Hari ini Rafael sangat sibuk, banyak jadwal meetingnya. Jam telah menunjukan pukul 17.00 Rafael baru saja selesai meeting. Dia duduk dikursinya dan dia baru ingat kalau belum bertemu lagi dengan Angga.
"Angga dimana ya tumben engga keliatan," Rafael lalu menelpon sekertarisnya untuk menanyakan keberadaan Angga.
"Selamat sore pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Lisa diseberang sana.
"Angga dimana?"
"Asisten Angga baru saja berangkat ke Jerman Pak,"
"Jerman? Kenapa kesana?"
"Ada sedikit masalah dikantor cabang Jerman, makanya asisten Angga langsung kesana Pak. Beliau juga sudah mengirim pesan keponsel Anda Pak,"
Rafael lalu menutup teleponya dia langsung mengecek ponselnya. Dan benar ada beberapa pesan dari Angga.
Angga: "Tuan ada sedikit masalah dikantor cabang Jerman. "
Angga: "Tuan tenang aja biar saya yang ngurus. "
Angga: "Pertemuan dengan Tuan Andra dimajukin jadi nanti malam jam 18.30 Tuan. "
Angga: "Semuanya sudah saya siapkan dimeja Anda Tuan "
Rafael menghela nafasnya setelah membaca pesan dari Angga, dia langsung memikirkan cara agar tidak diomeli orang tuanya karena tidak bisa ikut makan malam.
Rafael lalu langsung mengirim pesan ke Maira. Dia mendapatkan nomer Maira dari Angga.
Rafael : "Ke ruangan saya sekarang. "
Disatu sisi Maira sedang bersiap-siap untuk pulang. Maira mendengar ponselnya berbunyi, dia langsung membuka ponselnya. Terlihat ada satu pesan masuk dari nomer yang tidak dikenal.
"Nomernya siapa ini?" tanyanya sendiri. Maira lalu membaca pesan tersebut.
"Ini siapa sih, aneh banget," ujarnya bingung. Maira lalu membalas pesan tersebut.
Maira : "Maaf ini siapa?"
Tak lama pesanpun terbalas .
Rafael: "Ini saya Rafael. "
Maira yang membaca pesan itu jadi bingung, "Rafael siapa? Engga mungkin kan ini Pak Rafael?" tanyanya sendiri.
Maira : "Rafael siapa?"
Rafael langsung menelpon Maira dan Mairapun langsung mengangkatnya.
"Iya hallo ini siapa ya?" tanya Maira.
"Ini saya Rafael, cepat keruangan saya sekarang," perintah Rafael.
"Pak Rafael Raveno?"
"Iyalah emang kamu pikir Rafael yang mana lagi hah?"
"Eh iya Pak saya keruangan Bapak seka...,"
Belum selesai Maira berbicara Rafael langsung menutup teleponya.
"Astaga ini orang seenaknya sendiri," gerutu Maira.
Maira yang berniat untuk pulang akhirnya mengurungkan niatnya. Dia langsung menuju keruangan Presdir.
"Ada apasih udah jamnya pulang juga, lagian dari mana coba bisa dapet nomer ku? Jangan sampe aja aku disuruh lembur, engga tau apa capek seharian," gerutu Maira dalam hati.
Setelah sampe didepan ruangan Presdir Maira langsung mengetuk pintunya.
Tok tok tok
"Masuk,"
Maira lalu membuka pintu itu dan masuk kedalam.
"Permisi Pak," ujarnya dengan tersenyum ramah. "Ada apa Bapak memanggil saya kemari?" tanya Maira.
"Sebentar lagi saya ada pertemuan dengan Tuan Andra, kamu temenin saya,"
"Hah," Maira kaget mendengar perkataan Rafael.
"Apa kamu tuli?"
"Eh tidak Pak, tapi kenapa saya harus ikut Pak?"
"Karena saya ingin kamu ikut,"
"Tapi kan Pak sekarang sudah jam pulang dan saya juga cuman anak magang disini,"
"Lalu kenapa?"
"Kalaupun saya ikut saya belum mengerti Pak,"
"Makanya belajar,"
"Tapi Pak..."
"Kenapa lagi? Kamu mau ikut saya atau nilaimu saya kasih C" Rafael sengaja mengancam Maira agar Maira tidak bisa menolaknya.
"Baik Pak saya ikut Bapak, jam berapa nanti Pak?"
"Setengah tujuh, kamu duduk aja dulu disana saya mau menyelesaikan pekerjaan saya dulu,"
"Baik Pak,"
Maira lalu duduk disofa yang ada diruangan itu. Dia lalu membuka ponselnya ingin mengabari orang tuanya bahwa dia akan telat pulang. Tapi ternyata ponselmya sudah mati.
"Aduh apes banget sih aku, sampe rumah pasti nanti kena omel," gumam Maira dalam hati
Maira menunggu Rafael yang sedang bekerja, karena dia bosan akhirnya dia pun mengantuk dan tertidur disofa.
Rafael masih fokus dengan laptopnya sampe-sampe dia tidak tau kalau Maira ketiduran sudah setengah jam lamanya. Rafael melihat jam tanganya ternyata sudah menunjukan pukul 18.00 dia lalu membereskan mejanya dan akan berangkat untuk bertemu Tuan Andra.
"Ayok kita berang..." kata-katanya terpotong karena melihat Maira yang tertidur disofa.
Rafael lalu mendekati Maira dan menepuk pelan pundak Maira untuk membangunkanya.
"Ra bangun,"
Maira yang merasa ada yang menepuk pundaknya diapun terbangun, Maira mengerjap-ngerjapkan matanya ala orang bangun tidur.
Maira langsung kaget saat sadar bahwa dia ketiduran diruang Presdir.
"Maaf Pak maaf saya ketiduran," ujarnya meminta maaf kepada Rafael.
"Yaudah ayok,"
Rafael melangkahkan kakinya keluar ruangan diikuti Maira.
"Ambil tas kamu dulu," ujar Rafael
Mereka lalu kelantai 5 terlebih dahulu untuk mengambil tas Maira. Suasana dilantai 5 sendiri sudah sepi karena memang sudah jamnya pulang. Jadi merekapum sudah pada pulang.
Setelah mengambil tas Maira, mereka lalu keparkiran. Mereka manaiki mobil Rafael, didalam mobil mereka tidak berbica satu sama lain. Yang satu fokus nyetir dan yang satu sibuk ngomel-ngomel dalam hati.
Karena dia sudah menebak kalau dia nanti pasti bakal habis diomeli orang tuanya. Apalagi Bundanya pasti omelanya akan panjang kek kereta.
"Kau kenapa? Tidak suka saya suruh kamu ikut meeting,"
"Eh suka kok Pak,"
"Suka apanya Anda engga tau aja nanti pulangnya aku bakal habis diomeli Bunda"
"Lagian kenapa harus hari ini sih, ngapain juga ngajak aku kan ada sekertaris sama asistenya yang lebih tau, ini orang aneh,"
"Apa kamu sedang ngatain saya?" tanya Rafael tiba-tiba.
"Eh engga Pak," jawab Maira.
"Ini orang tau aja sih,"
Mereka telah sampai direstoran tersebut, Rafael langsung menuju ke ruangan VIP yang telah dipesan. Maira mengikutinya dari belakang.
"Pak maaf, nanti saya harus ngapain ya?" tanya Maira yang engga tau apa tugas dia nanti.
"Kamu hanya perlu duduk saja,"
"Hah???" Maira kaget mendengar itu.
"Apa kamu tuli,"
"Eh tidak Pak,"
"Ngapain aku harus ikut kalau cuman disuruh duduk doang, kalau bukan hari ini sih engga papa, tapi kenapa harus hari ini sih???? Mati aku sampe rumah, ponsen mati lagi," gerutu Maira dalam hati.
Mereka duduk diruang VIP, engga lama kemudian Tuan Andra datang bersama asistenya.
"Selamat malam Tuan Rafael," ujar Andra dengan menjulurkan tanganya.
"Malam Tuan Andra," ujar Rafael sambil menjabat tangan Andra.
"Asisten Anda dimana Tuan, tumben tidak bersama dia?"
"Asisten saya kebetulan sedang mengurus kantor cabang di Jerman,"
"Lalu dia siapa?"
"Dia Maira anak magang dikantor saya,"
"Selamat malam Tuan Andra," sapa Maira dengan tersenyum ramah.
"Malam," jawab Andra dengan tersenyum.
Merekapun memulai rapatnya, mereka membahas tentang kerja sama antar perusahaan. Selama meeting Maira hanya duduk mendengarkan.
Karena meeting yang lama membuat Maira kebelet buang air kecil. Tapi Maira menahanya dan berharap mereka cepat selesai.
Rafael yang melihat Maira yang mulai gelisa lalu meliriknya. Maira yang tau Rafael meliriknya akhirnya dia mendekatkan wajahnya ketelinga Rafael.
"Kebelet Pak," bisik Maira.
Rafael lalu mengisyaratkan agar Maira kekamar mandi. Maira yang mengerti isyarat dari Rafael, dia langsung pamit keluar.
Mairapun menuju kamar mandi, setelah selesai dia langsung kembali keruangan itu. Tetapi dilihatnya Rafael yang sedang memukul Andra.
"Itukan Pak Rafael sama Pak Andra, kok mereka berantem,"
Pegawai yang melihat Rafael dan Andra berkelahi mereka memisahkanya. Maira langsung berlari mendekati Rafael.
"Pak ada apa?" tanya Maira kepada Rafael.
Rafael langsung menggenggam tangan Maira dan mengambil tas Maira lalu berjalan meninggalkan Andra.
Maira yang bingungpun hanya mengikuti Rafael. Rafael membukakan pintu mobil untuk Maira.
"Masuk," perintah Rafael.
Wajah Rafael yang terlihat sangat marah membuat Maira ketakutan dan hanya menurut saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Melati
hadir 😊
2021-05-31
0
Elisabeth Ratna Susanti
jangan kasih kendor👍😘
2021-03-09
2