"Ngapain lo senyum-senyum sendiri?" Dika bergidik ngeri melihat kakaknya yang tengah duduk diam sembari bermain ponsel dengan senyum yang tak luntur dari bibir pria itu.
Dika melongok, mencoba melihat apa yang sedang kakaknya ini lakukan dengan ponselnya.
"Apaan sih, Dik." Banyu menjauhkan ponselnya dari sang adik yang super kepo ini.
"Pelit banget sih lo," dengus Dika, sebal.
Banyu tak menghiraukan muka masam adiknya. Ia masih sibuk berbalas pesan dengan seseorang disebrang sana.
Suasana ramai di dalam rumah sama sekali tak Banyu hiraukan. Pernikahannya yang hanya kurang dua hari membuat rumahnya banyak didatangi sanak saudara yang ingin membantu persiapan pernikahannya.
Senyum usil terlihat dari wajah Dika. Tanpa sepengetahuan Banyu, Dika berjalan memutari sofa, berdiri dibelakang sang kakak dan...
"Dik woy!" Banyu melompati sofa yang ia duduki. Ia mengejar sang adik yang tengah membawa ponselnya.
Dika berlari sambil tergelak. "Astaga, calon istri."
"Dik, sialan lo." Banyu masih mengejar Dika dengan segala umpatannya.
"Cie, yang mulai suka sama calon istrinya." Dika masih sempat menggoda Banyu kala ia berlari.
"Bun, Bunda..." Dika berteriak memanggil sang Bunda untuk memperlihatkan isi pesan Banyu yang terkesan lebay, menurut Dika.
"Woy, Dik. Asem lo!" Banyu masih berlari mengejar Dika yang melangkah keluar rumah.
Semua asisten rumah tangga hanya memandang geli putra majikan mereka yang bertingkah seperti anak kecil. Tidak ada yang merasa aneh dengan kelakuan dua orang itu. Pemandangan seperti itu sudah biasa terjadi di rumah ini setiap kali Banyu menginap.
Dari kejauhan, Bunda Ika menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak-anaknya.
"Bun, lihat ini. Si Air mulai bucin sama calon menantu Bunda." Dika menyodorkan ponsel Banyu pada sang Bunda sebelum direbut oleh Banyu. Dadanya naik turun, setelah berlari.
Plakk
Banyu memukul kepala adiknya setelah merebut ponselnya dari tangan sang Bunda.
"Sialan ni anak."
"Banyu!" tegur sang Bunda.
Banyu menutup mulutnya dengan tangan. "Maaf, Bun. Kelepasan, abisnya si Dika nih, jail banget jadi orang." Banyu melotot pada adiknya.
Bunda Ika berdecak, ia menjewer telinga kedua anaknya sembari mengomel, "Kalian ini tu sama aja. Yang satu suka banget godain kakaknya, yang satu emosian kalau digodain, udah tahu adiknya kayak gitu."
"Aww... Aww... sakit, Bun."
Banyu dan Dika mencoba melepaskan tangan sang bunda dari telinga mereka.
"Nggak malu apa sama sepupu-sepupu kalian yang masih kecil. Main kejar-kejaran sambil teriak-teriak. Kayak di hutan aja." Lanjutnya setelah melepaskan telinga kedua anaknya.
Lalu wanita paruh baya itu meninggalkan kedua putranya yang masih setia berdiri di sana sembari mengusap-usap telinga mereka. Seulas senyum ia sunggingkan, tanpa sepengetahuan dua bocah itu. Ada rasa bahagia yang muncul, saat ia merasa putranya mulai menyukai wanita pilihannya.
Banyu dan Dika saling melempar pelototan. Kemudian melangkah ke arah yang berbeda.
*
*
*
*
Jingga merebahkan dirinya di atas kasur empuk kesayangannya, setelah selesai membantu beberapa pekerjaan untuk menyiapkan resepsi pernikahannya yang akan diadakan dua hari lagi.
Tubuhnya terasa sedikit lelah, karena ia memang jarang bahkan hampir tidak pernah melakukan aktivitas berat.
Jingga mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Ia meraih benda pipih itu dan menyalakannya. Deretan pesan dari sang kekasih terlihat pada layar depannya. Namun ia tidak memiliki niatan untuk membuka pesan tersebut. Ia lebih tertarik dengan satu pesan dari seseorang yang baru ia kenal selama dua minggu ini.
Mas Banyu: Hai, sedang apa?
Entah kenapa Jingga menyunggingkan senyumnya saat melihat pesan yang begitu sederhana itu.
Jarinya dengan lincah mengetikkan balasana.
Me: Sedang tiduran. Lelah habis bantu-bantu bikin kue.
Jingga meletakkan kembali ponselnya di samping bantal. Ia hendak memejamkan mata, namun suara notifikasi memaksanya untuk membuka mata.
Mas Banyu: Apa aku mengganggu istirahatmu?
Me: Tidak, tenang saja
Mas Banyu: Kau sudah makan?
Me: Belum, masih belum lapar, kenapa?
Mas Banyu: Tidak apa. Cepat makan, aku tidak mau calon istriku mati kelaparan
Wajah Jingga tiba-tiba merona. Entah kenapa, hanya karena Banyu mengatakan bahwa dia calon istrinya, ia bisa tersipu seperti itu.
Me: Ya, sebentar lagi aku akan makan. Mas Banyu juga jangan lupa makan.
Jingga meletakkan kembali ponselnya. Ia merubah posisi tidurnya menjadi miring, menghadap pada ponselnya yang tergeletak di sampingnya.
Gadis cantik itu masih menunggu suara notifikasi balasan dari Banyu. Namun sudah lebih dari sepuluh menit ponselnya masih saja diam tak bersuara. Hingga rasa lelah dan kantuk menyerangnya, dan ia jatuh ke alam mimpi dengan sendirinya.
*
*
*
*
Langit begitu cerah. Secerah senyum yang tersungging pada dua pengantin yang baru saja saling mengikat diri dalam janji suci. Tepuk tangan begitu riuh bersahutan dengan suara merdu para burung yang tengah bernyanyi, saat sepasang pengantin itu saling menyematkan cincin.
Perkenalan yang hanya memakan waktu dua minggu itu menciptakan kecanggungan bagi keduanya, meskipun mereka sudah lebih akrab dan sering berbincang melalui pesan.
Berdiri bersisihan dan sangat dekat. Menciptakan degup jantung yang begitu cepat. Perasaan bahagia, sedih, dan gugup bercampur menjadi satu. Hingga menciptakan senyum palsu yang tidak ingin diketahui siapapun.
Penyematan cincin selesai, dilanjutkan sesi sungkem meminta restu kepada orang tua, dan dilanjutkan lagi dengan sesi foto bersama keluarga dan teman.
Ucapan selamat kepada kedua mempelai tidak ada habisnya dari para sahabat dekat. Kebanyakan tamu memang dari teman Banyu dan Jingga.
"Lihatlah! Mereka terlihat begitu bahagia" ucap salah seorang tamu pada rekannya.
"Benar, aku bisa melihat bagaimana binar bahagia dari Mas Banyu," jawabnya, menanggapi rekannya itu.
Mereka salah satu pegawai restoran milik Banyu.
Seseorang di belakang mereka terlihat begitu sendu. Matanya berkaca-kaca, antara sedih dan bahagia. Ia sedih melihat pria yang ia cintai selama beberapa tahun ini menikah dengan gadis lain. Tapi ia juga bahagia melihat kebahagiaan yang terpancar dari pria itu.
"Apa kau benar-benar bahagia, Nyu?" gumamnya lirih.
Jangan lupa like dan komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Lily Miu
kayak temenku ama suaminya dr kenalan ampe nikah hanya 10 hari aja. skrg mrk udah 10 thn lbh menikah
2023-03-19
0
Kinanti Tanti
Kapok celin sok2 nolak
Skrg nyesel
Telllaaatttt
2022-07-04
0
☠ᵏᵋᶜᶟเภє๓
cerita nya bagus konplik nya juga tidak berat2 dan berbelit belit keren aku suka 👍👍
2022-06-24
0