"Kalian berdua tidak pantas disebut, dan menjadi orang tua bagi gadis malang itu, kalian tega mengorbankan kebahagiaan dan masa depan Putri kalian sendiri. ddemi harta dan harga diri." bentak Gilang.
"Maafkan kami mas Gilang, kami sangat menyesal." ucap Hendro. sementara Mia istrinya hanya bisa menang meratapi Naura.
"Bos Gilang, kita harus bagaimana sekarang." nampak sekali raut kecemasan terpancar dari wajah Dion.
"Perintahkan orang-orang kita untuk mencari keberadaan gadis itu, termasuk terminal bis menuju kota." ucap Gilang
Dion yang terlihat cemas langsung menghubungi orang-orang suruhan mereka, agar segera bertindak dan berpencar. agar Naura segera ditemukan.
"Naura sayang, maafkan Mama nak, kamu pergi kemana...hu...hu..." Mia terus menangis menyesali kesalahannya.
"Untuk apa kalian terus menatap, kalian pikir dengan bersikap seperti itu. Putri kalian akan langsung kembali." bentak Gilang
"Bos aku ingin mencari Naura, bagaimana pun aku ikut bersalah telah menodai gadis itu." ucap Dion dengan wajah bersalah.
"Okey baiklah, aku akan membantumu" Gilang dan Dion bersiap.
"Mas Gilang tunggu,"
Gilang menghentikan langkahnya, saat kedua belah kakinya ditahan Mia, Mama Naura yang menangis.
"Mas Gilang, izinkan kami untuk ikut mencari Putri kami. hu...hu..." ucap Mia, Hendro juga mencabut selang infus yang melekat ditubuhnya. sambil berjalan tertatih-tatih Hendro juga memohon kepada Gilang
"Mas Gilang, aku orang yang pantas disalahkan dalam semua ini, aku rela bertanggungjawab dan menerima hukuman setelah putriku ditemukan." Hendro menitikan air matanya.
"Baiklah," jawab Gilang singkat
Mobil melaju epmenempuh jalanan kerikil dan sedikit becek, namun semua itu tidak membuat semangat Dion, tidak menurun yang terpikir olehnya bagaimana cara agar Naura segera ditemukan. tanpa memperdulikan Gilang dan kedua orang tua Naura yang ketakutan dengan mobil yang sudah beberapa kali hampit terguling karena Dion terus memaksa menempuh jalanan yang rusak itu.
"Hati-hati Dion." saat mobil kembali hampir menabrak buruh perkebunan yang kebetulan lewat.
"Mas Dion, tolong berhenti dulu." ucap Hendro saat matanya menangkap sosok buruh yang melewati mobil mereka itu.
"Ada apa.?" tanya Gilang menatap Hendro di jok belakang melalui kaca spion mobil.
"Itu ayah Frans, teman dekat Naura. aku yakin Naura sekarang pasti disembunyikannya pria miskin itu." ucap Hendro.
"Ternyata masalah yang menimpa mu ini, belum juga membuat mu sadar dai kesombongan mu itu, apa bedanya dirimu dibandingkan buruh itu. bahkan dia itu, lebih mulia dibandingkan dengan dirimu yang memakan uang yang bukan hak mu." Gilang bertambah emosi, ingin dia menghajar Hendro kembali, jika tidak mengingat kondisi pria itu yang masih diperban sana sini karena pukulan nya kemaren.
"Maaf mas Gilang" ucap Hendro sambil meringis mendapatkan cubitan kersa dari istrinya.
"Dion ikuti orang itu sampai kerumah nya."
Mobil mereka mengikuti ayah Frans sampai diteras rumah, mereka ikut turun. dihalaman rumah kecil dan sederhana itu.
Ayah Frans langsung terperanjat kaget, ditambah lagi melihat kedatangan Bos besar pemilik perkebunan teh yang sang luas itu, selama ini dia hanya melihat foto Gilang melalui foto yang terpajang didinding kantor pabrik, yang dikunjungi sebulan sekali untuk menerima gajinya dan sang istri sebagai pemetik daun teh. untuk diolah kembali.
Dengan jalan tergopoh-gopoh menunduk hormat, mereka menyambut kedatangan Gilang.
"Selamat datang di gubuk kami Tuan."
Gilang menyalami kedua orang tua Frans, yang diikuti juga oleh Hendro dan sang istri. mereka duduk disaung yang sangat sejuk dan bersih. mereka pun menanyakan keberadaan Naura. yang membuat kaget kedua orang tua Frans.
"Tidak Tuan, Nona Naura sudah lama tidak pernah kemari. bahkan Frans juga sekarang sibuk di pasar." ucap ibunya Frans
Gilang Melihat kejujuran di mata keduanya, namun tidak dengan Dion. wajahnya murung, seperti langit yang sebentar lagi juga akan disirami hujan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments