Mario menemui Vera di tempat kerjanya saat jam istirahat makan siang, yang tentu membuat Vera kaget sekaligus heran. Bahkan saat itu, kedua rekan Vera yang mulanya berada satu meja dengannya, terpaksa pergi dan mencari tempat lain begitu Mario datang.
"Aku boleh duduk di sini kan Ver?" Mario menunjuk kursi kosong yang baru saja ditinggalkan kedua rekan Vera.
Vera celingukan ke sekeliling kantin. Dia bisa merasakan beberapa pasang mata memperhatikan dirinya. Hmmm.... pasti mereka berpikir kalau Mario itu pacar atau gebetan gue.
"Iya, silahkan aja," Vera mengangguk.
"Ver, aku mau nanya sama kamu. Soal Maura," ujar Mario setelah menghempaskan bokongnya ke kursi. "Tapi please, jangan ngomong sama dia ya, kalau aku pernah nanya-nanya tentang dia ke kamu."
"Memangnya kamu mau nanya apa, Yo?" tanya Vera.
Mario melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Dia tahu, waktu istirahat Vera sebentar lagi akan selesai. Jadi dia langsung mengatakan apa yang menjadi tujuannya menemui anak itu.
Mario memulai curhatnya kalau dia sebenarnya tengah dilema dengan hubungan yang dia jalani saat ini dengan Maura. Menurutnya, dia dulu hanya mengatakan kalau dia dan Maura hanya break saja saat dia masih berada di Jerman. Tapi setelah mereka kembali bertemu, dan telah bersama lagi selama hampir satu tahun, Mario merasa sikap Maura jauh berbeda. Maura terkesan lebih cuek dan menganggapnya seperti tidak lebih dari seorang teman. Pernah satu kali Mario bertanya pada Maura tentang kelanjutan hubungan mereka, dan jawaban yang dia dapat tidak cukup memuaskan. Maura hanya bilang kalau dia sudah nyaman dengan hubungan yang mereka jalani saat ini. Disitulah yang membuat Mario bingung. Hubungan seperti apa? Hubungan mereka kan nggak jelas masih atau tidak. Apa karena dia sekarang merasa menjadi cewek single? Atau dia nyaman dengan kedekatan yang tanpa status, karena itu berarti dia bebas.
"Kalau itu sih, mending kamu tanya langsung aja sama dia Yo," jawab Vera. "Masalahnya itu kan hubungannya sama perasaan kalian masing-masing."
Mario mendengus pelan dan menggeleng. "Aku nggak enak terus-terusan nanya hal ini. Karena aku merasa bersalah juga. Permintaan aku buat minta break dulu, terkesan gantungin dia nggak sih Ver?"
Oh, jadi hubungan mereka belum resmi berakhir dan hanya break saja? Vera baru tahu sekarang. Tapi masa iya break sampai 4 tahun?
"Kalau menurut aku pribadi ni ya, harusnya dulu kamu nggak usah minta break segala kaya gitu. Jalanin aja, meskipun pasti banyak juga tantangannya. Namanya juga LDR. Lagian kenapa sih dulu kamu minta kaya gitu segala? Break sampai 4 tahun itu...... aduh, kaya semacam wasting your time banget nggak sih?"
Mario menelan ludah. "Karena kita sering cek-cok waktu itu. Aku nggak tahu apakah aku atau dia yang terlalu posessif. Saat itu hampir setiap hari kita berantem. Nggak lewat telfon, video call, pesan. Aku capek, tapi..... aku masih sayang sama dia. Makanya aku buat keputusan itu. Ya.... harapan aku sih.... setelah kita kembali ketemu, nggak LDR lagi, hubungan masih bisa dilanjut," tuturnya.
Vera terdiam dan menatap Mario yang menunduk. Memang benar, hanya orang-orang tertentu yang bisa melewati hubungan jarak jauh hingga bertahun-tahun. Dia sendiri pernah LDR-an di jaman kuliah Jakarta-Surabaya, dan berakhir kandas. Apalagi Mario dan Maura yang sudah beda negara. Masalah perbedaan waktu tentu berpengaruh juga pada hubungan mereka.
"Harapan seperti itu mustahil, Yo. Apalagi kamu udah bilang minta break. Kamu tahu kan, perempuan itu butuh kepastian. Dan kata break itu kalau menurut aku, cuma memperhalus kata 'gantung' aja. Mana ada perempuan yang mau digantung? Nggak ada."
"Kamu benar Ver," Mario mengangkat wajahnya. "Terus, menurut kamu aku enaknya harus gimana? Nembak dia lagi?"
Vera tersenyum kecil. "Kalian itu udah bukan anak-anak lagi. Udah gak musim nembak-nembak kaya jaman SMA. Ungkapin langsung aja apa yang sebenarnya kamu mau dari hubungan kalian. Dan denger apa jawaban dia. Nggak perlu kamu nanya ke dia 'hubungan kita itu sebenarnya seperti apa sekarang?'. Kamu tahu kan maksud aku? Jangan tanyain sesuatu yang rumit, yang blunder ke perempuan soal hubungan. Perempuan itu cuma butuh kepastian, catet itu," tuturnya panjang lebar.
Mario manggut-manggut demi mendengar penjelasan Vera. Setidaknya apa yang mengganjal di hatinya, sedikit demi sedikit mulai menemui titik terang.
"Tapi Ver, aku mau nanya satu hal lagi sama kamu," ucap Mario kemudian, karena ada satu pertanyaan yang selama ini bersemayam di dalam benaknya.
"Ya?" Vera menyeruput minumannya sampai habis. Dia melirik jam tangannya. Waktu istirahatnya tinggal 15 menit lagi.
"Dulu selama dia kuliah, dia pernah nggak sih terlihat dekat sama cowok atau mungkin sampai ada hubungan khusus gitu? Ya, secara kalian akrab kan? Pasti tahu lah."
Vera terdiam, mengingat masa-masa kuliahnya bareng Maura. Seingatnya Maura tidak pernah dekat sama cowok. Tapi, pernah beberapa kali Maura justru membicarakan tentang masa SMA-nya yang pernah memiliki crush, saat dia masih duduk di kelas satu. Dan itu bukan Mario. Vera lupa siapa nama cowok itu. Yang Vera ingat, setiap kali Maura menceritakan tentang crushnya itu, selalu terpancar sorot mata bahagia bercampur rindu pada diri Maura.
"Pokoknya setelah gue naik kelas dua, kelas gue kan pindah tuh. Dan letaknya jadi jauuuuh banget dari kelas dia. Soalnya kelas yang harusnya gue tempati mesti direnovasi. Pokoknya sejak saat itu gue jadi gak pernah lagi ketemu dia. Pernah sih sesekali gue lihat dia di parkiran pas pulang sekolah, tapi... cuma sekedar say Hi aja. Malah kadang kaya orang nggak kenal. Sedih banget nggak sih? Dan setelah dia lulus, gue sama sekali nggak pernah lihat lagi batang hidungnya. Dan lo tahu apa Ver? Dia itu cinta pertama gue, tapi kita nggak pernah pacaran karena dia nggak pernah tahu perasaan gue kaya gimana. Ya kali gue cewek harus nembak duluan, kan nggak mungkin. Ahh, gue masih ingat lho wajahnya kaya gimana. Hmmm... kadang gue suka kangen."
Begitu sedikit cerita tentang crushnya Maura yang pernah dia dengar. Tapi itu sudah cerita lama--pas awal-awal kuliah saat mereka belum lama akrab. Apa mungkin karena itu? Ah, Vera menggidik. Kayaknya nggak. Karena seingatnya, itu adalah cerita terakhir Maura tentang cowok idamannya tersebut.
Vera menggeleng menanggapi pertanyaan Mario.
"Kamu serius Ver?" Mario mengangkat alis. "Empat tahun lebih lho, masa dia jomblo?"
Vera terkekeh. "Apa salahnya orang jomblo? Ya mungkin aja dia aslinya nungguin kamu kan? Kamu sendiri gimana selama di Jerman?"
Mario tersenyum tipis. "Aku masih berharap sama dia kok. Semoga aja kita masih jodoh."
"Ya udah Yo, jam istirahat aku udah habis nih," Vera berdiri dan merapikan pakaiannya. "Aku mau lanjut kerja lagi."
"Oke," Mario turut bangkit. "By the way, makasih ya buat waktunya dan sorry banget tadi udah gangguin kebersamaan kamu sama temen-temen kamu."
Vera mengibaskan tangannya. "Santai aja lagi. Aku duluan ya." ucapnya kemudian dan segera meninggalkan kantin.
...🍒🍒🍒...
Sementara itu di kantor tempat Maura bekerja, anak itu terlihat tengah sibuk di depan layar komputer di ruangannya. Jam istirahat pun telah habis dan dia tidak keluar dari ruangannya sama sekali.
"Lo kok rajin banget sampe nggak istirahat?" Gara, salah satu rekan kerja yang paling dekat dengan Maura nongol dari balik pintu. Dia baru saja kembali dari kantin. "Lagi puasa?"
Maura melirik Gara dari balik layar komputernya. Dari bentuk matanya terlihat cowok itu sedang tersenyum.
Gara yang penasaran dengan aktivitas Maura, langsung nyelonong masuk ke ruangan tersebut dan berdiri di belakang Maura. Matanya membelalak begitu melihat tampilan layar komputer di depan Maura yang ternyata tidak sedang menunjukkan aktivitas pekerjaan kantor. Maura justru sedang asyik melihat-lihat foto cowok dari akun Instagram.
Gara membungkuk dan membaca nama pemilik akun yang akunnya sedang di spy oleh Maura.
"@jhoeadisatya?" Gara menggumam. "Siapa Ra?"
Maura mendongak. "Cakep nggak?"
Gara mengerutkan kening. Dia kaya bukan cowok yang sering nganter Maura ke kantor, batinnya.
"Dia siapa sih?" Gara semakin penasaran.
"Jawab dulu dong pertanyaan gue, dia cakep apa nggak?"
Gara menegakkan tubuh. Dia mengusap-usap dagunya sok macho dan mencibir.
"Hhhh, masih cakepan gue kemana-mana," ucapnya penuh percaya diri.
Maura mencibir dan menabok pinggang Gara. "Kepedean lo!" semprotnya.
Gara terbahak. "Hahaha, gue kirain lo nggak ke kantin karena lagi bokek tanggal tua, ternyata lagi stalking," ledeknya.
"Ah rese lo, ditanyain serius malah..."
"Ya udah lanjut lah stalkingnya. Gue mau lanjut gawe."
"Iiih Gara, jawab dulu pertanyaan gueee....!"
Gara yang sudah berjalan beberapa langkah kembali menoleh.
"Apa lagi Ra?"
"Dia cakep apa nggak?"
"Nggak ah. Cakepan gue. Wleek!!" goda Gara dan langsung ngeloyor keluar.
Maura menggeram. "Hhhhh dasarr!! Hus hus hus.... sanaaa!!" usirnya kemudian.
Begitu Gara tidak terlihat lagi, Maura kembali menatap layar komputernya dengan antusias. Siang ini, dia nggak pernah menyangka kalau akhirnya berhasil menemukan akun IG Satya yang dari semalam dia cari-cari. Nggak sia-sia dia ngetik username secara random.
Akun Instagram Satya tidak memiliki banyak postingan. Hanya ada beberapa foto di feed-nya. Dan foto terakhir yang dia posting adalah tiga bulan yang lalu. Ternyata Satya tidak banyak berubah. Wajah dan postur tubuhnya masih mirip-mirip seperti pada saat dia masih SMA dulu. Cuma bedanya yang sekarang terlihat lebih berisi.
Ah, dia masih manis banget dan senyumnya.... ya ampun, masih bikin meleleh. Maura tidak bisa berhenti tersenyum memandangi semua foto Satya. Dari sekian banyak foto yang Satya posting, tak ada satupun yang terlihat bersama seorang perempuan.
Apa Satya masih single?
Atau dia memang tidak mau mempublikasikan masalah percintaannya?
Rasanya mustahil sekali kalau seorang Satya masih single. Secara, jaman SMA dulu dia termasuk yang diidolakan cewek-cewek kok--termasuk gue--hehehe.
Maura tidak mau buang-buang waktu lagi. Dia segera mengarahkan kursor ke ikon follow dan 'klik!'. Mulai hari ini dia resmi menjadi pengikut akun Instagram Satya.
Tidak hanya berhenti di situ, dia juga memberanikan diri untuk mengirimkan Direct Message ke Satya.
Maura (to) Satya : Jonathan Wiratmaja Adiguna Satya ☺️
Semoga aja Satya masih inget sama gue.
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
ngarep boleh ya maura.. tp maura kasih keputusan yg jelas dulu sm mario..kasihan jngn di gantung..wkwkek
2021-08-26
0
Mey
Aku menemukan tiga like di novel Untuk Mutia. like lebih banyak, untuk mendapat like balasan 😊👍
2021-05-21
1
Senja Cewen
still like it...
2021-04-07
0