Menikmati waktu pagi sambil berlatih adalah hal yang paling menyenangkan. Tapi, sayangnya ruangan ini berada di bawah tanah, tidak terlihat cahaya matahari, kecuali jam yang berdetak untuk menunjukkan waktu.
Aku beranjak dari kamarku menuju tempat latihan. Tempat itu tersedia alat-alat yang bisa di gunakan untuk latihan dan aku memilih untuk melatih kekuatan dengan meninju samsak di depanku. Aku merasa tubuhku lebih lemah dari terakhir yang ku ingat, belum sepuluh menit aku berlatih, aku sudah merasa lelah.
"Alexa" sebuah suara memanggil namaku.
Aku menoleh ke arah suara, ternyata dia adalah Clare, wanita yang aku temui di tempat kejadian, dan sekarang aku bergabung dengan kelompoknya. Tidak terpikirkan di benakku, kalau aku akan bertemu lagi dengan mereka secepat ini.
"ada apa?" aku menghentikan latihanku, lalu dia menghampiriku.
"kita harus berkumpul di ruang pertemuan. Sepertinya, Madam akan memberikan tugas baru untuk kita" jawabnya.
"aku akan kesana" aku mengambil air minum botol dan meneguknya.
"oke" setelah mendengar jawaban dariku, Clare pun langsung pergi.
Aku berjalan ke kamar dan mengganti pakaianku. Sebenarnya anggota yang berada disini, menggunakan satu kamar untuk beberapa orang, tapi karena banyak yang sedang bertugas, aku meminta untuk memakai kamarku sendiri. Dan Greeta mengizinkannya.
Setelah selesai bersiap, aku menuju tempat itu.
Aku masuk ke dalam ruangan dan melihat mereka semua telah hadir disana, Zain, Kay, Brian, Clare dan juga Greeta. Maksudku Madam Greeta, dia di panggil seperti itu karena usianya yang sudah separuh. Dia juga merupakan salah satu pemimpin di dalam agensi ini.
Greeta hanya memandangku sekilas saat aku telah masuk. Sepertinya, mereka sudah membicarakan banyak hal saat aku tidak ada. Aku duduk di antara Brian dan Clare, hanya itu kursi yang kosong.
"karena kelompok kalian sudah lengkap, kita akan memulai membicarakan rencananya" ujar Greeta.
Kami pun mulai berdiskusi, mereka mengajukan pernyataan ataupun pertanyaan. Hingga akhirnya, rencana itu sudah bulat untuk di laksanakan. Tapi, hal ini bersangkutan dengan wanita yang bernama Emma? Siapa dia?
Aku tidak bertanya sekali pun, dan saat ini kami sedang mempersiapkan banyak hal, mulai dari visa, paspor dan beberapa identitas palsu. Tidak lupa, senjata berkualitas tinggi dan canggih.
"kau tidak bertanya apapun selama rapat tadi" Clare berbicara di sebelahku yang sedang melihat bentuk senjata.
"tidak ada hal yang ingin aku tanyakan" jawabku dan meletakkan pistol di saku kiri celana.
Clare hanya memperhatikanku, setelah itu dia kembali menyusun peralatan miliknya.
Semua telah siap, kami pun keluar dari bangunan itu, segera menuju ke tempat parkir. Dan, aku tidak tau kenapa Brian bertingkah konyol.
"motorku!!!" Brian berteriak dan berlari ke arah motor besar berwarna hitam di tempat parkir.
Aku hanya bisa tersenyum tipis. Ternyata motor yang aku gunakan semalam, adalah motor miliknya. Aku sedikit merasa bersalah karena dia terlihat begitu menyayangi motor itu. Untung saja aku tidak melakukan hal yang bisa membuat motornya hancur.
"kita tidak punya waktu untuk itu, cepatlah!" ucap Kay yang berjalan masuk ke dalam mobil.
Brian tidak peduli apapun, tapi dia langsung berdiri dan meminta penjaga disana untuk menyimpan motornya dengan aman. Setelah itu, dia ikut masuk ke dalam mobil.
Aku dan Clare duduk di tengah, Zain duduk di sebelah supir, Kay dan Brian berada di kursi belakang kami. Kami di antar ke bandara internasional oleh seseorang yang telah di tugaskan.
"kalian bisa menebak orang yang mencuri motorku? Pasti salah satu orang dari orang-orang di markas yang melakukannya" ucap Brian di tengah perjalanan.
"setidaknya, motormu sudah kembali" cetus Clare.
"kalau aku menemukan orang itu, akan aku hancurkan tulangnya!" ungkap Brian dengan kesal.
Aku yang mendengar kalimat itu langsung melirik ke belakang dan menatapnya dengan tajam "coba saja" pikirku. Dia yang menyadari tatapanku, mulai terlihat gelisah.
"ke kenapa kau menatapku begitu?" tanya Brian.
"kau terlalu berisik!" jawabku.
Aku tidak tau apa yang di pikirkan Brian saat itu, tapi sepertinya dia tidak peduli dan mulai mengusik orang di sampingnya.
...***...
Pesawat mendarat dengan mulus tanpa hambatan. Kami menggunakan pesawat penumpang sipil, untuk menghindari hal yang tidak di inginkan. Kami seolah berbaur dengan masyarakat, agar orang tertentu tidak bisa mengetahui kehadiran kelompok ini. Untuk melewati alat pendeteksi logam, itu bukan hal yang sulit, karena beberapa pekerja di setiap tempat penerbangan, adalah mereka yang merupakan anggota dari agensi yang sama.
Setelah tiba di tempat tujuan, secara tidak resmi, Kay telah di pilih untuk memimpin pasukan ini. Dia yang mengatur jalannya misi. Dan hal pertama yang kami lakukan adalah...
"akhirnya" Brian segera memakan pesanan yang berada di atas meja.
Kami langsung menuju hotel sekitar, dan memesan beberapa makanan. Aku atau mungkin juga mereka, tidak tahan mendengar permintaan Brian untuk makan malam.
"salah satu anggota kita telah memberi pesan. Dia mengatakan, pemimpin kelompok itu akan berada di tempat ini malam besok" ungkap Kay menunjukkan gambar di layar gadget miliknya.
"sedang apa dia disana?" tanya Clare.
"bukankah sudah jelas. tempat itu adalah kasino terbesar disini. Dia pasti akan bermain dengan wanita dan uang" jawab Brian.
"Emma juga berada disana?" Clare bertanya kembali.
Kami berkumpul di kursi tamu di tengah ruangan, tempat ini akan kami gunakan untuk beberapa malam. Ada tiga kamar di setiap sisi di ruangan ini.
"Itu tidak pasti. Tapi, jika kita berhasil menangkap pemimpinnya. Hal lain akan jadi lebih mudah" jawab Brian.
"jangan bertindak bodoh, bisa jadi ini adalah perangkap" ungkapku.
"jika informasi tentangnya bisa di ketahui semudah ini, bukankah kalian bisa menangkapnya dari dulu?"
"benar juga, bukankah kau sering kali tertipu oleh seorang wanita cantik?" Brian menimpali sambil melirik ke arah Zain.
Zain sedikit merubah raut wajahnya, namun tidak memedulikan ucapan Brian.
"pemimpin kelompok itu adalah pria tua, wanita itu hanya pengalihan, aku sudah pernah melihatnya" ucap Zain.
"itu bagus, tapi walaupun anggota kita telah bertambah, hal itu hanya menambah lima persen peluang untuk bisa menangkapnya" jelas Kay.
"bukankah tujuan kalian saat ini adalah Emma?" tanyaku.
"Emma hanya sebuah alasan untuk kita melakukan hal ini. Tujuan utama kita adalah orang itu" jawab Zain tegas.
Aku mengangguk, tanda mengerti. Kami pun terus membahas hal itu, merencanakan hal yang sangat detail, hingga larut malam. Tapi, rencana hanyalah sebuah kalimat, jika tidak di lakukan, kita tidak akan tau hasilnya. Dan terkadang, perencanaan lewta percakapan terasa lebih mudah dari pada langsung turun ke lapangan.
Malam semakin larut, kami pun memutuskan untuk beristirahat di kamar yang telah di tentukan. Aku dan Clare menggunakan kamar yang paling ujung, berada di dekat jendela.
Tapi, saat ini aku tidak bisa tidur karena pikiran yang selalu menghantuiku, aku pun memutuskan untuk berjalan keluar kamar.
Tanpa terasa, aku sudah berada di liar hotel. Melihat telepon umum di sekitar tempat itu, aku pun berjalan mendekatinya. Dengan sedikit keraguan, aku memasukkan koin, menekan beberapa nomor dan menghubungi orang di ujung telepon. Aku terus memikirkan hal yang aku alami selama ini.
"Hallo" terdengar suara di ujung telepon.
"katakan pada papa, ini Zoe" ucapku.
Aku mendengar beberapa suara yang tidak jelas di ujung telepon. Mereka pasti sedang berpikir dan membicarakan sesuatu mengenaiku.
"Zoe? Hahahhaha, kau kembali, rupanya!" suara papa, aku mendengarnya.
"apa yang kau lakukan selama ini? Aku mencarimu selama dua tahun, tapi kau kembali dengan sendirinya" ungkap papa.
"Apa maksudnya? Selama dua tahun aku tidak bersama kalian?" tanya ku dengan heran.
"apa kau lupa?" papa bertanya di ujung telepon.
Ini seperti kalimat jebakan untukku. Bagaimana ini? Apa yang harus ku katakan? Apa yang terjadi padaku sehingga papa mencariku, atau aku adalah targetnya.
Aku tidak menjawab dan langsung memutuskan sambungan telepon. Bukan karena aku tidak bisa menebak isi pikiran papa, tapi karena aku melihat Zain keluar dari hotel.
Aku segera mengembalikan telepon ke tempat semula dan berjalan menghampirinya.
"apa yang kau lakukan di sini?" tanya ku padanya.
"harusnya aku yang bertanya" jawab Zain.
"aku tidak bisa tidur, aku hanya ingin mencari udara segar" jawabku.
"tidak ada udara segar di tempat ini, malam ataupun siang. Tapi, kalau kau ingin mencari perhatian penjahat, disini mungkin tempat yang tepat" Zain mengatakan hal itu dan langsung berjalan kembali ke hotel, meninggalkan ku.
"dia tidak tau, siapa di balik sosok Alexa" aku bergumam, aku pun berjalan mengikutinya dari belakang.
Kami memasuki lift bersama, kamar yang kami gunakan ada di lantai dua puluh empat, dan itu memerlukan waktu untuk sampai di atas, walaupun menggunakan lift.
"siapa yang kau hubungi?" Zain bertanya padaku. Aku pikir dia tidak melihatku.
"kau tidak perlu tau" jawabku.
"selama bekerja, kita tidak boleh berurusan dengan orang lain. Walaupun urusan itu berhubungan dengan keluargamu" Jelas Zain.
"aku tau, tidak perlu kau jelaskan"
Pintu lift telah terbuka, Zain dan aku melangkah keluar bersamaan, kami hampir menabrak satu sama lain, untungnya aku sempat menahan langkahku dan pintu lift juga lumayan lebar, sehingga tabrakan itu tidak terjadi.
...***...
Katanya, jika seseorang terjebak di lumpur hisap, cara agar dirinya terbebas adalah dengan bersikap tenang. Walaupun kotornya sama, tapi tempat ini bukanlah kubangan lumpur.
Meja bundar terletak di seluruh penjuru tempat ini. Beberapa orang mengelilingi meja dengan uang di hadapan mereka. Segala jenis minuman dan berbagai macam model wanita menjadi pendamping permainan itu. Disinilah aku berada, di dalam Casino terbesar di daerah ini.
Kami masuk secara terpisah. Karena mereka menganggap aku masih baru dalam hal ini, aku pergi bersama Kay dan Brian. Aku dan Brian menyamar sebagai wanita yang menemani pria hidung belang (Kay) untuk bergabung dalam sebuah permainan.
"Si*l*n!!!" Beberapa kali Brian mengumpat karena hampir jatuh saat menggunakan High heels.
"kenapa harus aku yang jadi wanita?!" tanya Brian kesal.
Brian lebih cocok menjadi wanita karena tubuhnya yang lebih kecil di banding Kay dan Zain.
"sudahlah, kita tidak punya pilihan" cetus Kay.
Kami memasuki tempat itu saat malam hari, suasana di sana sangat ramai, seperti yang sudah di perkirakan. Aku mengenakan mini dress tanpa lengan berwarna biru tua, rambut yang di gelung ke atas, Kay mengenakan kaos putih, celana hitam, dan jaket hitam, serta topi fedora. Sedangkan Brian, menggenakan mini dress hitam, syal berbulu dan wig, sulit sekali mencari baju yang cocok untuknya.
...***...
TAKKK!! Zain memukul kepala orang itu, dan dia pingsan. Orang itu adalah salah seorang security yang memantau kamera Cctv. Zain menyeretnya ke tempat sepi dan mengganti pakaian orang itu dengan pakaian miliknya. Setelah itu di keluar, bersikap biasa seolah tak terjadi apapun.
Clare melakukan hal yang sama, dia mengincar security wanita yang tidak banyak bekerja disana. Biasanya wanita yang bekerja menjadi security adalah seorang wanita yang tubuhnya lumayan besar, sehingga saat Clare mengenakan baju itu, bajunya terasa longgar di tubuhnya.
Mereka segera masuk ke ruang Cctv dan menjatuhkan beberapa orang yang masih tersisa di dalamnya.
...***...
Kay melemparkan sejumlah uang ke atas meja, orang-orang yang sedang bermain pun melihat ke arahnya. Kay memainkan perannya dengan sangat baik.
"sepertinya kau baru disini" ucap salah seorang dari mereka, dia adalah lelaki tua yang hampir botak.
"tidak" jawab Kay.
"benarkah? Aku bermain setiap hari disini, tidak mungkin aku tidak mengenalmu" ucap orang tua itu.
"mungkin kau melewati ku"
"hoho baiklah, kau anak muda yang penuh semangat" orang tua itu berkata sambil melirik padaku dan Brian.
"aku melihatnya!" kata Zain.
Kami menggunakan alat pendengar di telinga, alat itu bisa menyesuaikan warna dengan kulit, sehingga sulit untuk di lihat jika tidak di perhatikan dengan benar.
"arah jam sembilan!" lanjut Zain.
Aku menoleh ke arah itu, begitu pun dengan Brian. Tapi, Kay tidak bisa mengalihkan pandangannya, karena orang yang berada dengan kami adalah si tukang tipu. Orang itu menggunakan cara menipu untuk terus menang, baik dalam mengumpulkan uang ataupun wanita. Banyak sekali wanita yang mengelilinginya. Tapi tentu saja, ada tiga orang pria lainnya yang ikut bermain, dan mereka juga membawa "mainannya" (para wanita).
Aku melihat beberapa orang datang bersamaan. Mereka mengenakan jas hitam, dan aku tau pasti, dia yang berada di tengah adalah orang yang Zain katakan. Orang itu duduk di meja yang terletak paling ujung, meja itu di isi oleh orang-orang yang berkuasa. Mungkin hanya orang bodoh yang tidak mengenal mereka.
"Si*l!!!"
Aku melirik, orang tua itu mengumpat di tengah permainan, sepertinya dia tidak beruntung malam ini.
"kau menjebakku, hah?!?" orang tua botak itu berkata ke arah pemuda di sebelah ku.
Seperti yang sudah di rencanakan. Kay akan melempar umpan, dan segera mendapatkan ikannya. Pemuda yang ikut bermain di sebelahku adalah umpannya, dia sudah lama bermain disini, tapi selalu kalah. Kami pun menemuinya dan memberi tahu sebuah cara padanya, agar dia menang di permainan kali ini, tentu saja dengan penyamaran yang lain.
Pemuda itu pun menerimanya tanpa curiga. Saat dia membongkar kecurangan pria tua itu, pria tua yang hampir botak itu akan marah, dan umpan telah di makan.
"B*ngs*t!!! Ternyata selama ini kau berbuat curang?" seorang lainnya ikut berkomentar.
Pria tua itu tersudut, tapi karena dia memiliki kuasa dan uang, dia di lindungi oleh orang-orang berbaju hitam, yang merupakan bodyguard nya. Perkelahian pun tak terelakkan, masing-masing orang memiliki kuasa dan uang, sehingga mereka lebih memilih melawan dan tidak sudi di rendahkan.
Sebelum keributan semakin parah, Kay segera memberi kode untuk menjauh. Lalu, melakukan rencana selanjutnya.
"apa yang kau lakukan?" tanyaku pada Brian saat melihat dia memasukkan uang ke dalam bra di dadanya.
"dasar bod*h!!!" aku menarik tangannya untuk menjauh dari tempat itu.
"kau tidak bisa melihat peluang di tengah keributan?" ucap Brian setelah berhasil aku tarik.
"kau seperti tikus kelaparan di antara tikus yang sedang bertarung!" ucapku.
"apa katamu?!?" Brian menatapku tajam, tapi aku segera menjauh dan berjalan cepat menyusul Kay.
Kay sedang berjalan ke meja yang berada di ujung. Tapi, dia tidak benar-benar kesana, dia berhenti di bar yang sangat dekat dengan meja itu.
"kita berpencar, aku akan mengawasi mereka dari sini. Jika kita terus bersama, hal itu akan menimbulkan kecurigaan" ungkap Kay, aku mendengarnya ketika berada di belakangnya.
Aku melirik ke arah meja itu, mereka yang ada di sana tidak bermain, melainkan berbicara hal yang tidak aku ketahui. Tempat ini sangat ramai dan berisik, jika ingin mendengar sesuatu, bukankah harus lebih dekat?
Aku melihat ke arah Brian, dia pasti sudah mendengar perintah dari Kay, dan tidak akan menuju kesini. Brian mengambil timbunan kertas di dadanya dan memasukkannya ke dalam tas. Aku hanya menghela nafas melihat kelakuannya yang tidak berguna itu. Aku sempat berpikir, bagaimana caranya dia bisa masuk ke dalam agensi ini.
"aku akan mendekati mereka" ucapku.
"ap yang mau kau lakukan?" suara Zain terdengar di telingaku.
Aku tidak peduli dan berjalan menuju meja itu.
"tunggu! Mereka akan segera pergi!" kata Clare menghentikan langkahku.
"ada yang aneh" lanjutnya berbicara.
Aku tidak tau apa yang di lihat Zain dan Clare dari kamera pengawas.
"dari arah jam dua, tiga orang berdiri membawa senjata" ungkap Zain.
"aku juga melihatnya, arah jam enam, lima orang dengan pakaian yang sama, mereka membawa senjata" kali ini Clare yang bicara.
Aku melirik ke arah yang mereka katakan, dan mereka memang ada, lalu bukan hanya dua tempat itu, mereka menyebar di setiap meja. Kay yang berada di meja bar, melirik sekitar dengan memegang gelas berisikan wine di tangan kanannya.
"kita harus pergi" ucap Kay.
"hati-hati, jangan berlari, bersikap seperti biasa" Zain berbicara di ujung sana.
Aku yakin saat ini Zain dan Clare juga sedang mempersiapkan diri untuk segera pergi dari sana, karena tidak lama lagi, tempat ini akan berubah menjadi tempat pembantaian, tidak peduli siapapun orangnya. Aku sudah mengambil langkah menuju pintu keluar sejak mulai merasa ada yang aneh dalam situasi ini. Brian sudah melangkah jauh di depanku.
DUAR!!! Peluru pertama di lepaskan, di ikuti peluru lainnya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Kustri
hrs bener² nyimak
2021-04-24
0