Alina agak stres karena kegagalannya dan memutuskan untuk menemui pria yang selalu ada untuknya, bisa dibilang pria itu adalah pacar Alina.
Pria yang selalu menemani hari hari Alina dan menyemangatinya setiap saat, namanya Randy merupakan seorang pengusaha yang masih merintis kariernya.
Alina mendatangi apartemen Randy tanpa menelponnya terlebih dahulu karena Alina pikir Randy pasti masih di rumah karena hari masih pagi.
Ketika sampai Alina langsung masuk dan melihat Randy yang saat itu sedang berpakaian.
"kau sudah mau berangkat?" tanya Alina tanpa basa basi.
Randy terkejut dan wajahnya langsung pucat.
"A...Alina!" seru Randy.
"kenapa kau terlihat kaget seperti itu??" tanya Alina yang langsung mendekati Randy.
"ti..tidak apa apa! kenapa kau tiba tiba datang tanpa menelpon ku terlebih dahulu??" Randy mulai tergagap.
Terlihat sangat mencurigakan.
Randy bahkan berusaha cepat-cepat mengajak Alina keluar dari apartemennya.
Alina bingung.
"kau kenapa sih??" tanya Alina.
"sebaiknya kita mencari tempat yang nyaman untuk bicara!" kata Randy sambil mendorong Alina keluar.
"disini juga nyaman! aku juga lelah ingin istirahat sebentar disini!" kata Alina.
Randy terlihat panik.
Alina masih berusaha mencerna sikap yang Randy tunjukkan padanya.
"apa kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku??" tanya Alina dengan tatapan menyelidik.
"apa?? tidak kok!" Randy langsung menjawab dengan canggungnya.
Alina yang hendak rebahan di sofa tidak sengaja melihat sekelebat bayangan di kamar Randy,
"ada siapa di dalam??" tanya Alina yang tidak jadi merebahkan dirinya.
Alina berjalan mendekati kamar namun di halangi oleh Randy,
"tidak ada siapa siapa kok!" jawab Randy, wajahnya mulai tegang.
"tapi aku melihat bayangannya dengan jelas!" Alina terus memaksa untuk masuk.
Sampai dirinya mendapati seorang wanita sedang memakai bajunya, wajahnya berantakan bahkan lipstiknya pun belepotan kemana mana.
Jelas saja Alina langsung emosi, apalagi wanita itu ternyata adalah teman satu kost nya semasa kuliah.
"Sisi??" seru Alina tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
Sisi bukannya takut, dia malah tampak begitu tenang melanjutkan kegiatannya merapihkan pakaian yang terlihat kusut.
Bukan hanya penampilan dan pakaian Sisi yang kusut tapi ranjang di sana juga terlihat berantakan, selimut berserakan di lantai bahkan rambut Randy masih terlihat basah.
Sangat menyebalkan melihat ekspresi wajah Sisi yang sok polos tanpa dosa.
Berbeda dengan Randy yang panik menghadapi situasi ini, tapi Sisi malah santai santai saja dan dengan sinis nya menyapa Alina.
"oh.. kau Alina!" ujar Sisi.
Alina semakin geram karena sikap Sisi yang tidak tahu diri.
Tapi meskipun sakit hati, Alina tak ingin harga dirinya diinjak-injak begitu saja oleh kedua orang biadab di hadapannya itu.
"Kalian berdua berselingkuh di belakangku?? mulai kapan??" tanya Alina dengan bibir bergetar menahan tangis.
Alina tidak ingin menangis dan terlihat lemah di hadapan Randy maupun Sisi.
Sisi tersenyum licik sementara Randy hanya bisa diam mematung.
"baik lah..karena kau menyukainya, ambil saja dia!!! Lagi pula aku juga sudah muak padanya!" sentak Alina tanpa bisa mengontrol emosinya.
"Alina.. kita bisa bicarakan hal ini secara baik baik!" Randy masih berharap Alina mau berbaik hati mendengarkan penjelasannya.
"tidak ada yang perlu di bicarakan lagi!" sungut Alina.
Alina langsung melempar makanan yang sengaja dibelinya untuk sarapan Randy dan pergi dengan penuh amarah sambil mengutuk mereka berdua.
"dasar brengs*k!! aku doakan kalian tidak akan pernah bahagia!!" gerutunya sambil membanting pintu apartemen Randy dengan sangat kasar.
Dalam situasi seperti ini, Alina yang biasanya lemah lembut berubah menjadi wanita yang kuat dan perkasa.
Alina yang ingin cepat sampai ke kostnya, langsung naik begitu saja ke taksi yang kebetulan sedang parkir di depan gedung itu.
"Jalan cempaka Pak!" seru Alina.
"saya sedang tidak beroperasi mbak!" sahut sang sopir.
"lalu kenapa kau parkir disini??" tanya Alina semakin gusar.
"saya sedang menunggu pacar saya!" jawab sang sopir.
Kontan saja Alina jadi bertambah emosi mendengar kata 'pacar', telinga nya terlalu sensitif untuk mendengar kata itu saat ini.
"Pak.. bisakah anda mengantar saya terlebih dahulu?? saya sedang patah hati!" Alina berkata jujur pada pak sopir.
"tapi mbak.. maaf, saya tidak mau pacar saya marah!" sahut sang sopir yang teguh pada pendiriannya.
"duh Pak Pak... apa anda yakin pacar yang sedang anda tunggu itu setia?? apa anda yakin dia tidak akan berselingkuh??" Alina mengomel tidak jelas membuat si sopir kebingungan.
"entah kenapa anda mengomel tidak jelas, yang pasti sekarang anda harus turun dari taksi ini demi kebaikan kita bersama!" ujar sopir taksi dengan tegas.
Emosi Alina semakin memuncak, dia terpaksa keluar dengan tetap berusaha mengangkat kepalanya tinggi tinggi dan bersikap tegar walau hatinya sangat lah hancur.
Aku adalah Alina.. aku wanita yang tidak akan goyah hanya karena masalah percintaan seperti ini! aku cantik, pintar dan masih muda pasti akan mendapatkan yang terbaik juga dari Allah!!
Alina berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Karena terlalu emosi, kepalanya terasa pening dan matanya berkunang kunang, gelap seketika dan Alina pun pingsan.
Dan begitulah bagaimana kemudian Alina sudah berada di rumah sakit berkat bantuan orang di sekitarnya tadi.
Alina tersadar dan mendapati dirinya sedang terbaring di ruang UGD.
"argh!" Alina merasakan kepalanya yang pening.
"jangan di paksakan untuk bangun Nona!" kata Dokter yang menghampirinya.
"saya kenapa Dok?? kenapa saya bisa ada disini?" tanya Alina sambil memegangi kepalanya yang masih terasa pening.
"bukan kah anda yang kemarin memeriksakan diri kemari??" Dokter sedikit mengingat wajah Alina.
"iya benar!" jawab Alina.
"sesuai diagnosis saya kemarin kalau anda benar benar menderita leukemia Nona!" kata Dokter dengan berat hati.
Deg.
Alina mulai ingat lagi hasil check up nya tempo hari, wajahnya langsung lesu.
"apa saya bisa sembuh Dok?" tanya Alina dengan kepala tertunduk.
Dokter tersenyum.
"bisa Nona..asal anda mau menjalani pengobatan secepatnya dan mendapatkan donor sumsum tulang belakang!" jawab Dokter berusaha menyemangati Alina yang terlihat sangat putus asa.
"Donor sumsum tulang belakang??" ulang Alina.
"iya betul.. donor yang paling cocok biasanya adalah kerabat terdekat anda, apakah anda mempunyai saudara mungkin?" sahut Dokter itu.
"saya yatim piatu Dok!" kata Alina semakin terlihat lesu.
"oh begitu.. hem.. ya sudah lah anda jangan putus asa seperti itu Nona.. kita masih bisa mencari pendonor yang cocok untuk anda walaupun agak susah!" ujar Dokter memberi pencerahan pada Alina.
"mencarinya dimana??" lirihnya.
pasti juga akan membutuhkan biaya yang sangat besar pula, hiks.. darimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?? bekerja sampai mati pun tidak akan terkumpul sebanyak itu... Alina... tamat sudah riwayat mu.. kau bahkan belum bisa membalas kebaikan orang orang di panti.
Alina benar-benar sedih hingga dia hanya bisa terbengong di sepanjang perjalanan pulang dan mengabaikan ponselnya yang berbunyi sejak tadi.
Keesokan harinya, Alina menjalani beberapa pemeriksaan dengan takut-takut untuk benar benar memastikan penyakitnya.
Sayangnya, Alina benar-benar dinyatakan positif menderita leukemia.
Dan satu-satunya penyembuhan yang paling efektif adalah dengan transplantasi sumsum tulang belakang dari pendonor yang cocok dengannya.
Tapi sayangnya dari daftar informasi yang dimiliki rumah sakit, tidak ada pendonor yang cocok dengan dirinya, Jadi yang harus Alina lakukan adalah mengontrol penyakitnya dengan menjalani kemoterapi.
Mendengar kata kemoterapi, Alina langsung bergidik ngeri.
Apa rambutku akan jadi botak setelah menjalani kemoterapi nanti?? Diare dan muntah-muntah? Akankah aku berubah menjadi buruk rupa??
"saya tahu apa yang sedang anda bayangkan Nona... anda harus tenang, setelah kemoterapi nya berhasil, rambut yang rontok akan tumbuh kembali dan kulit yang kering pun akan menjadi lembab kembali!" kata Dokter menyemangati Alina.
"jadi jangan risau kan efek sampingnya! bukan kah yang utama adalah kesembuhan anda?? jika anda sembuh anda bisa beraktivitas dengan normal kembali!" imbuh Dokter.
"sembari kemoterapi, kita tetap mengusahakan untuk mencari pendonor yang cocok untuk anda!" Dokter sepertinya sangat peduli pada keadaan Alina.
"tapi dari informasi yang saya ketahui di internet, rasio untuk donor sumsum tulang belakang yang cocok itu sangat lah rendah!" ujar Alina yang benar benar mulai putus asa tingkat akut.
Mendengar hal itu, Dokter tampak melihat salah satu dokumen di hadapannya dengan ragu dan Akhirnya dia mengakui bahwa sebenarnya ada donor yang cocok dengan Alina tapi sayangnya, orang itu tidak mau menjadi pendonor.
"sebenarnya ada satu orang yang cocok untuk menjadi pendonor anda Nona.. tapi sayang orang itu tidak mungkin mau mendonorkan sumsum tulang belakangnya untuk anda apalagi kalian tidak pernah saling mengenal!" kata Dokter dengan wajah menyesal.
Alina langsung mendongakkan kepalanya dengan penuh semangat,
"jadi siapa orang itu Dok??" tanya Alina dengan wajah yang sangat antusias.
Alina merengek pada Dokter untuk memberinya informasi kontak orang tersebut agar dia bisa berbicara dan memohon langsung padanya.
Tapi Dokter menolak dengan tegas, dia tidak bisa mengungkap identitas pribadi pasien kepada orang lain karena itu adalah aturan rumah sakit.
"maaf Nona.. mengungkap identitas pribadi pasien sangat dilarang karena menyalahi aturan rumah sakit dan saya tidak bisa berbuat apa apa untuk anda!" jawab Dokter.
Alina yang tadinya bersemangat kini terlihat lesu kembali.
Sedang asik berkonsultasi, tiba-tiba seorang suster memanggil dokter itu karena ada pasien yang darurat.
"permisi Dok.. ada pasien gawat di UGD!" kata suster yang terlihat terburu buru.
"baik saya akan segera ke sana!" sahut Dokter dengan sigap.
"Nona.. konsultasinya bisa dilanjutkan besok karena saya harus segera ke UGD sekarang!" kata Dokter yang lalu pergi agak terburu buru.
"iya Dok.. tidak masalah! besok saya akan kembali lagi!" kata Alina yang mungkin tidak di dengar lagi oleh Dokter itu.
Dokter sudah meninggalkan ruangannya dan hanya Alina yang tersisa di sana, Alina hendak pergi namun teringat dokumen yang sempat dilirik oleh Dokter tadi.
"apa mungkin dokumen itu berisi tentang informasi calon pendonor yang cocok untukku??" gumam Alina seorang diri.
Alina tampak ragu.
Dia berpikir sejenak.
"ah.. aku akan mengintipnya! ya Allah maafkan jika aku lancang!! aku melakukan ini demi hidup ku ya Allah!" doa Alina sebelum benar benar mengintip dokumen di hadapannya.
Alina membuka dokumen itu dengan sangat hati hati dan membaca isi dokumen dengan seksama,
Kendra Lingga, 29tahun.
Jalan Akasia No 9.
ah.. aku harus mencatat nama, alamat dan nomor teleponnya secepat mungkin sebelum ketahuan dokter itu! duh yaa Allah.. aku tahu ini dosa tapi kali ini maklumi lah ya allah...
Alina mencatat semuanya di ponselnya dan segera pergi dari ruangan dokter itu.
semoga saja tidak ada yang mencurigai ku.
🎃🎃🎃🎃🎃🎃🎃🎃🎃🎃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Gek Nanie
biar greget hihi
2021-03-05
0
Aisah Mamany Sisivia
baru aja episode awal..udah tegang begini
2021-03-05
3