"Raaaaa!!" seperti biasa, Vera lah yang selalu bangun lebih awal dan akan menggedor-gedor pintu kamar Maura untuk membangunkannya. Dari jaman kuliah, sudah menjadi kebiasaan Maura bangun siang. "Udah siang woeeey!! banguuun! Jemputan lo bentar lagi dateng tuuuh!!"
Kalau bukan karena sudah mengenal lama bagaimana sikap Vera, pasti kalian bakal berpikir kalau Vera itu galak, judes, sok disiplin dan bla bla bla. Tapi buat Maura, bencana banget kalau pagi-pagi pintu kamarnya nggak digedor sama Vera. Karena meskipun sebenarnya setiap pagi Maura sudah set alarm, tetap saja benda itu seolah tidak berfungsi. Setiap alarm berbunyi, Maura memang langsung bangun, tapi hanya untuk mematikan deringnya.
"Yaaaaa....!" sahut Maura malas dari dalam kamarnya. Dia meregangkan otot-ototnya dengan menggeliat-geliat manja.
"Jangan sampai Mario kesini lo belum apa-apa!" tegas Vera.
Maura memutar bola matanya, yang tentu tanpa sepengetahuan Vera karena dia masih berada di dalam kamar. "Hmmmmm..." sahut Maura lagi.
Lalu suasana hening. Itu artinya Vera telah menjauh dari kamar Maura.
Maura menghela nafas dan menatap sekeliling tempat tidur yang hampir menyerupai kapal pecah. Semalam setelah makan bakso, dia kembali melanjutkan pekerjaannya sampai larut malam. Tapi sebenarnya bukan pekerjaan yang membuatnya rela begadang. Melainkan, karena asyik membaca buku diary lamanya berulang-ulang sembari mengingat setiap kejadian yang pernah dia tulis di buku tersebut.
Setelah mengemasi semua barang-barangnya yang berserak, Maura kemudian bergegas pergi ke kamar mandi.
...🍒🍒🍒...
"Hei Ver, sarapan apa kita?" Maura menghampiri Vera yang sudah berada di ruang makan.
"Tuh," Vera menunjuk meja makan menggunakan dagu sementara tangannya sibuk mengiris-iris roti selai di atas piring makannya.
Maura mencibir menatap lapisan-lapisan roti di atas meja. Matanya lalu melirik kalender yang tertempel di dinding kemudian terkikik. Vera yang tahu apa yang membuat Maura terkikik juga turut tertawa kecil. Tanggal tua, jadi musti pinter-pinter atur duit. Yah, meskipun mereka bekerja di perusahaan yang mentereng, tapi keduanya sudah dididik sejak kecil oleh orang tua masing-masing untuk hidup apa adanya dan tidak hedon. Penanaman sikap tanggung jawab sejak dini dari orang tua, membuat Maura lebih berpikir realistis setiap kali ingin membelanjakan uang. Bukannya pelit untuk urusan menyenangkan diri sendiri. Tapi baik Maura atau Vera anaknya memang tidak hobby nongkrong dan bersenang-senang di luaran. Pernah nongkrong, tapi hal itu tidak menjadi agenda wajib untuk mereka. Bahkan setiap weekend keduanya lebih sering menghabiskan waktu di kostan. Masak-masak, nonton drama. Mereka berdua memiliki impian mendirikan bisnis pribadi. That's why, keduanya lebih memilih menginvestasikan uangnya untuk persiapan perencanaan tersebut.
TINN!!! TIINNN!!
Belum sampai Maura menghabiskan sarapannya, terdengar suara klakson mobil dari luar rumah.
"Apa gue bilang? Jemputan lo udah dateng tuh," Vera melirik ambang pintu yang memisahkan ruang makan dan ruang tamu dengan ekor matanya.
Maura mendengus lirih kemudian menjejalkan suapan terakhir sarapan ke dalam mulutnya. Setelah meneguk minuman dan mencipika-cipiki Vera, dia lalu bergegas keluar.
"Hati-hati!!" teriak Vera saat Maura sudah melesat meninggalkan ruang makan.
"Siap bosque!" sahut Maura dari luar ruang makan. Sembari berjalan dia mengecek kembali isi tasnya dan beberapa map yang akan dia bawa ke kantor hari ini.
"Pagi!" sambut Mario begitu Maura muncul dari balik pintu.
Maura melemparkan senyum ke arah laki-laki berperawakan tinggi tersebut dan langsung nyelonong masuk ke dalam mobil. Lalu tanpa menunggu lama, Mario menyusul masuk dan mereka pergi bersamaan.
Vera yang tanpa sepengetahuan siapapun mengintip keduanya dari balik tirai ruang makan, mendengus kesal. Bagaimana tidak, dia kadang merasa sebal sendiri dengan Maura yang terkesan menggantung Mario. Memang sih mereka tuh belum balikan semenjak break, tapi dari sikap yang Mario tunjukkan pada Maura selama ini, dia tampaknya masih sangat menyayangi Maura.
"Emang Mario nggak ngajak lo balikan?" tanya Vera suatu hari karena penasaran dengan hubungan mereka.
Dan jawaban yang diberikan Maura hanyalah gelengan santai. Belum atau tidak? Entahlah. Semenjak itu Vera tidak bertanya lagi.
Ceritanya, dulu waktu SMA, keduanya pernah terlibat cinta monyet. Namun hubungan itu harus berakhir saat Mario memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Jerman setelah lulus SMA, sementara Maura tetap stay di Indonesia. Tapi entahlah, Vera sendiri juga tidak benar-benar tahu apakah hubungan itu sudah berakhir atau hanya break saja. Pasalnya, Vera memang baru mengenal Maura ketika bertemu di bangku kuliah. Saat mereka mulai akrab, biasalah, keduanya jadi suka saling tukar cerita di masa SMA masing-masing. Dan saat itu Vera pernah beberapa kali mendengar Maura menceritakan tentang Mario si cinta monyetnya itu kepadanya.
Mario sendiri kembali mendekati Maura baru setahun belakangan. Setelah dia lulus kuliah di Jerman, dia sempat bekerja di sebuah perusahaan elektronik di sana. Namun itu hanya bertahan selama kurang dari satu tahun karena orang tuanya terus menelfon dan memintanya pulang. Dia mempunyai tanggung jawab untuk mengelola perusahaan Ayahnya yang bergerak di bidang logistik. Perusahaan itu memiliki dua cabang dan kebetulan salah satu cabangnya ada di Bandung. Mungkin karena dia tahu Maura tinggal di kota inilah yang akhirnya membuat dia memilih untuk mengelola cabang yang ada di Bandung.
...🍒🍒🍒...
"Kamu nanti pulang jam berapa?" tanya Mario setibanya di depan kantor Maura.
"Kurang tahu sih. Kenapa memang?" Maura balik bertanya sembari melepas sabuk pengaman.
"Kalau kamu nggak sibuk, kita bisa kan makan malam di luar?"
Maura mengerucutkan bibir. Bukan apa-apa, dia sendiri kadang tidak bisa memprediksi jadwalnya. Karena kadang bosnya suka tiba-tiba ngadain meeting dadakan.
"Kenapa? Nggak bisa ya?" tanya Mario lesu.
"Nanti deh kalau aku udah mau balik aku kabarin kamu. Gimana?" hanya itu jawaban sekaligus tawaran yang bisa Maura berikan.
Mario manggut-manggut sembari memainkan jemarinya pada kemudi.
"Oke deh."
"Ya sudah kalau begitu aku kerja dulu ya," Maura beringsut dan membuka pintu.
"Eit tunggu..." lengan Mario spontan menahan pundak Maura.
Maura kembali berbalik dan menatap laki-laki di hadapannya itu dengan mata membulat. Tatapan yang justru membuat Mario tertawa renyah. Maura tampak sangat lucu pagi itu. Tatanan rambut yang dibuat poni membuat Maura terlihat seperti anak kecil sekaligus mengingatkan Mario ke jaman SMA. Dimana Maura sering menata rambutnya dengan model poni.
"Kenapa lagi?" tanya Maura sembari menahan senyum.
Mario tersenyum datar. "Nggak pa-pa. Ya udah hati-hati. Jangan capek-capek," dia mengacak-acak poni Maura.
"Aduuuww jangan, Yo..." Maura menangkap tangan Mario dari dahinya. "Ini udah rapi lhooo..." rengeknya.
"Ya ampun cuma dipegang aja nggak boleh."
Lalu setelah membenahi poninya, Maura pun segera keluar dari mobil.
"Daaaa!" Maura melambaikan tangan ringan pada Mario sebelum berlari memasuki kantor.
Begitu Maura menghilang di balik pintu perusahaan advertising besar itu, Mario juga langsung menutup kaca mobilnya. Tapi dia tidak segera pergi dari sana dan justru menyandarkan punggungnya lalu merenung untuk beberapa saat.
Maura tidak berubah. Dia masih terlihat sebagai seorang perempuan ceria di matanya, sama seperti yang dia kenal 6 tahun yang lalu, saat dia baru saja pindah sekolah ke SMA yang sama dengan Maura.
Flashback On.
Saat itu Mario baru saja menerima rapor kenaikan kelas di SMA-nya dan dia begitu bahagia karena berhasil masuk 10 besar. Keinginannya untuk ikut ekskul MAPALA (Yang saat itu hanya bisa diikuti murid kelas 2 dan 3 SMA) harus dia kubur dalam-dalam saat ternyata di hari yang sama dengan hari kenaikan kelasnya, Ayahnya harus dipindah tugas ke luar kota oleh perusahaan tempat beliau bekerja--saat itu Ayahnya belum merintis usahanya sendiri. Jadi mau tidak mau, seluruh anggota keluarganya harus ikut. Tak terkecuali dirinya.
Mario pindah ke SMA Nusantara dan menjadi murid baru di SMA yang sama dengan Maura. Namun mereka tidak berada di kelas yang sama. Maura duduk di kelas 2 IPA sedangkan Mario di kelas 2 IPS. Kelas mereka berseberangan.
Singkatnya, kedekatan mereka berawal pada saat hujan deras melanda kota Jakarta di jam sekolah usai. Maura yang saat itu tidak membawa payung dan jas hujan, terpaksa harus berlari untuk sampai ke halte tempat dia biasa menunggu jemputan. Namun apes, saat sedang buru-buru itu dia justru bertubrukan dengan Mario yang juga sama-sama terburu-buru menuju tempat parkiran.
Maura hampir terjatuh kalau saja Mario tidak dengan sigap menarik lengannya. Dari situlah kedekatan itu berawal, sampai akhirnya muncul benih-benih cinta monyet dari keduanya. Mario menyatakan perasaannya tepat setelah dua minggu mengenal Maura. Yang tanpa pernah dia sangka, ternyata Maura menerima cintanya.
Flashback Off.
Mario menghela nafas panjang sembari menatap keluar. Berat sekali rasanya untuk menanggalkan kisah yang pernah dia jalani bersama Maura, meski itu hanya sekedar cinta monyet. Waktu itu dia terpaksa meminta break, karena mereka sering berkonflik semenjak Mario berada di Jerman. Maklum lah, menjalani hubungan LDR itu tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi saat itu mereka masih sama-sama ABG, masih sama-sama labil.
Dan sekarang, mereka sudah sama-sama dewasa. Mario ingin hubungan mereka kembali berlanjut, tapi...... semakin kesini, dia justru semakin takut untuk menyatakan perasaannya kembali pada mantan cinta monyetnya itu.
Kita break dulu ya Ra. Hubungan kita nggak sehat kalau kita terus-terusan berantem kaya gini. Sekarang, kita fokus aja sama kuliah kita masing-masing. Aku janji begitu aku kembali, aku akan tetap ada buat kamu.
Itulah email terakhir yang Mario kirim pada Maura saat dia masih di Jerman.
It's okay. Kalau itu memang keinginan kamu, aku nggak bisa maksa. Semoga kamu menepati janji kamu ya 🙂.
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Soepiah putri
siapa tau nanti ada satya yg bener2 cinta ma maura.maybe🤷🏿♀️
2022-05-26
0
🌷💚SITI.R💚🌷
apa yg trjadi di trima atau di tolak...
2021-08-26
0
re
ayo maura
2021-05-07
0