Tadi malam mendapat notifikasi bahwa ATM miliknya sudah ditransfer oleh kakak pertama, kini Taka sedang mengayuh sepeda onthel bersama adik satu-satunya. Bibir tipis itu menyunggingkan senyum bahagia.
"Nata, ayo. Cepetan kamu ngayuh sepedanya, lama banget sih." Taka menoleh kearah belakang, dimana Nata sedang berjuang untuk menyalip Taka yang hari ini sangat bawel, menurutnya.
"Aduh..." Taka mengaduh saat ban sepeda oleng dan hampir terjatuh, saat menoleh kebelakang tidak menyadari ada lubang kecil didepannya. Naas, dia tak dapat menghindar, hingga burung kecil miliknya harus merasakan imbas seperti terkena pukulan. "Kurang ajar, gara-gara dalane bolong manukku dadi koyo kenek bogem! (Kurang ajar, gara-gara jalanya rusak burungku jadi kayak terkena tinju!)" Taka menggerutu kesal. Tangan kiri memegangi pangkal paha yang sakit, sedangkan yang kanan memegang setang sepeda.
Untung Nata masih dibelakang dan tidak mengetahui, jika si baper tau, sudah habis ia jadi bahan olokan.
Sudah terbiasa menaiki sepeda onthel, mereka berdua sudah hapal dengan jalan tikus dari rumah menuju ke sekolah hingga tak butuh waktu lama kedua ban sepeda itu sudah sampai diparkiran sekolah.
Ditempat biasa parkir baru ada sepeda milik Mujirah dan Mujiren. Taka sangat hapal bentuk sepeda milik kawan-kawannya.
"Dudung sama Ali Baba belum berangkat kayaknya, kak?" tanya Nata. Mereka berdua sedang sibuk memarkirkan kendaraan sepeda onthel atau bisa juga disebut dengan pit.
"Ho'o, tumben belum ada. Biasanya paling ada didepan." jawab Taka.
"Ya udah, kita ke kelas duluan aja." ajak Nata. Mereka, saudara kembar itu berjalan bersamaan.
Nata gadis yang lebih menonjol dari yang lain, cantik, manis dan imut. Banyak teman-teman lawan jenis yang suka dengannya. Tapi, dari sekian banyak tak ada satupun yang berani mendekat, gadis itu bagaikan punya bodyguard yang selalu mengawasi, menjaga dan juga selalu berada didekat Nata. Belum apa-apa mereka sudah takut dengan Taka, terkenal bandel tapi juga lucu.
Bel sekolah telah terdengar, menandakan jam pelajaran yang akan segera dimulai.
Terdengar suara sepatu yang bergesekan dengan lantai hingga menimbulkan bunyi berisik. Dudung dan Ali Baba, tampak berlari dan segera duduk ditempatnya. Bahu mereka naik turun karna nafas yang tak beraturan. Sehabis berlarian.
"Heh, tumben kalian hampir telat?" tanya Taka, mencolek punggung Dudung dengan sebuah pena.
"He'em, wetengku loro. (He'em, perutku sakit.)" jawab Dudung, menoleh kearah bangku belakang.
"Tapi telat juga nggak pa-pa, ini pelajaran Bu Hany tidak akan marah. Dia mah, digigit semut juga nggak bakal teriak." kata Taka dengan senyum mengejek.
Belum selesai mengobrol, guru bernama Bu Hany telah memasuki ruangan. Dia mengajar di mata pelajaran biologi. Guru yang masih terlihat muda itu memang ramah, ketika masuk kedalam kelas sudah memamerkan gigi, tersenyum kepada murid-muridnya.
"Selamat pagi, anak-anak..." sapa Bu Hany.
"Selamat pagi, Bu.." jawab murid-murid dengan serempak.
"Hari ini tugas kalian menggambar kerangka manusia dengan alat reproduksinya. Buka buku cetak halaman 120, disitu adalah contoh gambar yang harus kalian gambar. Jangan lupa tulis juga keteranganya."
"Bu, pakai pena atau pensil?"
"Boleh pakai pena boleh pakai pensil. Tapi kalau pakai pena kalian susah menghapusnya kalau salah, jika ada yang bawa pensil. Boleh pakai pensil saja. Satu jam lagi dikumpul ya."
"Iya Bu..." jawab murid-murid.
Tidak menyia-nyiakan waktu, para murid segera memulai untuk menggambar.
"Nata, kamu bawa pensil berapa? aku lupa nggak bawa." tanya Taka.
"Hist... kakak ini kebiasaan. Percuma aku punya pensil dobel kalau kakak terus yang pakai." meski dengan kekesalan, Nata membuka kotak pensil dan memberikan pensil serep pada kakanya.
Taka hanya cengengesan.
"Bos," Mujiren yang duduk dibelakang menarik baju Taka.
"Apa?" Taka menoleh.
"Njileh busek. (Pinjam penghapus)" kata Mujiren.
"Opo, budek? ( Apa, budek?)" Taka tidak begitu mendengar suara Mujiren yang meminjam penghapus.
"Hoalah, busek Bos. Penghapus. (Hoalah, penghapus Bos. Penghapus.)" terang Mujiren.
Taka mengambil penghapus milik Nata dan memberikannya pada Mujiren.
"Huh, kalian ini pada nggak modal sih?" kesal Nata.
"Nanti aku ganti loh, paling harganya cuma 2ribu aja." kata Taka.
"Itu tau harganya 2ribu rupiah, gitu kalian nggak mampu beli." ejek Nata.
"Ayo barisan sebelah kanan jangan mengobrol, gunakan waktu kalian dengan baik." Ibu Hany memperhatikan kearah mereka.
"Iya Bu. Maaf." ucap Taka.
Waktu sudah hampir satu jam.
"Anak-anak tinggal 15menit lagi waktunya sudah selesai, jangan lupa diberi tanggal dan nama kalian masing-masing ya."
"Bu, kalau yang ditulis nama bapaknya boleh nggak Bu?" tanya Ali Baba.
"Huuuuu...." siswa-siswi yang lain menyoraki Ali Baba.
"Kamu Al, ada-ada saja. Yang bersekolah itu kamu atau bapak kamu." kata Bu Hany.
"Dua-duanya, Bu." Jawab Ali Baba.
"Kok bisa dua-duanya?" tanya Bu Hany heran.
"Iya, 'kan Bapak yang bayar uang sekolah, aku yang berangkat ke sekolah."
"Huuuu...." kembali teman-teman satu kelas bersorak.
"Sudah. Diam-diam, ayo lanjut lagi. Tinggal 10menit lagi." Bu Hany menghentikan suara gaduh dikelas ia mengajar.
"Hoalah, garek gambar blenduk'ane malah potelote bujel. (Helah, tinggal menggambar setengah lingkaran malah pensilnya patah.)" Di kursi belakang, Dudung menggerutu. Ia menoleh kearah Ali Baba, tapi temannya itu juga belum selesai. Ketika melihat Taka, ketua geng itu sudah selesai. Dari pada membuang waktu, lebih baik ia meminjam.
"Bos bos, njileh potelot sedilit.( Bos bos, pinjam pensil sebentar.)" kata Dudung. Taka memberikan pensil kepada Dudung.
Waktu 10 menit sudah berlalu, selesai atau tidak mereka harus mengumpul tugas tadi.
Perwakilan dari ketua kelas, yaitu Taka mengambil satu persatu lebaran tugas dan akan dibawanya didepan meja Bu Hany.
Bu Hany melihat hasil gambar mereka satu persatu, dia tersenyum lucu dan juga menggelengkan kepala.
"Taka, kamu gambarnya terlalu lengkap, kenapa sampai bulu kaki juga kamu gambar dan diberi ke terangan?"
Mendengar keterangan Bu Hany tentang hasil gambar Taka, satu kelas itu tertawa. Taka yang selalu percaya diri tidak masalah ditertawakan oleh teman lainnya, ia sudah biasa.
"Karna aku gambarnya lengkap, harusnya Ibu ngasih aku nilai plus." kata Taka.
"Ini gambar alat reproduksinya kenapa tidak jelas?"
"Iya Bu, sengaja aku blur, malu Bu."
"Di pelajaran biologi kali ini, memang mengenal alat reproduksi, jadi jangan malu. Alat reproduksi manusia itu penting, kalian harus memahami tentang anggota tubuh dan fungsinya." jelas Bu Hany.
"Iya Bu."
"Jam pelajaran Ibu sudah habis. Kita bertemu lagi minggu depan. Jangan lupa belajar, kalian tinggal sebentar sudah kelulusan."
"Siap Bu."
"Ibu akhiri, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakattuh."
"Wala'ikum salam warahmatullahi wabarakattuh."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Lies Mulyadi
ngakak poll,bulu kaki digambar
2023-01-18
0
N1SW4N Z4F4
ya allah ngakak gara2 dudung." hoalah garek gambar blenduk'ane malah petelote bujel" ,🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-10-29
0
Tutik Yunia
ngekek terus, lali komen😂😂😂
2021-07-25
0