EPISODE 1 (AMNESIA)

Bagaimana rasanya mati?

Kata orang, mati adalah hal yang menyakitkan. Rasanya seperti seolah seluruh organ tubuhmu di tarik keluar secara paksa. Tapi, sebagian orang juga mengatakan, kematian adalah hal yang membawa kedamaian.

Aku tidak tau bagaimana rasanya mati, tapi aku tau rasanya ketika menghadapi kematian. Tubuhku seolah hancur berkeping-keping dan pandanganku mulai buram, lalu menghitam. Aku pikir saat itu aku benar-benar akan mati, tapi takdir berkata lain.

Aroma obat-obatan mulai tercium, yang artinya indra penciumanku baik-baik saja. Tanganku mulai bergerak dan merasakan tekstur selimut yang menyelimuti tubuhku, syaraf indra peraba ku masih berfungsi. Cahaya putih mulai terlihat saat aku membuka mata, yang artinya indra penglihatanku masih bekerja dengan baik.

“syukurlah, akhirnya anda sadar” ucapnya.

Aku mendengar suara itu, indra pendengaranku dalam keadaan normal.

Aku melirik ke arah suara, melihat seseorang yang tadi berbicara. Dia adalah seorang pria dengan pakaian dokternya, dia berada di sebelahku seolah tau bahwa aku akan segera pulih dan sadar.

"anda akan saya periksa" ucapnya lagi.

Dia mendekatiku dan mulai memeriksa keadaanku, dari mulai detak jantung sampai fungsi pendengaranku. Dia bernafas lega karena semuanya baik-baik saja. Namun, aku masih sulit menggerakkan tubuhku.

Setelah beberapa hari berlalu, kondisiku mulai membaik dan bisa menggerakkan tubuhku. Hari ini adalah hari kelima, sejak sadarkan diri.

"kondisi anda mulai membaik, syukurlah. Anda berhasil melewati masa kritis selama empat bulan, kondisi seperti ini jarang terjadi, anda beruntung" ucap dokter.

Namanya Alvin, dia adalah dokter yang selalu memperhatikan perubahan yang terjadi padaku. Aku tidak tau usianya, tapi dari wajahnya dia memiliki usia yang sama denganku. Dia memiliki rambut dan bola mata berwarna coklat.

"saat anda di bawa kesini. Tidak ada seorang pun yang datang bersama anda" ucapnya.

Aku menatap dokter itu dengan heran.

"saya akan memasukkan data anda di sini. Bisa beritahukan nama anda?" tanya Alvin.

Aku semakin heran dan mengernyitkan keningku. "lalu, siapa yang membawaku ke tempat ini?" pikirku.

“Alexa, namaku Alexa” jawabku. Sebenarnya, itu bukan nama panggilanku. Tapi, aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.

"nama orangtua?" Dia kembali bertanya.

Aku benar-benar sendirian. Dataku tidak ada di rumah sakit ini.

"apa aku memiliki orangtua?" jawabku sambil memasang wajah seolah tidak tau apapun.

Alvin menghentikan tangannya yang sedang menulis di atas kertas, lalu menatap padaku.

"aku… tidak ingat apapun selain namaku" ucapku.

"kalau benar tidak ada seorang pun yang datang bersamaku, kenapa aku bisa tiba disini?" tanyaku.

"anda terdampar di sisi pantai. Dan yang membawa anda kemari adalah para nelayan yang bekerja disana" jawab Alvin.

"pantai? Bukankah aku terjatuh dari lantai tiga?" tanyaku.

Alvin menutup buku data itu dan meletakkannya di atas meja.

"tidak. Anda di bawa dengan kondisi yang cukup parah saat tiba disini. Bagaimana anda bisa berpikir kejadian yang lain? Apa anda tidak ingat kejadian terakhir sebelumnya?" tanya Alvin.

"saat itu, aku terjun bebas bersama seseorang dari lantai tiga." ucapku. Aku tidak bohong, kejadian itu lah yang aku ingat terakhir kali.

"lantai tiga?" Dia menatapku dengan heran.

Aku mengangguk.

"baiklah, saya akan melakukan pemeriksaan lagi" ucap Alvin.

Aku hanya terpaku mendengar penjelasan dokter di hadapanku ini.

"aku tidak ingat hal apapun yang berhubungan dengan air. Apa dokter yakin?" tanyaku. Mungki saja orang yang membawaku kemari mengatakan sesuatu yang telah di ubah.

"jika anda terjatuh dari lantai tiga, ada beberapa masalah serius yang akan anda alami, misalnya patah tulang. Tapi, saat anda di bawa kemari, kondisi anda cukup parah dan tidak ada tanda jika anda baru saja terjatuh dari lantai tiga" Alvin menjelaskan dengan wajah yang serius. Dia tidak berbohong.

Aku hanya diam. Aku tidak tau harus berkata apa.

"anda juga mengenakan gaun pengantin" lanjutnya.

"gaun pengantin? Yang benar saja? Tidak mungkin mereka memakaikan aku gaun, lalu menenggelamkan aku, kan? Lalu, siapa yang membawa ke tempat ini? Aku yakin, ada hal yang aku lewatkan" pikiranku terasa seperti sedang di aduk.

"baiklah, dok. Aku mengerti" ucapku sambil mengangguk.

Aku tidak menanyakan apapun lagi dan akan mencari tau jawabannya sendiri.

Saat dokter itu sudah pergi, aku melirik kearah meja, disana tertera kalender digital. Jam itu menunjukkan tanggal dan tahun yang sangat jauh dari yang aku pikirkan.

“Ini, sudah dua tahun sejak kejadian itu. Apa yang terjadi selama ini? kenapa aku tidak ingat kejadian setelah hari itu?” tanyaku sambil memegang kepalaku.

Pikiranku lebih terganggu dengan kalimat "gaun pengantin".

.........

Satu minggu berlalu. Selama itu, aku menjalani berbagai macam pemeriksaan dan yang membuatku sedikit terkejut adalah karena di temukannya masalah pada salah satu bagian di otak ku. Awalnya aku hanya ingin berpura-pura, tapi ternyata aku benar benar mengalaminya, aku mengalami Amnesia.

Selama berada di rumah sakit. Dokter Alvin lah yang mengurus semua kebutuhanku, mulai dari makanan dan biaya rumah sakit. Dia pun selalu meluangkan waktunya untuk mengunjungiku.

Setelah dua minggu berlalu, aku di perbolehkan untuk keluar dari rumah sakit karena kondisiku sudah benar-benar sehat. Awalnya aku berpikir untuk menemui seseorang jika keluar dari tempat ini. Tapi Alvin mengajakku kerumahnya, hanya sementara, sampai aku bisa memulihkan ingatanku.

Aku tidak berpikir untuk menolak dan menerima bantuannya. Aku juga tau, Alvin adalah laki-laki yang baik, bukan hanya dari percakapan para perawat, tapi aku bisa mengenal seseorang dengan mudah. Justru aku sendiri lah yang harus di waspadai.

.........

Aku tiba di kediaman Alvin pukul pukul 8 malam. Tiga puluh menit perjalanan dari rumah sakit. Alvin sendiri yang membawa mobil dan mengajakku bersamanya.

"ini kamar adik perempuan saya, anda bisa menggunakannya sementara" Kata Alvin, saat dia membuka pintu kamar.

Kami berada di lantai dua di depan sebuah ruangan.

"tidak perlu bicara sopan padaku. Anggap saja aku temanmu yang sedang menginap" ungkapku.

Alvin mengangguk dan tersenyum "akan ku coba"

Aku pun melangkahkan kaki dan masuk ke dalam kamar, melihat sekitarnya. Kamar ini cukup luas untuk di gunakan sendiri, karena mungkin tidak terlalu banyak barang di dalamnya, hanya ada lemari dan kasur.

"ada beberapa pakaian yang bisa kamu gunakan, mungkin pakaiannya akan cukup padamu. Kalau tidak, aku bisa membelikan beberapa pakaian untukmu" ujar Alvin, sambil menunjukkan lemari pakaian.

"tidak perlu, aku tidak menggunakan banyak pakaian" jawabku.

Aku mengambil langkah dan berjalan ke arah jendela. Saat memandang keluar, tidak ada apapun di sana, hanya beberapa tanaman bunga dan lampu yang menyinarinya.

"aku akan ke bawah untuk menyiapkan makan malam, aku akan memanggil mu nanti" ucap Alvin.

"perlu ku bantu?" tanyaku menawarkan diri.

"tidak usah. Kamu istirahat saja disini" jawabnya.

"apa kau tinggal sendirian?" tanyaku.

"iya. Tapi, selalu ada orang yang datang ke rumahku untuk membersihkannya. Dia datang setiap hari. Seperti pekerja, tapi tidak menetap" jawabnya.

"ohh. Aku tau, aku pernah mendengar hal seperti itu" ucapku.

"aku akan memanggilmu saat makanannya sudah siap" ucapnya.

Aku mengangguk.

Dia pun pergi keluar ruangan ini menuju lantai bawah. Sementara aku, memikirkan hal lain yang selalu menggangguku.

Waktu terasa sangat singkat jika memikirkan hal yang rumit dan tidak terasa hari sudah semakin malam.

Aku menyantap makanan yang di buat olehnya, tepat setelah satu jam berlalu. Makanannya terbilang lezat, walaupun bentuknya tidak karuan.

"sepertinya, kau ahli dalam segala bidang. Seorang dokter dan jago memasak" ucapku di tengah makan malam.

"kamu terlalu memujiku" jawabnya.

"aku tidak bohong. Makanan mu enak" ungkapku.

"trimakasih, aku senang kamu menyukainya"

Suara sendok dan garpu di atas piring menjadi pembicaraan selanjutnya, karena percakapan masih terasa canggung di antara aku dan dia.

Setelah selesai makan malam, Alvin mendapat panggilan dari rumah sakit. Entah apa yang di bicarakan orang di ujung ponselnya itu, tapi di lihay dari ekspresi wajah Alvin, sepertinya bukan masalah kecil.

"aku akan pergi ke rumah sakit, ada hal mendesak yang harus aku lakukan. Kalau kamu butuh sesuatu, kamu bisa menghubungiku. Tapi aku harap tidak ada masalah apapun" ucap Alvin setelah menutup panggilan dari ponselnya.

Aku mengangguk "aku tidak berniat melakukan apapun. Semoga pekerjaanmu selesai tanpa masalah"

Setelah itu, dia bergegas pergi ke kamarnya untuk bersiap dan mengambil beberapa barang. Dia terlihat sangat terburu-buru. Kepergiannya seolah memberiku kesempatan untuk melakukan hal lain.

Setelah lebih dari 30 menit Alvin meninggalkan rumah, aku pun berjalan mengitari tempat ini untuk memperhatikan semuanya. Aku harus melihat secara teliti sudut-sudut rumah, karena siapa tau dia meletakkan kamera pengawas di sekitarnya.

Setelah memperhatikan semuanya, aku menemukan tiga kamera pengawas yang tersembunyi di ruang tengah, ruang makan dan halaman rumah.

Setelah mengetahui seluk beluk rumah, aku pun segera memasuki kamar milik Alvin, memeriksa beberapa lemari. Sebelumnya, aku menggunakan sarung tangan untuk menutup sidik jariku, karena tidak ingin meninggalkan satu kesalahan apapun. Bahkan pada barang yang aku sentuh, aku akan mengingatnya dan membersihkannya.

Beberapa lemari hanya di isi pakaian ataupun kertas-kertas yang ku pikir "sangat penting" untuknya, tidak untukku. Aku pun mengabaikan benda itu, dan terus menyusuri seisi lemari. Akhirnya aku menemukan apa yang ingin ku cari.

Lemari itu adalah lemari besi, dengan pengamanan yang biasa. Mungkin bagi orang yang tidak tau, benda ini adalah hal yang paling sulit untuk di buka. Namun, bagi mereka yang profesional, benda ini adalah sesuatu yang biasa. Tapi, semakin berkembangnya teknologi, benda ini pun ikut berkembang dan saat ini aku sedang berhadapan dengan benda canggih itu.

Lemari besi ini di lengkapi password pengaman, dan jika salah memasukkan password, maka pemiliknya akan segera mengetahui hal itu. Karena benda ini terhubung sistem komunikasi.

Sama seperti ponsel, benda ini menggunakan simcard. Dan aku harus mengetahui dimana letaknya simcard itu berada dan juga harus memasukkan password yang benar. Tapi, hal itu lumayan sulit untukku. Bukan karena tidak biasa, tetapi karena aku lupa caranya dan melupakan beberapa hal penting lainnya.

Setelah beberapa lama bermain dengan lemari besi itu, akhirnya aku menyerah. Aku pergi ke lemari yang lain dan akhirnya menemukan lemari besi yang lebih mudah. Lemari ini tidak sulit untuk di buka, keamanannya hanya menggunakan kode putar.

Aku mengambil stetoskop dan mulai membukanya. Aku memfokuskan pikiranku pada bunyi di dalamnya. Tidak boleh terdengar suara apapun, bahkan detak jantungku. Dan ketika terdengar bunyi "tik", lemari pun terbuka.

Aku lega dan tersenyum. Bukan karena berhasil membukanya, tapi karena isi di dalamnya. Ada sejumlah uang dan beberapa surat penting. Dan yang paling membuatku senang adalah pistol ringan yang ada di dalamnya, untungnya benda itu masih berfungsi.

Aku membereskan semua yang terlihat mencurigakan. Bahkan, mungkin jejak kakiku sendiri. Aku juga menghapus jejak rekaman kamera pengawas dengan komputer milik Alvin yang berada di kamarnya. Walaupun sebenarnya, kamera itu terhubung pada ponselnya.

Setelah semuanya terlihat sempurna, aku segera keluar rumah dengan tidak melewati halaman utama. Aku pergi keluar dengan berjalan kaki, menggunakan sepatu yang kebesaran milik Alvin, celana panjang dan kaos, serta topi hitam di kepalaku. Tidak lupa uang dan pistol yang berada di saku celana.

Aku melewati beberapa tempat dan mengunjungi mall terdekat.

Jika orang lain melihatku melakukan hal ini, mungkin mereka akan mengatakan bahwa aku adalah "manusia tidak tau diri". Tapi, mereka tidak tau siapa aku dan aku tidak peduli.

Hal pertama yang aku pikirkan saat memasuki mall adalah mengunjungi toko sepatu. Lalu, berjalan ke toko baju. Setelah itu, aku ke supermarket yang berada di dalamnya, membeli beberapa peralatan yang aku butuhkan.

Setelah semua sudah ku beli, aku mencari toilet. Aku mengeluarkan bahan-bahan yang dibeli. Pertama adalah gunting, untuk memotong rambutku. Lalu, pewarna rambut, untuk mengubah warna rambutku, dan lensa kontak berwarna hitam.

Rambut asliku berwarna kuning keemasan dan bola mataku berwarna hijau. Beberapa orang akan mengenalku jika aku masih menggunakan penampilan yang lama. Aku mengganti pakaianku, juga menggunakan sepatu yang pas, di tambah jaket dan masih menggunakan topi yang sama.

Aku bercermin untuk memastikan penampilan ku sudah sempurna, tidak tampak seperti diriku yang sebelumnya. Aku pun membuang barang yang sudah tidak kubutuhkan lagi ke tempat sampah. Dan berjalan keluar mall, untuk melakukan tindakan selanjutnya.

DUAARRRR!!!! bunyi ledakan yang memekakkan telinga terdengar dari arah belakang, saat itu aku sudah berada di luar mall. Semua pengunjung berteriak, aku menoleh. Setengah gedung yang berada di lantai dua tampak hancur.

Kejadian tiba-tiba yang tidak terduga itu, membuatku berpikir sejenak.

Tidak lama setelah kejadian, para petugas pun mulai berdatangan. Dari polisi, pemadam kebakaran dan juga petugas rumah sakit. Mereka berlari ke arah gedung, berteriak menyuruh orang agar tidak mendekat. Aku pun salah satu yang di tarik agar menjauh. Garis polisi di pasangkan.

"telah terjadi pengeboman di area x, di duga merupakan pelaku dari seorang ter0r!s" para wartawan pun mulai berdatangan.

Aku melihat sekitar, beberapa orang berdatangan, mereka bukan salah satu anggota polisi atau yang lainnya. Hanya dugaanku saja, kalau mereka adalah orang-orang yang bekerja di salah satu agensi tertutup, yang bergelut pada kasus yang tidak biasa. Itu artinya, kasus ini sangat berbahaya.

Aku melewati beberapa penjaga yang bertugas menahan pengunjung untuk masuk. Aku berhasil masuk dengan mencari celah di antara para penjaga. Saat aku tiba di dalam, terlihat banyak orang yang terluka dan beberapa orang yang tidak tertolong. Aku yakin, ini bukan hanya kecelakaan biasa, tapi sesuatu yang sudah di rencanakan. Di lihat dari kehadiran beberapa orang yang sedang aku ikuti saat ini. Mereka adalah anggota agensi tertutup.

"seharusnya kita tidak disini! mereka pasti sudah pergi jauh" ucap salah seorang pria di antara mereka.

"ini perbuatan GRAFEDI, tapi aku tidak tau, kejadian ini di lakukan hanya untuk peringatan atau pengalihan" ucap seorang wanita.

Sepertinya, mereka adalah rekan satu kerja.

Mendengar kalimat GRAFEDI, membuatku terdiam, karena nama itu tidak asing di telingaku. Mereka adalah sebuah komunitas gelap, berisikan orang-orang gila yang haus akan kekayaan.

Pemimpin kelompok itu adalah seorang yang jauh lebih gila, dan sulit untuk mengetahuinya. Walaupun mereka mengetahuinya, akan tetap sulit untuk menangkapnya.

"jangan sentuh!" teriakku. Aku tidak sadar saat mengatakannya.

Aku melihat salah satu dari mereka hendak mengangkat sebuah batu. Di bawah batu itu terdapat sesuatu yang janggal.

Karena mendengar ucapanku, mereka pun menoleh kearah ku.

"sepertinya kau bukan anggota kami, pakaian yang kau kenakan juga bukan seperti petugas" ucap pria 1.

"di bawah itu adalah peledak yang kedua" ucapku. Walaupun aku tau, bukan itu jawaban yang di inginkannya.

"apa?" mereka terlihat kaget.

"bagaimana kau bisa tau?" tanya pria 2.

Mudah saja, karena aku selalu mempelajarinya. Jika ingin menghancurkan suatu barang tanpa bisa di perbaiki, lakukanlah lebih dari sekali. Maka, barang itu akan hancur hingga tidak terlihat bentuk aslinya.

Aku berjalan mendekati batu itu, lalu mengeluarkan benda hitam di bawahnya dengan perlahan.

"ap apa yang kau lakukan? Berbahaya!" teriak wanita yang bersama mereka.

Aku tidak menghiraukannya. Setelah berhasil mengeluarkan benda itu, aku pun langsung mematikannya.

"benda ini sudah mati" ucapku.

Setelah mematikan benda itu, aku pun memberikan benda itu pada wanita di hadapanku.

"kalian bisa memeriksa jenis benda ini" ucapku.

Mereka melihatku dengan tatapan heran sekaligus curiga.

"siapa kau sebenarnya?" tanya pria 1.

"kau tidak perlu tau. Tapi, apa yang sebenarnya kalian lakukan? Apa kalian tidak sadar, kalau kejadian ini adalah umpan?" tanyaku

"umpan?" si wanita mengernyitkan keningnya.

Aku mengangguk "ya, mereka melakukan hal ini karena mereka sudah menerkanya dan merencanakannya di awal. Kalian akan datang ke tempat ini tanpa perhitungan, masuk ke dalam dan memeriksanya. Dan ketika fokus kalian teralihkan oleh kejadian ini, BOOM! Kalian menjadi korban berikutnya"

Tatapan mereka semakin curiga padaku setelah aku menjelaskannya. Sebelum pertanyaan keluar dari mulut salah seorang dari mereka, aku melangkah menjauh, karena tidak ingin masuk dalam kejadian itu. Tapi, si wanita menarik lenganku.

"berterimakasih lah karena aku menyelamatkan nyawamu!" aku berbicara sebelum dia bertanya.

Dia melepaskan lenganku dan tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

Aku pun berjalan menjauh, keluar dari dalam reruntuhan.

...***...

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

100% nyimak

2021-04-24

0

My Harry

My Harry

gk ngerti jalan cerita nya

2021-04-17

0

Capricorn girl💫

Capricorn girl💫

masih nyimak belom ngerti

2021-04-07

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 EPISODE 1 (AMNESIA)
3 EPISODE 2 (ALEXA)
4 EPISODE 3 (FIRST MISSION)
5 EPISODE 4 (WE LOST HIM)
6 EPISODE 5 (LESS INFORMATION)
7 EPISODE 6 (A GIRL LIKE HER)
8 EPISODE 7 (WHO IS SHE?)
9 EPISODE 8 (RENALEXA ZOE GRAFEDI)
10 EPISODE 9 (CHIP)
11 EPISODE 10 (SHE'S A MAN)
12 EPISODE 11 (MASTER AND SERVANT)
13 EPISODE 12 (TELL US)
14 EPISODE 13 (WHO?)
15 EPISODE 14 (FOUND HER)
16 EPISODE 15 (HUH...)
17 EPISODE 16 (I LIKE IT)
18 EPISODE 17 (THE DATA IS EMPTY)
19 EPISODE 18 (OBVIOUS)
20 EPISODE 19 (YOU ARE LIAR)
21 EPISODE 20 (YOU LOOK TERRIBLE)
22 EPISODE 21 (BENJAMIN?)
23 EPISODE 22 (TRUST ME)
24 EPISODE 23 (WHO ARE YOU?)
25 EPISODE 24 (A CAT?)
26 EPISODE 25 (YOU AND I)
27 EPISODE 26
28 EPISODE 27 (THREE YEARS AGO)
29 EPISODE 28 (THREE YEARS AGO 2)
30 EPISODE 29 (THREE YEARS AGO 3)
31 EPISODE 30 (THREE YEARS AGO 4)
32 EPISODE 31 (STETHOSCOPE)
33 EPISODE 32 (THREE YEARS AGO 5)
34 EPISODE 33 (THREE YEARS AGO 6)
35 EPISODE 34 (GRADIANT LEO GRAFEDI)
36 EPISODE 35 (MUD PUDDLE)
37 EPISODE 36 (PRISONER)
38 EPISODE 37 (AMNESIA ANTEROGRADE)
39 EPISODE 38 (DEG!)
40 Main Character (Peran Utama)
41 EPISODE 39 (THE PRESIDENT)
42 EPISODE 40 (HE IS DEAD)
43 EPISODE 41 (I LOVE YOU)
44 EPISODE 42 (FIRST NIGHT)
45 EPISODE 43 (LOVER)
46 EPISODE 44
47 EPISODE 45 (ALEXA IS DEAD)
48 EPISODE 46 (BAD NEWS)
49 EPISODE 47
50 EPISODE 48
51 EPISODE 49
52 EPISODE 50 (PLAN 01)
53 EPISODE 51
54 EPISODE 52 (WE DO IT)
55 EPISODE 53 (WE DID IT)
56 EPISODE 54 (HE ALREADY KNOWS THE TRUTH)
57 EPISODE 55
58 EPISODE 56
59 EPISODE 57
60 EPISODE 58 (TAKE A BREATH)
61 EPISODE 59
62 EPISODE 60
63 EPISODE 61
64 EPISODE 62
65 EPISODE 63 (CANCEL THE PLAN)
66 EPISODE 64
67 EPISODE 65
68 EPISODE 66
69 EPISODE 67
70 EPISODE 68
71 EPISODE 69
72 EPISODE 70 (END)
73 EPISODE BONUS 1
74 EPISODE BONUS 2
75 EPISODE BONUS 3
76 EPISODE BONUS 4
77 EPISODE BONUS 5
Episodes

Updated 77 Episodes

1
PROLOG
2
EPISODE 1 (AMNESIA)
3
EPISODE 2 (ALEXA)
4
EPISODE 3 (FIRST MISSION)
5
EPISODE 4 (WE LOST HIM)
6
EPISODE 5 (LESS INFORMATION)
7
EPISODE 6 (A GIRL LIKE HER)
8
EPISODE 7 (WHO IS SHE?)
9
EPISODE 8 (RENALEXA ZOE GRAFEDI)
10
EPISODE 9 (CHIP)
11
EPISODE 10 (SHE'S A MAN)
12
EPISODE 11 (MASTER AND SERVANT)
13
EPISODE 12 (TELL US)
14
EPISODE 13 (WHO?)
15
EPISODE 14 (FOUND HER)
16
EPISODE 15 (HUH...)
17
EPISODE 16 (I LIKE IT)
18
EPISODE 17 (THE DATA IS EMPTY)
19
EPISODE 18 (OBVIOUS)
20
EPISODE 19 (YOU ARE LIAR)
21
EPISODE 20 (YOU LOOK TERRIBLE)
22
EPISODE 21 (BENJAMIN?)
23
EPISODE 22 (TRUST ME)
24
EPISODE 23 (WHO ARE YOU?)
25
EPISODE 24 (A CAT?)
26
EPISODE 25 (YOU AND I)
27
EPISODE 26
28
EPISODE 27 (THREE YEARS AGO)
29
EPISODE 28 (THREE YEARS AGO 2)
30
EPISODE 29 (THREE YEARS AGO 3)
31
EPISODE 30 (THREE YEARS AGO 4)
32
EPISODE 31 (STETHOSCOPE)
33
EPISODE 32 (THREE YEARS AGO 5)
34
EPISODE 33 (THREE YEARS AGO 6)
35
EPISODE 34 (GRADIANT LEO GRAFEDI)
36
EPISODE 35 (MUD PUDDLE)
37
EPISODE 36 (PRISONER)
38
EPISODE 37 (AMNESIA ANTEROGRADE)
39
EPISODE 38 (DEG!)
40
Main Character (Peran Utama)
41
EPISODE 39 (THE PRESIDENT)
42
EPISODE 40 (HE IS DEAD)
43
EPISODE 41 (I LOVE YOU)
44
EPISODE 42 (FIRST NIGHT)
45
EPISODE 43 (LOVER)
46
EPISODE 44
47
EPISODE 45 (ALEXA IS DEAD)
48
EPISODE 46 (BAD NEWS)
49
EPISODE 47
50
EPISODE 48
51
EPISODE 49
52
EPISODE 50 (PLAN 01)
53
EPISODE 51
54
EPISODE 52 (WE DO IT)
55
EPISODE 53 (WE DID IT)
56
EPISODE 54 (HE ALREADY KNOWS THE TRUTH)
57
EPISODE 55
58
EPISODE 56
59
EPISODE 57
60
EPISODE 58 (TAKE A BREATH)
61
EPISODE 59
62
EPISODE 60
63
EPISODE 61
64
EPISODE 62
65
EPISODE 63 (CANCEL THE PLAN)
66
EPISODE 64
67
EPISODE 65
68
EPISODE 66
69
EPISODE 67
70
EPISODE 68
71
EPISODE 69
72
EPISODE 70 (END)
73
EPISODE BONUS 1
74
EPISODE BONUS 2
75
EPISODE BONUS 3
76
EPISODE BONUS 4
77
EPISODE BONUS 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!