Tanggal Pernikahan

Flashback On

"Jadi kita sudah sepakat ya Tuan Rafael, saya harap kita akan selalu bekerja sama,"

"Saya harap juga begitu Tuan Andra,"

"Maira itu cantik juga ya Tuan," gumam Andra tiba-tiba.

"Maksud Anda apa ya?"

"Bolehlah saya pake dia sebentar, toh dia hanya anak magang," seketika Rafael langsung emosi.

"Jangan macam-macam Anda!!" ujar Rafael dengan emosi.

"Jangan emosi dulu Tuan, saya cuman akan memakainya sebentar setelah itu kerja sama antara kita akan selalu berjalan dengan lancar,"

Mendengar perkataan Andra Rafael langsung mengepalkan tanganya lalu dia langsung memukul wajah Andra, terjadilah perkelahian diantara mereka.

Asistenya Andra langsung langsung mencoba melerai mereka dibantu oleh beberapa karyawan restoran tersebut.

"Anda memukul saya hanya demi wanita itu, jangan-jangan dia simpanan Anda," ujar Andra yang membuat Rafael semakin emosi.

"Jaga bicara Anda ya, dia wanita baik-baik!!!" Rafael meninggikan suaranya.

"Saya batalkan kerjasama kita!!!" ujar Andra.

"Saya tidak perduli!!!" tegas Rafael.

"Kamu lebih memilih rugi 2 Miliyar demi wanita itu cuih,"

"Dia calon istri saya!!! jangan pernah Anda main-main dengan wanitaku!!!! Faham!!!" ujar Rafael dengan sangat emosi. Tak lama Mairapun datang.

"Pak ada apa?" tanya Maira kepada Rafael.

Rafael langsung menggenggam tangan Maira dan mengambil tas Maira lalu berjalan meninggalkan Andra.

Flashback off

Didalam mobil Maira bingung harus ngapain, dia takut ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

"Bapak tidak apa-apa?" Maira memberanikan diri untuk bertanya.

"Hmm,"

"Pak bisa menepi sebentar, itu wajah Anda terluka sebaiknya diobati dahulu,"

Maira mengambil P3K yang berada dikursi belakang.

"Pak," Rafael akhirnya menepikan mobilnya.

Maira lalu membuka kotak P3K dan langsung mengobati luka Rafael.

"Pak bisa tidak mukanya biasa saja, kesanya Anda seperti mau memakan saya," ujar Maira yang takut melihat ekspresi wajah Rafael.

"Bapak kenapa berkelahi sih? Engga baik tau berkelahi seperti tadi, kalau ada masalah itu diomongin baik-baik dulu jangan langsung baku hantam begitu,"

"Lain kali jangan pake make up berlebihan, kalau bisa pakainya juga lebih tertutup," gumam Rafael.

"Eh iya pak,"

Padahal make up Maira natural dan pakainyapun sopan tapi memang aslinya memang Andra itu laki-laki hidung belang. Sebenarnya engga ada yang salah dengan pakaian Maira.

"Sudah Pak," Maira menutup kotak P3K.

Rafael lalu melajukan mobilnya lagi, Maira melihat jam tanganya ternyata sudah pukul 20.15 diapun langsung khawatir.

"Jangan khawatir, kamu engga akan dimarqhin," ujar Rafael yang melihat Maira khawatir. Rafael tau jika Maira khawatir bakal kena omelan orang tuanya.

Maira sendiri malah bingung mendengar perkataan Rafael. Dia tidak mengerti apa maksunya.

"Loh Pak ini kan bukan jalan kekantor," ujar Maira yang baru sadar bawa Rafael tidak mengendarai mobilnya menuju kantor.

"Hmm,"

"Kita mau kemana Pak,"

"Pulang,"

"Hah??"

"Apa kamu tuli?"

"Aku ngomong "hah" bukan berarti engga denger bambang"

"Kok arahnya kek mau kerumahku ya?" Maira bertanya-tanya sendiri.

Tak lama mobilpun memasuki halaman rumah Maira.

"Loh Pak kenapa kesini?" tanya Maira yang tak mengerti.

"Emangnya kamu engga mau pulang apa?"

"Tapi bagaimana Pak Rafael tau rumah saya, terus mobil saya gimana?"

"Tenang aja mobil kamu engga akan hilang,"

"Yaudah ayok turun," gumam Rafael. Maira pun turun begitupula dengan Rafael.

"Bapak ngapain turun?"

"Saya bawa anak gadis orang pulang malem terus saya engga pamit sama orang tuanya, engga sopan banget dong,"

"Engga papa Pak, Bapak pulang aja," ujar Maira karena dia tau bahwa didalam masih ada keluarga teman ayahnya.

"Udah ayok masuk,"

Maira akhirnya membiarkan Rafael ikut masuk kedalam rumah.

"Tuh benerkan masih ada Om Barra,"

"Assalamualaikum," ujar Maira dan Rafael bersamaan.

"Walaikumsalam," jawab mereka.

"Wah yang dari tadi ditunggu dateng juga," gumam Barra.

"Maaf karena kami telat," ujar Rafael. Maira bingung dengan perkataan Rafael.

"Yaudah ayok sini duduk, kalian mau terus-terusan berdiri," gumam Rizky.

Maira dan Rafael mencium tangan Rizky Sinta Barra dan Indah bergantian.

"Sini Maira duduk disebelah tante," ujar Indah.

Mairapun tersenyum dan duduk disebelah Indah.

"Wajah kamu kenapa El?" tanya Indah maminya Rafael.

"Hmm engga papa,"

"Kamu berantem?" Rafael hanya tersenyum mendengar pertanyaan Papinya.

"Kamu ini jangan emosian dong," ujar maminya.

"Iya maaf,"

Maira bingung mendengar percakapan antara Rafael Barra dan Indah. Dia masih belom tau kalau Rafael anaknya Barra.

"Gimana sayang, Rafael engga nakal kan sama kamu?" tanya Indah maminya Rafael.

Maira bengong dengan pertanyaan dari tante Indah.

"Kenapa diam Ra? Rafael nakal ya sama kamu?" tanya Barra.

"Eh engga om, om kenal dengan Pak Rafael?" tanya Maira.

"Apa Rafael engga ngomong kalau kalian itu dijodohin,"

"Hah jadi yang dijodohin sama Maira itu dia??!" tanya Maira terkejut.

"Iya sayang, anak temen ayah yang akan dijodohin sama kamu itu ya Rafael," gumam Rizky ayah Maira.

"Bukanya Bunda pernah mengatakan namanya ke kamu Ra,"

"Maira lupa Bun,"

"Kenapa dijodohinya sama kutub utara kek dia sih," ujar Maira dalam hati dengan kesal.

"Jadi dari tadi kalian pergi bareng tuh, Maira engga tau kalau Rafael calon suami kamu sayang?" tanya Indah.

"Engga tan," jawabnya sambil menggelengkab kepalanya.

"Tapi Rafael engga macem-macem kan sama kamu, dia anaknya nyebelin soalnya,"

"Engg kok tan,"

"Baguslah kalau kayak gitu,"

"Jadi tadi ayah sama om Rizky udah tentuin kalau kamu dan Maira akan menikah bulan depan,"

"Kok bulan depan Om, cepet banget," gumam Maira yang kaget.

"Lebih cepat kan lebih baik sayang," guman Indah sambil mengelus rambut Maira.

Maira hanya diam mendengar itu, dia belum siap untuk menikah apalagi harus menikah dengan orang yang tidak dia cintai.

Mereka lalu membahas rencana pernikahan , selama membahas itu Maira hanya diam mendengarkan. Sedangkan Rafael sendiri hanya sesekali menanggapi.

Yang akan menikah itu Rafael dan Maira tetapu orang tuanyalah yang terlihat sangat antusias dan senang sedangkan Rafael dan Maira terlihat biasa-biasa saja bahkan mereka terlihat enggan membahas hal itu.

Tak terasa jam telah menunjukan pukul 22.00 Keluarga Rafaelpun pamit untuk pulang.

"Yasudah kami sekeluarga pamit dulu, udah malam juga," ujar Barra yang bangun dari duduknya.

"Iya baiklah, kalian hati-hati dijalan," gumam Rizky.

"Kami pulang dulu sayang," gumam Indah lalu memeluk Maira.

"Iya tante hati-hati ya,"

"Mbak, aku kamu pulang dulu ya," gumam Indah lalu memelum Sinta.

"Iya hati-hati mba," gumam Sinta sambil membalas pelukan Indah.

"Om tante Rafael pulang dulu," Rafael lalu mencium tangan Rizky dan Sinta.

"Iya hati-hati ya nak,"

"Iya tan,"

Setelah mereka pulang Maira langsung masuk kedalam kamarnya tanpa mengatakan apa-apa. Didalam kamar dia menjatuhkan tubuhnya diatas kasur dan seketika itu Maira langsung menangis.

Sepanjang peecakapan tadi Maira menahan air matanya agar tidak jatuh dia benar-benar tidak ingin menikah.

"*Kenapa aku harus menikah? Umurku aja bru 20, aku masih pengen kuliah setelah itu aku ingin meraih cita-citaku," ujar Maira disela-sela nangisnya.

"Aku engga mau menikah diusia muda apalagi dengan orang yang engga aku cintai*,"

Maira terus menangis sampai dia kelelahan dan akhirnya dia tertidur.

Terpopuler

Comments

Melati

Melati

hadir 👍

2021-05-31

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

suka😍

2021-03-09

1

S Anonymous

S Anonymous

Hay thor, semangat terus ya💪

2021-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!