Ini sangat menyenangkan, terima kasih.." Ucap Tristan tulus, saat dia menyudahi makannya dan meminum orange juice, lalu mengelap mulutnya dengan tisu.
"Kalian keluarga yang hangat dan bahagia, Jujur ini membuatku sangat iri padamu nal.." Kata Tristan dengan kata-kata yang syarat akan makna.
Dony terhenyak menatap bosnya, saat mendengar Tristan mengatakan itu. Pasalnya Tristan adalah orang yang sangat tertutup, tidak mudah memancingnya membicarakan masalah keluarga.
"Bagaimana dengan keluargamu?.." Siska meloloskan pertanyaan sakral dalam hidup Tristan. Siska menatap lekat Tristan dengan mata teduh dan lembut, mata teduh itu tidak luput dari pandangan Tristan. Terasa menghangatkan jiwa Tristan.
Sontak saja mendengar itu, Robert, Ronald dan Dony menatap Siska terkejut. Mereka lalu saling melempar pandangan bingung.
"Maaf bos sudah malam, apa tidak sebaiknya kita kembali.." Dony ambil sikap, karena bos nya merasa tersudutkan.
"Saya tidak punya keluarga.." Jawab Tristan santai, mengabaikan omongan Dony.
"Eekhmmm, Mom kenapa Thomas belum kembali?.." Ronald mencoba mengalihkan momy nya, segera di pahami oleh tristan, namun di abaikan oleh Siska.
Tristan tersenyum penuh makna.
"Melihat anda mengingatkan saya pada seseorang.." Tristan menggantung ucapnya, Siska masih menatap lekat Tristan. Siska mulai menyadari kalau lelaki yang di tatapnya saat ini mempunyai luka yang tersembunyi, mata hatinya mengatakan kalau Tristan begitu kesepian, Siska merasakan trenyuh di ulu hatinya.
"Ekhmm, Tante yakin kau akan menemukan kebahagiaanmu nak.." Tristan menatap lekat mata Siska, melihat lagi mata itu mengingatkanya pada seorang wanita yang sangat dia sayangi.
Tristan menatap lekat mata wanita paruh baya itu. Ya, jelas dia merindukan sosok wanita yang di sebutnya sebagai mama. Seandainya saja mamanya masih ada, pasti sekarang seumuran dengan Siska.
****************
Flash back 19 Tahun lalu
Rumah megah bak istana itu tiba-tiba berubah. Tidak seperti biasa, saat biasanya anggota keluarga itu berkumpul menikmati makan malam dengan hangat. Tidak dengan malam itu, karena malam itu, rumah itu begitu mencekam.
" Praaang...Praaang..." Terdengar suara benda terjatuh dan pecah. Gucci dengan harga puluhan juta itu hancur berserakan di ruang keluarga.
Seorang anak kecil berumur 10 tahun datang menghampiri ibunya sambil menangis.
"Mama.. mama... Mama tidak apa-apa..." Tanya anak lelaki itu, anak itu begitu ketakutan. Seumur hidup baru kali itu dia melihat darah begitu banyak dilantai.
"Den Dafa ayo ikut bibi..." Seorang pelayan tampak menarik paksa anak kecil itu.
Tetapi anak itu memberontak, dia tidak mau meninggalkan mamanya yang sekarat saat itu.
Terdengar suara lelaki dengan nada memerintah datang.
"Panggil ambulance, bawa wanita itu ke rumah sakit, aku tidak mau dia mati di rumah ini."
"Bagaimana dengan den Daffa tuan?.."
" Biarkan saja dia, kurung dia di kamar. Aku harus memastikan dulu dia anak kandungku atau bukan.."
Lelaki itu berlalu keluar rumah sambil menelpon seseorang.
"Sudah beres sayang, wanita itu akan segera keluar dari rumah ini.." Daffa sayup-sayup mendengar suara lelaki itu sedang menelpon seseorang yang dia sendiri tidak tahu siapa.
"Ssstttttt!!"
"Den Daffa, ayo masuk dan tutup pintunya. Nanti papa den Daffa tau kalau aden menguping..." Ucap berbisik wanita tua itu.
" Tunggu bi Inah, Daffa mau mendengar papa bicara dengan siapa?...
Bi Inah menggelengkan kepalanya dan segera menutup pintu kamar itu.
Bi Inah begitu terenyuh melihat Daffa yang saat itu begitu menyedihkan. Bi Inah yang merawat Daffa dari bayi, memandikan, menggendong. Jelas Bi Inah mempunyai ikatan tersendiri dengan anak majikanya itu.
" Sabaar ya den, masih ada bibi yang akan merawat aden..." Air mata bi Inah mengalir membasahi pipinya.
Bi Inah ingat, betapa baik hatinya Rahma, mama Daffa kepada semua penghuni rumah itu, tidak peduli mereka di situ cuma seorang pembantu.
Rahma yang sering di perlakukan tidak adil oleh suaminya. Sebagai istri seorang pengusaha terkenal penampilan Rahma cenderung sederhana, dia tidak suka berfoya-foya dengan uang suaminya.
Justru Lelaki itu lah yang menurut Inah tidak layak di sebut suami yang baik. Lelaki itu sering pulang sempoyongan dalam keadaan mabuk. Sering marah- marah tak jelas pada Rahma yang merupakan istri yang sabar dan penurut.
Inah juga sering memergoki Lelaki itu menelepon seorang wanita di taman belakang. Bahkan Inah sering mendengar desahan-desahan aneh saat mereka sedang bertelpon.
Jelas Inah tahu, karena bos lelakinya itu menelpon selingkuhanya tidak tahu tempat. Di Manapun dan kapanpun, saat Rahma tidak ada di sisinya, lelaki itu selalu video call dengan wanita lain.
Bukan hanya Inah yang tau, tetapi itu sudah menjadi rahasia umum di dalam rumah itu. Tetapi tidak ada yang berani mengadu kepada Rahma. Mereka takut menyakiti hati Rahma yang begitu baik.
Sudah seminggu sejak peristiwa itu terjadi, Rahma kehilangan janinnya yang berusia 8 bulan. Hatinya begitu teriris sakit, mendapatkan perlakuan seperti itu dari suaminya, orang yang sangat di cintainya.
Bahkan dia kehilangan buah cinta ke duanya. Setelah Rahma di pindahkan ke ruang rawat inap, hanya bi Inah yang diam-diam menemui Rahma di rumah sakit saat siang hari. Bi inah dengan telaten menyuapi Rahma, tetapi itu tidak berlangsung lama karena Rahma melarang bi Inah untuk datang.
Tiga minggu di rumah sakit, Rahma sudah merasa baikan. Dalam hatinya bertekad untuk segera pulang, menemui Daffa anak kesayangannya yang sudah sangat dia rindukan.
Dia juga ingin menyelesaikan masalahnya dengan suami tercintanya. Rahma bergegas keluar rumah sakit dan memesan taxi online dari ponselnya.
Taxi online itu memasuki rumah mewah Rahma, dia turun tanpa mengetuk pintu langsung masuk mencari putra semata wayangnya.
Begitu terkejutnya dia melihat seorang wanita duduk di ruang keluarga sambil nonton tv dan terlihat suaminya tidur di pangkuan si wanita itu.
"Mas.." Rahma berteriak mendapati kenyataan pahit di depanya, sontak saja kedua orang yang sedang di mabuk asmara itu kaget. Suaminya yang di banggakan selama ini, Rahma menangis sejadinya menerima kenyataan ini.
Suaminya dan wanita itu masih berdiri kaku mendapati Rahma muncul secara tiba-tiba.
" Apa ini mas? jadi karena ini, kamu tega menyakitiku kemarin.." Rahma menggoyang-goyangkan tubuh suaminya minta penjelasan.
Dengan sekali gerakan dari tangan suaminya, Rahma terperosok di lantai.
"Jangan kau menyentuhku dengan tangan kotormu.." Jawab lelaki itu.
"Apa maksudmu mas? Siapa wanita ini?.." Rahma menunjuk ke arah wanita yang berdiri angkuh itu.
"Kau tidak perlu tahu siapa dia, kau yang seharusnya tau diri, kau wanita rendahan yang ku pungut dari tong sampah, beraninya kamu menyelingkuhiku.
"Sudah ku bilang mas, aku tidak pernah selingkuh dengan siapapun.." Rahma menjelaskan dengan berderai air mata.
"Termasuk dengan Tony, sahabatmu itu?.." Tanya lelaki itu dengan sorot mata tajam.
"Aku sudah menduganya, selama ini aku membiarkan kalian dekat karena aku percaya padamu, tapi lihatlah kau bahkan hamil anaknya.."
"Mas!!!.." Rahma berdiri menghampiri suaminya, dia menarik kerah baju lelaki itu dan menariknya kuat.
Rahma sudah tidak tahan lagi dengan penghinaan ini, rasanya dia ingin mencabik-cabik kedua orang yang ada di depanya itu.
" PLAAAAAKK, PLAAAAKKK..!!!"
Lelaki itu menampar wajah Rahma bolak balik, rahma terperosok ke lantai, bukan tubuhnya yang di rasakan sakit, tapi hati dan jiwanya yang kini hancur berkeping-keping.
Sudah cukup, sudah selesai batin Rahma.
Dengarkan aku, kata lelaki itu lantang "Mulai detik ini, saat ini aku menceraikanmu, aku mentalak tiga dirimu.." Rahma terperanjat kaku mendengarnya.
"Kau tidak akan mendapatkan apapun dariku, pergilah dari sini dengan tangan kosong.."
Seketika keadaan hening, hanya terlihat pelakor yang tertawa puas melihat penderitaan Rahma.
"Kenapa mas?.." Tanya Rahma lirih tak bertenaga.
Tidak ada jawaban, Rahma mencoba untuk berdiri berjalan ke arah kamar putranya, Rahma sudah tidak peduli lagi dengan semua itu, dia hanya ingin melihat Daffa putra kesayanganya.
"Jangan kau bawa Daffa.." Kata pria itu. Seketika Rahma menghentikan langkahnya, dia takut, dia bingung. Rahma bisa terima kalau dia di usir tanpa sepeser uang, tapi dia tidak bisa pergi tanpa daffa batinnya.
"Dia anakku, aku akan membesarkannya menjadi lelaki hebat.." Kata lelaki itu lemah.
"Siapa bilang dia anakmu?.." Ucap Rahma lantang. Tiba-tiba terbesit ide gila dari otak Rahma agar dia tidak di pisahkan dengan anaknya.
Lelaki itu membulatkan matanya lebar, mendengar perkataan Rahma.
"Apa maksudmu?.." Tanyanya tajam pada Rahma.
Rahma membalikan badanya menatap laki-laki yang baru saja menceraikanya itu.
"Kau percaya bahwa janin yang ku kandung anak orang lain, bagaimana mungkin kau percaya kalau Daffa adalah anakmu.."
Sorot mata lelaki itu mendelik tajam, dia berjalan cepat menghampiri Rahma dan menarik rambut wanita itu ke arah pintu keluar rumahnya.
"Mas, sakit.." Teriak Rahma.
Daffa yang menyaksikan semua pertikaian orang tua nya itu pun muncul dari balik pintu kamarnya.
"Mamaaa.." Daffa berlari memeluk pinggang Rahma sambil menangis.
"Baguus, wanita jalang dan anak haram.." Kalian berdua pergilah dari rumah ini, lelaki itu menjambak rambut Rahma kuat dan menyeret lengan daffa ke luar rumah.
Rahma dan daffa terlempar ke luar pagar rumah mewah itu, mereka berdua berpelukan erat sambil menangis.
Setelah beberapa saat mereka berpelukan, Rahma mau beranjak pergi. Namun tiba-tiba wanita itu, si pelakor memanggilnya.
"Hey, tunggu.. Aku ada sesuatu untukmu.." Wanita itu memberikan amplop berwarna coklat pada Rahma.
Rahma hanya diam menerima amplop itu, dia tidak peduli apa isi amplop itu. Dia hanya ingin meninggalkan rumah itu bersama anaknya.
"Kau tidak boleh membuangnya, kau akan menyesal jika membuangnya.." Kata wanita itu, sambil berlalu masuk ke dalam rumah itu lagi.
Rahma berjongkok menatap mata polos Daffa, begitu sebaliknya, daffa menatap teduh mata Rahma. Mata yang begitu lembut, mata sayu penuh air mata, itu yang Daffa lihat saat itu. Tatapan teduh menghangatkan dari seorang wanita yang sampai saat ini, tidak pernah Daffa lupakan.
Flash back Off
****************😍😍😍😍😍😍😍*****************
Readers jangan lupa tinggalkan jejak dikolom coment yah, boleh di sertai kritik dan saran supaya Author bisa bebenah.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments