"Ngapain?"
Jantung Abi nyaris copot saat melihat Calina berdiri di depannya. Sejak kapan Calina keluar dari rumah dan berdiri di depannya.
Ah, mungkin dari balik pohon ceri ini, kata Abi dalam hati. Karena di dekat Calina berdiri ada sebatang pohon ceri besar yang daunnya sangat rimbun.
"Eh, Teh Calina. Saya... Anu saya minta mangganya. Tadi sudah minta sama Juna." Abi bicara belepotan karena gugup.
"Dokter ngapain ngikutin saya sampe sini? Saya tau kalau dari tadi dokter nguntit saya." Calina bicara dengan raut wajah datarnya sambil menatap Abi tajam. Dirinya merasa terganggu sekali dikuntit seperti ini.
"Iya saya salah. Tapi saya mau buat pengakuan. Saya suka sama Teh Calina." Abi bicara dengan sungguh-sungguh tanpa suara yang bergetar. Dalam hati Abi memang ingin segera mengutarakan perasaannya pada Calina, supaya dia bisa melihat secara langsung bagaimana respon Calina.
"Mending kamu pulang! Saya nggak suka sama kamu! Jangan pernah nguntit saya lagi!" Calina bicara sangat tegas. Setelah mengatakan itu dia langsung bergegas masuk ke dalam rumahnya.
Abi hanya bisa diam terpaku menatap punggung Calina yang berjalan menuju rumahnya. Mendengar pengakuan Calina tadi, hatinya menjadi remuk redam.
Dia lalu berjalan gontai menuju rumahnya. Satu yang ingin ia lakukan saat ini. Mencari cara untuk meluluhkan hati Calina.
Siapa tahu Calina bersikap seperti tadi karena ilfil melihat sikap dirinya yang berbicara secara terang-terangan. Atau mungkin Calina hanya marah sesaat karena dirinya menguntit hingga ke rumah perempuan itu.
Sementara itu di dalam rumahnya, Calina sedang memasak untuk makan malam dirinya dan Arjuna. Mendengar pengakuan Abi tadi, bukannya membuat Calina tersipu. Tetapi dirinya malah merasa tidak suka.
Menurut Calina, Abi terlalu kekanak-kanakan. Terbukti laki-laki itu sering salah tingkah ketika berbicara dengan dirinya.
"Tadi Om Dokter minta mangganya, Ma. Tapi Juna suruh ambil sendiri," beritahu Arjuna sambil mendekati ibunya yang sedang mengiris bawang.
"Iya. Kalau Om Dokter mau lagi, suruh ambil sendiri aja," sahut Calina sambil menyisihkan bawang yang telah selesai ia iris.
"Strawberry-nya habis, ya, Ma?" tanya Arjuna saat melihat isi kulkas dan tak ada buah kesukaannya di sana.
"Habis, Nak. Besok Mama ambiliin di kebun," jawab Calina di sela-sela aktivitas memasaknya. Dia sedang memasak tumis kangkung.
"Yang banyak, ya, Ma."
"Iya, Sayang."
Calina adalah petani strawberry. Dia memiliki kebun strawberry yang cukup luas. Selain itu, dirinya juga memiliki beberapa hektar kebun teh.
Semenjak memutuskan berhenti dari dunia hiburan, Calina memutuskan untuk hidup di kampung kelahirannya dan menjalani profesi sebagai petani.
Tapi selain itu, dirinya juga memiliki tiga kedai bakso. Dan semuanya berada di Jakarta. Dia hanya sesekali saja datang ke kedai baksonya. Paling-paling sebulan sekali.
***
Abi tak pantang menyerah. Dirinya mencari berbagai cara untuk mendapatkan hati Calina.
Setelah sehari semalam pusing memikirkan cara apakah itu? Akhirnya Abi punya ide.
Karena dirinya jago dalam hal memasak, akhirnya Abi pun memasak kimbab lalu kimbab tersebut akan ia kirimkan kepada Calina.
Abi belum pernah pacaran sama sekali. Jadi dia masih awam sekali dalam hal mendekati perempuan. Oleh karena itu dirinya melakukan cara-cara berdasarkan nalurinya saja.
Pasalnya ia tahu kalau Calina suka sekali dengan Drama Korea. Hal tersebut sudah menjadi rahasia umum, karena Calina sering mengatakannya di berbagai talk show. Jadi Abi pun memutuskan untuk mengirimkan Calina masakan Korea.
Pagi-pagi sekali sebelum Abi berangkat ke puskesmas, dia menyempatkan diri datang ke rumah Calina dan mengirimkan makanan buatannya itu.
Jarak dari puskesmas dan rumah Calina dekat sekali. Tidak sampai lima ratus meter.
Belum sampai kaki Abi menginjak halaman rumah Calina, pintu rumah Calina sudah di buka. Dari balik pintu itu muncul sosok Arjuna yang hendak berangkat ke sekolah.
"Om Dokter!" teriak Arjuna begitu melihat Abi tak jauh dari rumahnya.
"Hai, Juna! Mau berangkat sekolah, ya?" sapa Abi sambil berjalan mendekati Arjuna. Begitu sampai di depan Arjuna, dirinya langsung memberikan makanan yang tadi subuh dia buat kepada Arjuna. "Ini kimbab buat kamu."
Tidak ada ibunya, anaknya juga tidak apa-apa, pikir Abi dalam hati.
"Kimbab? Makanan Korea?"
"Iya. Kamu tau?"
Arjuna mengangguk. "Tau, Om. Mama sering buat untuk bekal Juna ke sekolah," jawab Arjuna sambil menerima pemberian dari Abi. "Mama... Ini ada Om Dokter bawa kimbab!" teriak Arjuna memanggil ibunya.
Tak lama muncul sosok Calina dengan pakaian rumahnya.
"Ini Om Dokter bawa kimbab." Arjuna menyerahkan kimbab tersebut kepada ibunya. "Makasih, ya, Om," ujarnya sambil menatap Abi yang masih berdiri di depannya.
"Makasih," jawab Calina dingin. "Ini kamu bawa ke sekolah aja. Bagi-bagi sama temen kamu," ujar Calina sambil mengembalikan kotak kertas berisi kimbab kepada anaknya. "Mama masih ada kerjaan," lanjutnya lagi.
Calina lalu bergegas masuk lagi ke dalam rumahnya. Tak lupa ia menutup pintunya rapat-rapat.
Gagal maning, gagal maning, ujar Abi dalam hati.
"Ya sudah, Om. Juna mau berangkat sekolah dulu. Nanti telat," kata Arjuna sambil memasukkan kotak kimbab ke dalam tasnya.
"Iya, Juna. Hati-hati," sahut Abi.
Begitu Arjuna pergi, Abi pun juga ikut pergi dari rumah pujaan hatinya itu. Di sepanjang jalan dirinya terus berpikir untuk mancari cara mendapatkan hati Calina.
"Begini amat perjuangan." Abi bermonolog sambil menendang kerikil kecil yang dia temui di pinggir jalan.
Tak lama dia sampai di puskesmas. Belum sempat dirinya membuka pintu, ada seorang pasien yang datang.
Pasien tersebut tak lain tak bukan adalah bapak-bapak pemanggul kayu bakar yang mengingatkan dirinya tentang ulat di bawah pohon akasia.
"Eh, Bapak. Mari masuk, Pak!" Abi mempersilahkan bapak tersebut masuk ketika dirinya sudah membuka pintu.
"Begini, Kang Dokter. Saya mau minta obat panu," kata si bapak sambil berjalan masuk ke dalam.
Belum duduk, si bapak sudah langsung mengutarakan maksudnya.
"Silahkan duduk dulu, Pak!" Abi mempersilahkan si bapak untuk duduk dengan sopan.
Si bapak lalu duduk di depan Abi. "Saya mau minta obat panu, Kang Dok," ulangnya.
"Buat Bapak?"
"Iya."
"Boleh saya periksa dulu?" tanya Abi dan diperbolehkan oleh si bapak.
Abi lalu memeriksa keadaan si bapak. Memang ada panu di punggung si bapak, tapi tidak terlalu banyak.
Setelah melakukan pemeriksaan, akhirnya Abi memberikan resep untuk di tebus sang bapak di apotek. Karena di puskesmas ini tidak ada obat tersebut.
"Ngomong-ngomong nama Bapak siapa?" tanya Abi sambil menulis resep.
"Saya Jaka. Biasanya di panggil Mang Ka," jawab Jaka dengan aksen Sunda-nya.
"Nah, Mang Ka, ini resepnya. Memang bisa nebus di apotek," ujar Abi sambil memberi resep tersebut kepada Jaka. "Di sini obatnya nggak lengkap," lanjutnya.
Jaka tidak protes. Dia menerima saja resep dari Abi itu.
"Saya nggak sengaja liat Kang Dok dari rumah Neng Calina. Kang Dokter teh suka sama Neng Calina?" tanya Jaka sambil menatap Abi lekat-lekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Viiy
bagus thor ceritanya
2021-07-19
2
Lis Manda Cel
aq sering lupa komen ato like cos keasyikan baca critax tp yg jls aq msukan favorit🙏🙏🙏
2021-07-10
1
🍭ͪ ͩ𝐀𝐢𝐬𝐲𝐚𝐡👙B⃠ikini
aku mang jarang koment kalo.bca novel🤭🤭🤭🤭🤭
lebih sering koment kalo yg up🙃🙃🙃🙃...
tpi tetap.like..mendrat insyaallah😊😊😊😊😊
2021-06-25
0