Wajah pucat akibat kedinginan dan menahan sakit memar luka di lutut dan lengannya, Lulu berusaha meraih meja tempat ia bekerja.
"Luuu" jerit Amanda.
"Astaga.. Kenapa sampai begini?" tanya Miki yang melihat baju Lulu basah, sehingga terlihat dalaman itu yang berwarna hitam.
Segera Miki mengambil jasnya yang terletak di mejanya, dan menutupi tubuh Lulu.
Amanda berlari mengambil kotak P3K kantor. Dan segera mengobati sahabatnya itu.
"Apa yang terjadi?" tanya Amanda.
Lulu menceritakan semua kejadian.
"Terlalu memang bos itu" Amanda mengepalkan tangannya.
"Tidak, bukan salahnya. Aku yang terlalu lambat sampai di sana. Haatchii"
"Lu, ganti baju. Gue bawa baju gantian kok di loker. Ayo, buruan ganti" ajak Amanda
Miki, menyiapkan segelas teh hangat untuk Lulu. Sejak Miki mengenal Lulu, ia mempunyai perasaan lain untuk Lulu. Tapi, ia tidak berani untuk mengungkapkan maksud hatinya.
"Sumpah demi apa aku pakai baju beginian?" tanya Lulu yang menatap dirinya di kaca besar yang menempel di toilet cewek kantor lantai 5 itu. Ia menarik bajunya supaya menutupi lututnya.
"Udah.. daripada kemeja sama jeans Lo basah dan terus lo pake kan. Pake dulu sementara, lagian udah hampir jam pulang juga kan?" tanya Amanda.
Kemudian mereka menuju meja kerja mereka. Lulu sibuk dengan menutup lututnya. Miki yang melihat Lulu saat itu tersenyum.
"Cantik" ucapnya tanpa segan.
"Permisi" Lulu menutup dada dan lututnya, sambil mengusir Miki dari tempat duduknya.
"Pakai jas gw aja, kalo elo gak enak pakai baju itu" ucap Miki.
Lulu hanya tersenyum lebar kemudian ia meminum teh panas yang dibuatkan Miki.
"Terima kasih" ucapnya sambil meniup teh yang masih panas itu.
Tristan melewati meja Lulu, dan tanpa sepatah kata, ia berlalu.
"Monster menyeramkan" ucap Amanda gregetan sendiri.
Akhirnya mereka semua merapikan meja masing-masing dan meninggalkan kantor itu.
"Aku antar pulang ya, Lu" Miki menawarkan diri. Di luar masih hujan. Dan ia yakin Lulu akan lama menanti bus yang menuju rumah Tristan.
"Gak.. Aku bisa pulang sendiri" tolak Lulu. Walau sebenarnya, ia ingin sekali menumpang, mengingat hujan yang belum reda, dan ditambah nyeri luka kalau terkena air. Tapi ia takut ketauan, kalau ia dan Tristan sudah menikah. Tristan sangat tidak suka pernikahan itu terekspos keluar.
"Lagian arah rumah kita berlawanan. Pulanglah. Aku akan pesan taksi online saja" ucap Lulu sambil memberikan senyuman manis kepada Miki.
"Yakin?"
Lulu mendorong tubuh Miki.
"Hus. sana"
Setelah setengah jam, taxi online yang dipesan baru sampai.
Berkali-kali sopir itu meminta maaf, karena jalanan sedikit macet.
Lulu sampai di rumahnya pukul 7 malam.
Saat ia masuk, Tristan sedang asik nonton film sambil memeluk toples yang berisi cemilan.
Tanpa memperdulikan Tristan, Lulu melewatinya begitu saja.
"Kenapa terlalu malam, aku lapar. Apa kamu tau itu?" ucapan Tristan itu sebenarnya menyakitkan.
Karena dia, Lulu sampai harus kena flu dan luka-luka di bagian lutut dan lengannya.
Sampai di pintu kamarnya, Lulu melihat bungkusan tergantung di handle pintunya.
Ia melihat isinya.
Obat luka, dan obat flu.
Lulu melirik ke arah Tristan
Namun ia segera masuk ke dalam kamarnya.
Menghempaskan dirinya ke atas kasur empuknya.
Walaupun Tristan dan Lulu terjalin ikatan pernikahan, tetapi, Tristan tidak mau mereka berada dalam 1 kamar.
Lulu meringkuk di atas kasurnya. Tubuhnya terasa dingin. Matanya sudah terasa panas. Ia berniat memejamkan matanya sebentar, dan nantinya menyiapkan makan malam untuk Tristan.
**Hi.. Aku tau sedikit mengabaikan cerita ini. Karena menyelesaikan novelku yang berjudul *Belum Sanggup Kehilangan*
Tapi aku janji akan konsen sama ini deh.
Happy reading guys.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Zulfa
Salken kak, JIKA mampir membawa like nih. Mari saling dukung kakak😍
2021-04-26
1
jenny
aku tunggu kelanjutan ceritanya ya thor. .
tetap semangat. .
2021-03-26
1