Hari ini adalah jadwalnya imunisasi. Para ibu dan balitanya sudah berdatangan memenuhi puskesmas. Karena ini adalah puskesmas pembantu, jadi Abi hanya sendirian saja di sini. Tidak ada rekan yang menemaninya.
Satu persatu balita yang hadir diperiksa oleh Abi. Rata-rata balita di sana sehat-sehat. Hanya ada beberapa saja yang beratnya tidak sesuai. Itupun karena si balita tidak memiliki nafsu makan yang bagus. Oleh karena itu Abi memberikan mereka vitamin penambah nafsu makan.
Saat semua orang sudah selesai melakukan imunisasi, datanglah seorang perempuan dan ank laki-lakinya yang berusia enam tahun. Perempuan itu adalah orang yang telah membuat Abi susah tidur karena terbayang-bayang akan sosoknya yang mahal.
"Tolong, dok! Arjuna diare." Calina langsung memberitahukan pokok permasalahannya.
Seharian ini Arjuna diare parah setelah memakan jajanan di sembarang tempat. Arjuna adalah tipe anak yang susah meminum obat. Calina sudah memberinya oralit namun malah dimuntahkan oleh Arjuna.
"Hai, nama kamu Arjuna, ya?" Abi mendekati Arjuna sambil menatapnya dengan sayang. Ya, bisa dibilang sekalian pendekatan dengan calon anak.
Abi sendiri merasa yakin kalau Calina janda, karena berita tentang perceraian Calina sudah tersebar di jagad media sosial. Walaupun dalam hati Abi kadang-kadang merasa takut. Takut kalau ternyata Calina sudah menikah lagi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan jawabannya, Abi akan berusaha keras mencari informasi yang valid. Salah satunya dengan mendekati Arjuna ini.
"Iya, Om Dokter." Arjuna menjawab dengan ekspresi lucu, karena ia sedang menahan untuk buang air besar lagi. "Om Dokter, Juna boleh numpang ke toilet, nggak? Nggak kuat, nih!"
Tanpa banyak bicara lagi, Abi langsung membopong Arjuna menuju toilet yang ada di puskesmas.
Setelah sampai di toilet, Arjuna langsung menuntaskan hajatnya. Tidak sampai tiga menit bocah laki-laki itu telah selesai.
"Sudah?" Calina mendekati Arjuna yang baru saja keluar dari dalam toilet. Tadi begitu melihat Abi membopong anaknya, Calina langsung mengikutinya dari belakang.
"Sudah, Ma," jawab Arjuna lega.
Melihat Arjuna telah lega, Abi lalu mengajak anak dan ibu tersebut ke ruang pemeriksaan lagi.
Sesampainya di sana Abi memberikan Arjuna obat oralit.
"Saya sudah kasih oralit, tapi Juna nggak bisa. Dia malah muntah, katanya nggak enak," ucap Calina sambil mengambil obat pemberian dari Abi.
"Kalau gitu, ini aja!" Abi menukar oralit dengan pil.
Calina mengembalikan oralit tersebut dan menukarnya dengan pil. Kalau pil masih bisa di akali oleh Calina, Juna bisa menelannya berbarengan dengan makan pisang. Dulu waktu kecil Calina juga begitu, menelan pil menggunakan pisang.
"Terimakasih, dok. Kami permisi dulu." Calina permisi saat sudah selesai membayar biayanya.
Sepeninggal Calina, Abi tersenyum sendiri seperti orang sakit jiwa. Ternyata seperti ini rasanya jatuh cinta.
Semasa sekolah dan kuliah, teman-temannya sering meledek kalau Abi adalah seorang gay. Karena mereka semua sama sekali belum pernah melihat Abi pacaran.
Namun sebenarnya Abi bukan gay. Dia hanya belum menemukan orang yang tepat untuk menititipkan hatinya.
***
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Saat sedang ingin menyeberang ke rumahnya, Abi melihat Calina berjalan sendirian sambil menenteng plastik hitam.
Tentu saja Abi tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Dirinya langsung mendekati Calina dan menegurnya. "Sendirian aja, Teh?" Abi berbasa-basi yang sangat basi.
Calina mengangguk sekilas dan terus berjalan.
"Tunggu atu, Teh. Saya mau ngomong!"
Akhirnya Calina menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke belakang. Melihat ke arah Abi. Keningnya berkerut seolah sedang bertanya, "ada apa?".
"Teteh sudah lama nggak ngeluarin album baru, saya nungguin." Dalam hati Abi merutuki dirinya sendiri yang tak pandai mencari topik pembicaraan.
"Saya sudah pensiun jadi artis," jawab Calina dengan wajah datarnya.
Abi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Oh... " Abi kehilangan kata-kata. Dirinya tidak tahu lagi harus berbicara apa.
"Saya permisi." Melihat Abi yang hanya merespon "Oh", Calina langsung berpamitan untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Abi hanya bisa mengangguk saja. Memang begini ya kalau orang yang sedang jatuh cinta. Bisa kehilangan kata-kata di depan orang yang dicintai.
Tiba-tiba saja Abi memiliki sebuah ide. Ia ingin tahu di mana Calina tinggal, oke karena itu ia membuntuti Calina dengan jarak yang cukup jauh.
Langkah kaki Abi berhenti ketika melihat Calina memasuki sebuah rumah berwarna putih. Abi bersembunyi di balik pohon mangga yang sangat rindang. Pohon mangga tersebut terletak masih di pekarangan rumah Calina.
"Om Dokter, ngapain?"
Abi berjingkat kaget saat ada sebuah suara. Ketika ia menoleh, ternyata itu adalah Arjuna.
Abi meringis karena malu. Dirinya ketahuan sedang menguntit ibu dari bocah ini. Bagaimana jika bocah ini mengadukannya pada sang ibu? Bisa gawat ini.
"Eh, Juna. Ini rumah kamu?" tanya Abi masih dengan senyum salah tingkahnya.
Arjuna mengangguk. "Iya. Ada apa memangnya, Om? Om Dokter mau minta mangga ini?" Arjuna menunjuk buah mangga yang ada di atas kepala mereka. "Boleh, Om. Tapi Om ambil sendiri. Mama nggak bolehin Juna manjat, soalnya Juna pernah jatuh dari sini."
Abi menghembuskan nafas lega. Syukurlah Arjuna mengiranya ingin meminta mangga. Sepertinya Arjuna tidak tahu kalau Abi ini sedang mengintai ibunya.
"Iya, Om Dokter pingin mangga muda. Boleh minta satu?" tanya Abi.
"Boleh, Om. Ambil aja! Tuh di dekat kepala Om Dokter ada yang muda. Ambil aja, Om!" kata Arjuna antusias. Dia memang suka jika bisa memberikan sesuatu untuk orang lain.
"Ngomong-ngomong, Juna tinggal di sini sama siapa?" Abi bertanya sambil mengambil sebuah mangga muda yang berada tepat di atas kepalanya.
"Sama Mama aja," jawab Arjuna sambil memegang tali tas ranselnya. Dirinya baru saja pulang dari les bahasa Inggris.
"Papa kamu ke mana?" Abi bertanya sangat hati-hati karena takut membuat Arjuna sedih.
Diluar dugaan, Arjuna menggeleng santai. "Nggak tau. Eh, ada di Jakarta maksudnya. Tapi sudah lama Juna nggak ketemu Papa. Setahun mungkin."
Tanpa sadar Abi tersenyum bahagia. Ternyata Calina masih sendiri. Ini adalah kabar baik bagi dirinya.
Aku harus gerak cepat. Jangan sampai keduluan orang lain, kata Abi dalam hati.
"Om Dokter mau masuk?" Arjuna menawarkan Abi untuk singgah.
"Oh, nggak usah. Sudah sore soalnya. Lain kali Om Dokter main kalau masih siang. Om Dokter pulang dulu, ya? Ngomong-ngomong makasih loh mangga mudanya," kata Abi sambil mengangkat mangga yang ada di tangannya.
"Iya, sama-sama Om. Kalau mau lagi, Om Dokter boleh ke sini lagi."
"Makasih, Juna."
"Sama-sama, Om. Juna masuk dulu, ya, Om. Sudah sore soalnya," ucap Juna dan diangguki oleh Abi.
Setelah Arjuna masuk ke dalam rumahnya, Abi langsung berbalik pulang ke rumahnya. Dia berjalan sambil bersenandung kecil dan tersenyum lebar.
"Ngapain?"
Jantung Abi nyaris copot saat melihat Calina berdiri di depannya. Sejak kapan Calina keluar dari rumah dan berdiri di depannya.
Ah, mungkin dari balik pohon ceri ini, kata Abi dalam hati. Karena di dekat Calina berdiri ada sebatang pohon ceri besar yang daunnya sangat rimbun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Fafa Adieq Bosky
T E R C Y D U K ..... HA HA HA
2021-07-27
0
🍭ͪ ͩ𝐀𝐢𝐬𝐲𝐚𝐡👙B⃠ikini
maklum..lagi ngintai..si Calon Bojo😂😂😂🤭🤭🤭🤭..kepergok deh
2021-06-25
0
Fitriani
😂😂😂😂😂pak dokter ketangkap basah .....
2021-03-27
0