beberapa siswa berlarian ke kelas XII IIS 2, ternyata Gita sedang berkelahi dengan salah satu siswa.
"heh Lo kok salahin gue? emang Lo lihat gue ngambil dompet Lo? gue aja baru datang." ujar Gita dengan nada tinggi
"tapikan tadi kamu yg di kelas saat istirahat." jawab Niken
"iya tapikan bukan gue yang ambil, gue juga punya duit kali" jawab Gita
"sudah, sudah, ini ada apaan sih? kalian berdua ikut saya ke kantor" ujar Gito dengan nada tegasnya
"awas lho ya" kata Niken
"ini ada apa sih? kamu lagi Gita, tadi aja udah berulah ini berulah lagi" ucap Gito
"pak, saya ngga salah. Dia ini lho nuduh yang ngga ngga. emang saya pencuri apa?" jawab Gita dengan nada kesal
"tapikan tadi kamu yang di kelas selama istirahat. mana mungkin dompetnya bisa hilang dengan sendirinya" jawab Niken dengan sedih
"udah udah, sekarang kita ke kelas" pinta Gito
"pak, bisa minta tolong kasi pengumuman untuk kelas XII IIS 2 untuk segera masuk?" pinta Gito kepada pak Yudi
"ok baik pak" jawab Yudi
"makasih pak" jawab Gito
"mohon perhatian kepada siswa kelas XII IIS 2 diharapkan masuk ke kelas sekarang. Mohon perhatian kepada siswa kelas XII IIS 2 diharapkan masuk ke kelas sekerang. Terimakasih" ucap pak Yudi
"baik semua karena salah satu dari teman kita ada yang kehilangan dompetnya. sebelumnya saya ingin bertanya kepada kalian semua. apa ada yang melihat atau mengambil dompet Niken?" tanya Gito kepada murid di kelas
jawab serontak "tidak pak"
"baiklah kalau begitu, semuanya berdiri silahkan ketua kelas dan Niken maju ke depan. Silahkan kalian masuk satu persatu, yang cewek akan di periksa Niken sedangkan yang cowok akan di periksa Niko." ujar Gito
"iiiihhhhh" geruman siswa
setelah mereka memeriksa satu persatu, ternyata tidak di temukan.
"baik, kalau tidak ada. Sekarang Niken dan Niko ikut saya periksa semua tas di kelas ini"
dan ternyata dompet tersebut ada di tasnya Gita.
"pak, saya menemukannya" ucap Niko
"pak, saya ngga mencuri dompet dia" jawab Gita
"ah Lo ni dasar pencuri. gara-gara Lo kita jadi korbannya" cemoohan dari teman-temannya
"Gita sekarang kamu ikut saya" ujar Gito
"pak sumpah saya ngga mencuri dompet Niken. Saya juga punya duit sendiri." ujar Gita
Sebenarnya Gito juga tidak percaya dengan apa yang terjadi. Sedangkan tadi pagi ia melihat Gita keluar dari mobil mewah.
"Gita kamu bisa jelaskan kenapa kamu mencuri dompet Niken?" tanya Gito
"pak saya tidak mencuri. Demi Tuhan saya tidak mencuri!" jawab Gita dengan tegas
tanpa berbasa basi Gita di ajak Gito untuk bertemu dengan wali kelasnya Gita.
"pak, tadi dompet Niken hilang dan di temukan di tasnya Gita. tapi Gita tidak mau mengakuinya" ujar pak Gito kepada pak Burhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments