Lelaki itu turun tergesa dari mobil Pajero Sport berwarna hitam metalik, menutup pintu mobilnya lalu berlari kecil seakan menghindari hujan yang mulai reda turun ke bumi. Membuka pintu kafe miliknya tanpa sengaja bertabrakan dengan seorang gadis berambut ikal keriting, bola mata bulat, bulu mata yang lentik, hidung mancung, dengan tinggi yang hanya sebahu dari lelaki itu.
"Ups, sorry...maaf, silahkan," ujarnya meminta maaf, menatap punggung gadis itu yang berdiri di depan teras kafe seakan mencari sesuatu lalu melambaikan tangannya pada sebuah bajaj yang melintas, lalu berlari menghindari hujan.
"Masih suka kesini itu cewek?" tanya nya pada Dion, kasir sekaligus barista yang bekerja di kafe miliknya.
"Masih, gue kasian bos liatnya, kadang dia nangis, kadang dia senyum tapi tatapannya nanar keluar jendela, kadang dia nulis di buku kecil terus nangis lagi," jelas Dion, "rasa pengen gue temenin bos, terus gue hapus air matanya,"
"Elaaaah, kenapa gak lo samperin?"
"Gak bos, takut nge ganggu,"
"Ria mana?"
"Di ruangan bos," katanya ,"kalo gue perhatiin bos, si Ria kayaknya ada hati sama bos,"
"Bagus lah, kalo gak ada hati, mati dia,"
"Ish, bos ini,"
"Gue tinggal dulu, gue mo nge cek laporan keuangan bulan ini, awas aja sampe turun," ancamnya dan yang diajak bicara hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Namanya Arkana Putra Fajar, anak seorang pejabat BUMN, sejak umur 19 tahun Arkana sudah berkecimpung di dunia bisnis kuliner, mewarisi salah satu restoran milik mendiang kakeknya. Arkana banyak belajar dari sang Tante, adik dari ayahnya. Karena kepandaian yang ia miliki, satu restoran western itu berkembang menjadi beberapa cabang, terhitung di sepuluh provinsi di Indonesia setiap cabang pasti ada, termasuk Bali, Lombok dan Labuan Bajo, dan kafe yang berada di kawasan Tebet ini adalah salah satu kafe dari tiga kafe nya yang lain. Mengenyam pendidikan terakhir di salah satu universitas negeri di ibukota sebagai lulusan Sarjana Komunikasi. Paras yang tampan dengan postur tubuh tinggi 180 cm. Kulit putih layaknya seorang keturunan Belanda darah yang mengalir dari ayahnya, membuat Arkana di puja banyak wanita. Di umur 25 tahun ini Arkana di nobatkan sebagai salah satu pengusaha muda yang sukses.
Memasuki ruangan kerjanya yang sudah di tunggu oleh staf keuangan yang mengurus berjalannya kafe itu. Setiap bulan Arkana akan selalu berkeliling mengunjungi tempat usahanya, baik itu di Jakarta atau di luar kota.
"Laporan bulan ini," ujarnya sambil menghempaskan tubuhnya pada kursi di balik meja kerjanya.
"Ini Pak," wanita bertubuh tinggi semampai dengan rambut hitam tergerai memakai kemeja berwarna putih, memperlihatkan bra berwarna hitam di dalamnya, di padukan dengan celana pensil berwarna krem.
Arkana memperhatikan gerak-gerik wanita yang sudah hampir tiga tahun ini bekerja dan dan di percaya mengelola tiga kafe nya sekaligus.
"Sejauh ini menurut kamu, kafe kita yang berada di Bandung gimana, kalo di lihat dari laporan keuangan tiga bulan belakangan ini?"
"Menurut saya, tetap beroperasi seperti biasa, kita lihat tiga bulan lagi kalau memang tidak ada perubahan maka kita hentikan operasionalnya, karena menurut saya keadaan ini hanya karena dampak dari yang terjadi sekarang, semoga ke depannya lebih baik lagi Pak," ujarnya memberikan masukan kepada Arkana.
Arkana masih menbolak balikkan kertas-kertas yang berada di depannya. Memang ada beberapa yang harus di perbarui dalam manajemen perusahaan yang ia jalankan ini.
"Ya sudah, kamu boleh pergi, dan jangan lupa tolong kasih tau Dion, buatkan saya Latte... em dan boleh deh kentang goreng," ujarnya masih tak menatap gadis itu, "oh ya, Ria..."
"Ya Pak," Ria membalikkan tubuhnya.
"Makasih," ujar Arkana menatap sebentar ke arah gadis itu lalu tersenyum.
Ria pun hanya membalas dengan senyuman.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Gue balik Yon, ati-ati lo pas tutup ya, di cek semua jangan lupa,"
"Siap bos, aman," ujar Dion membulatkan jari telunjuk dan jari jempolnya pertanda jawabnya adalah OK.
Arkana keluar dari kafe itu sekitar jam sembilan malam, satu jam sebelum kafe miliknya tutup. Setelah berpamitan pada beberapa staff nya, ia melajukan mobilnya membelah malam.
"Arkan..." suara lembut sang Ibu mengagetkannya saat masuk ke ruang keluarga.
"Mama belom tidur?" tanyanya lalu duduk di samping wanita yang masih terlihat sangat cantik untuk umur yang hampir masuk lima puluh tahun.
"Belom, masih nunggu in Papa kamu,"
"Lembur?"
"Tadi pagi kan ke Solo, malam ini pulang... Papa bilang lagi ada masalah pembangunan tol di sana,"
Arkan hanya membulatkan bibirnya,
"Tidur Ma, biar Arkan yang nungguin Papa,"
"Mama belom ngantuk," jawab sang Mama, "siapa cewek yang deket sama kamu sekarang? udah lama kayaknya Mama gak pernah denger kamu cerita tentang pacar-pacar kamu,"
"Gak ada Ma, tapi kalo yang ngedeketin banyak," ujarnya tersenyum.
"Gaya banget," Mama mengacak-acak rambut anaknya, "kamu tuh mirip banget sama Langit waktu muda,"
"Didi?"
"Iya, banyak banget cewek yang ngedeketin dia, sama Mama dulu kewalahan bantuin dia," mengingat kenangan bersama Langit suami dari adik iparnya yang merupakan teman semasa ABG, "tapi sekalinya jatuh cinta, setianya bukan main,"
"Sama Mima?"
"Iya, pengorbanan dan perjalanan cinta mereka luar biasa,"
"Iya, Arkan bisa liat, sorot mata mereka penuh dengan cinta walaupun umur pernikahan mereka hampir memasuki 25 tahun ya Ma,"
"Iya, Mama kagum dengan mereka,"
"Emang Mama gak kagum sama Papa? jangan bilang Papa gak setia,"
"Papa itu tipe lelaki setia, keluarga Papa kamu itu memegang teguh kesetiaan, hanya saja Papa orang yang gak bisa mengungkapkan perasaannya secara langsung, lebih pada perlakuan dia ke Mama,"
"Tapi Mama bahagia kan?"
"Punya kamu, Annaya dan ada Papa di hidup Mama itu sudah pasti buat Mama bahagia, gak ada yang bisa gantiin itu,"
"I love you Ma,"
"I love you too my son," mengecup kening anak lelaki kesayangannya itu.
"Annaya kapan pulang? bukannya libur semester ya,"
"Awal bulan katanya,"
"Betah banget dia di Jogja,"
"Kan ada aunty Arumi di sana pasti betah lah dia,"
Suara deru mobil menghentikan obrolan mereka, Fajar sang ayah memasuki ruangan itu membawa beberapa paper bag. Menghampiri sang istri memberikan kecupan pada pipi wanita itu, sementara mengulurkan punggung tangannya untuk di cium oleh sang anak.
"Bawa apaan Pa?"
"Biasa lah titipan Ibu negara,"
Mama Cha Cha tersenyum merekah, membuka paper bag pertama, sehelai kain batik yang bernilai jutaan itu pun terbentang lebar, lalu membuka paper bag kedua sehelai kain batik lagi kali ini bermotif perwayangan yang sedang in, entah berapa meter membuat Mama Cha Cha memberikan kecupan kembali untuk sang suami.
"Makasih ya Pa,"
"Pantesan dari tadi nungguin, di suruh tidur gak mau ternyata nungguin ini... modus banget ya Ma," Arkan menyebikkan bibirnya, "udah lah, Arkan naik dulu ke atas, jangan lupa Ma... Papa di kasih hadiah juga,"
Pasangan suami istri itu sudah tak perduli lagi dengan kata-kata anaknya karena sekarang mereka sudah bercengkrama satu dengan yang lainnya.
***seru juga ya udah tua masih romantis gitu
jangan lupa like komen dari kalian yaaaah***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
betul klu ngk punya hati kan ribet butuh donor dulu 🤣
2024-10-06
1
Erni Fitriana
author chida gak maen" klo bikin readee iri hati....cemburukan kita jadinya😔😔😔
2023-03-01
0
EndRu
semoga seru
2023-02-18
0