"Luar biasa Lin...! akhirnya kita bisa lulus!" seru Rara, sahabat baik sekaligus teman sekamar Alina.
"iya alhamdulillah Ra!" sahut Alina senang.
"dan yang lebih membanggakan lagi, kau lulus dengan predikat cum laude! selamat ya!" seru Rara sambil mengajak Alina melompat lompat saking senangnya.
"kita harus merayakannya!" seru Rara lagi.
"oke... terimakasih Ra!" sahut Alina.
"hem.. mau makan atau beli kue?" Rara memberikan ide pada Alina.
"makanan sepertinya terlalu berat, bagaimana kalau kita pesan kue saja dan merayakannya di kost??" Alina memberi usul.
"hitung hitung berhemat!" celetuk Alina lagi.
"oke lah.. sip!! memang kalau urusan berhemat, kau lah orangnya!" ujar Rara.
"iya.. uang bulanan ku harus digunakan seefesien mungkin Ra, kau kan tahu sendiri kalau aku dapat sokongan dari pemerintah, jadi tidak bisa sembarangan menggunakannya!" kata Alina.
"iya.. iya.. aku tahu kok!! kali ini biar aku yang traktir ya.. kemarin Papa dan Mama sudah memberi uang saku ebih padaku untuk dinikmati berdua!" ujar Rara dengan tampang polosnya.
Memang selama ini terkadang Papa dan Mama Rara memberi uang kepada Alina walau Alina sering menolaknya.
Papa dan Mama Rara tahu betul bagaimana susahnya hidup Alina yang harus bergantung pada beasiswa di tambah lagi statusnya yang yatim piatu.
"em.. tapi setelah ini aku masih harus menghadap dosen, jadi sepertinya aku tidak bisa menemani mu untuk membeli kue!" kata Rara dengan wajah sedih.
"tidak apa apa.. kau tenang saja! aku bisa ke toko kue sendiri dan kau cepat lah selesaikan urusan mu dengan dosen karena setelah ini kita tidak akan bertemu lagi dengan mereka, hihi!" sahut Alina sambil cekikikan.
"haha.. iya kau benar! ya sudah kalau begitu aku ke kampus dulu ya! kau hati hati di jalan!" pesan Rara sebelum meninggalkan Alina.
"siap Bos!" sahut Alina sambil memberi hormat pada Rara.
⭕⭕⭕⭕⭕⭕⭕⭕⭕⭕
Malam itu Alina dan Rara merayakan kelulusan mereka dengan makan kue sampai kenyang dan bermain game.
Di sela sela itu, Alina sambil mencari cari beberapa lowongan pekerjaan karena Alina ingin langsung bekerja karena kelulusan yang menjadikannya seorang sarjana otomatis memutus uang sokongan yang selama ini di terimanya dari pemerintah setiap bulannya.
Setelah beberapa hari berlalu, akhirnya ada satu perusahaan yang menarik minat dan perhatian Alina,
"kau jadi mau melamar pekerjaan hari ini?" tanya Rara yang masih bersantai di ranjangnya.
"tentu saja!" sahut Alina yang sudah rapi dengan setelan formalnya.
"padahal Papaku sudah berniat untuk merekrut mu di perusahaannya!" seru Rara.
"iya aku tahu.. aku sangat berterimakasih sebelumnya karena kau dan kedua orang tuamu selalu peduli padaku!" kata Alina.
Alina sebenarnya bisa mendapat pekerjaan dengan mudah jika mau menerima tawaran pekerjaan dari Papa Rara namun bukan Alina namanya jika menerimanya begitu saja, Alina bukan gadis manja yang suka berpangku tangan pada orang lain.
Alina lebih memilih untuk berjuang dan mendapatkan pekerjaan dari hasil jerih payahnya sendiri, Alina tidak ingin menjadi benalu untuk keluarga Rara.
"kau ini sudah ku anggap sebagai saudara sendiri jadi jangan sungkan jika ada sesuatu yang kau butuhkan!" kata Rara yang masih betah bermalas malasan di ranjangnya.
"iya.. iya.. tapi aku ingin berusaha dulu!" jawab Alina yang sudah siap untuk berangkat.
"aku berangkat ya! dan kau sebaiknya mandi, bau asem sudah menyebar ke seluruh sudut kamar!" ejek Alina menggoda Rara.
"yee.. enak aja!" Rara melempar bantal ke arah Alina yang sudah berlari sambil terkekeh keluar dari kamar kost mereka.
"bismillah...semoga berhasil!" gumam Alina sebelum melangkah jauh dari area kost nya.
Setelah sampai di perusahaan yang di tuju, Alina agak sedikit gugup apalagi antrian calon pelamar sudah panjang seperti antrian membuat KTP.
aduh.. yang ngelamar banyak sekali padahal yang dibutuhkan cuma beberapa orang saja?? ah.. kesempatan semakin menipis!
Alina memantapkan hatinya dan menyerahkan lamarannya pada bagian HRD.
Setelah melewati beberapa tahapan akhirnya Alina lolos untuk tahapan berikutnya, Alina harus kembali lagi esok hari untuk mengikuti sesi wawancara yang langsung di pimpin oleh sang CEO.
"Nona Alina.. besok datang lah tepat waktu karena CEO kami tidak bisa mentolerir keterlambatan walau hanya sedetik!" kata sang HRD.
"siap!" sahut Alina dengan penuh keyakinan.
Alina pulang dengan hati senang, pengalaman pertamanya mencari pekerjaan begitu menyenangkan karena bisa langsung lolos ke tahap berikutnya.
Dalam perjalanan pulang itu, Alina tidak sengaja melihat seorang pria meracau sendiri di dalam mobilnya, sepertinya pria itu sedang mabuk berat.
"permisi...!" Alina mengetuk kaca mobil pria mabuk itu dengan berani tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
Alina memang orang yang sangat peduli bahkan pada orang lain yang tidak di kenalnya sekalipun.
"Tuan..permisi!" Alina terus saja mengetuk kaca mobil itu.
Sepertinya pria itu mendengar suara Alina dan menurunkan kaca mobilnya.
"ada apa??" teriak pria itu.
Bau alkohol yang menyengat langsung menguar bersamaan dengan teriakannya yang begitu lantang tapi meski begitu, Alina yang sudah berniat untuk menolongnya tidak mundur sedikit pun.
"Tuan.. anda sepertinya sedang mabuk berat dan anda tidak boleh berkendara sendiri dalam keadaan seperti ini!" kata Alina.
"memangnya apa urusan mu??" sahut pria itu.
"saya tidak bisa diam saja melihat seseorang dalam bahaya meski saya tidak mengenal siapa anda!" ujar Alina dengan tegas.
"lalu kau mau apa?" racaunya.
"mana ponsel anda?? saya akan menghubungi keluarga anda agar menjemput anda kemari!" ujar Alina dengan tegas.
"cari saja sendiri!" sahut pria itu.
Kesadarannya mulai menurun, dengan cepat Alina membuka pintu mobil dan mencari keberadaan ponsel pria itu.
Ponselnya tidak ada dimana mana, tidak mungkin pria yang terlihat kaya seperti ini tidak mempunyai ponsel.
Dengan ragu Alina merogoh saku sang pria,
"eh.. apa yang kau lakukan?? kenapa kau menyentuh ku??" pria itu langsung menepis tangan Alina dengan kasar.
"kau mau merampok ku ya??" racaunya lagi.
"saya hanya ingin mencari ponsel anda, sepertinya ada di saku celana!" kata Alina sambil memasukkan tangannya dengan paksa.
"lancang sekali kau!!" sentak pria itu namun Alina tidak bergeming.
Dia ingin segera mendapatkan ponsel pria itu dan menelpon keluarganya, dengan begitu masalah selesai.
Akhirnya Alina mendapatkan ponsel pria itu meski dengan banyak drama.
Alina berhasil menghubungi sopir pribadi pria itu dan tak lama kemudian tampak seorang pria yang juga berjas datang menjemputnya.
Pria itu diam diam memotret Alina dengan ponselnya, hanya untuk berjaga jaga jika ada apa dengan Tuannya esok hari.
"Nona terimakasih atas bantuan anda!" kata pria itu.
"sama sama!" sahut Alina yang sudah berniat untuk pergi namun pria berjas itu memanggilnya.
"tunggu Nona.. siapa nama anda??" tanyanya.
"apakah itu perlu??" sahut Alina acuh.
"tentu saja.. Tuan pasti akan bertanya besok!" ujarnya.
"Tuan mu itu tidak akan mengingat apapun yang terjadi sekarang! lihat saja sendiri kondisinya!" sahut Alina lalu bergegas pergi.
"ta..tapi Nona!"
Alina sudah menjauh dan tidak peduli lagi dengan mereka karena bagi Alina tugasnya sudah selesai, dia sudah bisa menjamin kalau pria mabuk itu dalam keadaan aman.
🌝🌝🌝🌝🌝🌝🌝🌝🌝🌝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Febri Ana
aku mampir thor
2022-08-21
0
Malik Maulana
penasaran
2021-07-26
1
Aisah Mamany Sisivia
apakah dia Ken?
2021-03-03
2