Hari ini adalah hari di mana Jingga akan bertemu dengan pria yang akan dijodohkan dengan dirinya.
Jingga, gadis cantik itu duduk termenung di depan meja riasnya. Pikirannya berkeliaran ke mana-mana, terutama pada seorang pria yang sekarang masih berstatus sebagai kekasihnya—Kevin—.
Jingga tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Bahkan ia bingung apa yang harus ia katakan pada Kevin pada esok hari jika ia bertemu dengan pria itu.
Setelah pembicaraannya dengan sang papa tiga hari yang lalu, Jingga lebih memilih untuk menghindari Kevin. Ia tidak mau bersitatap dengan Kevin, takut ia tidak bisa menahan air matanya yang pasti tidak akan bisa terbendung.
Perjodohan macam apa ini Tuhan. Batin Jingga.
Jika bukan karena permintaan sang papa Jingga tidak akan sudi menerima semua ini. Ia akan lebih memilih kabur saja dari rumah seperti beberapa novel yang ia baca.
Jingga tersentak kaget saat tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya dari luar. Dengan segera Jingga membuka pintu tersebut dan nampaklah sang papa tercinta.
Papa Arta nampak menyunggingkan senyumnya. "Ayo sudah saatnya kamu keluar." Ucap papa Arta seakan ini adalah hari bahagianya.
Kenapa bukan mama yang menjemput? Hah mana sudi wanita itu mendatangi diriku ini. Jingga bermonolog dengan dirinya sendiri.
Tangan Jingga mengalung pada lengan kekar papanya. Mereka turun ke lantai satu menuju ruang tamu yang terdengar ramai.
Sedari tadi papa Arta mengajak bicara putrinya, membanggakan seorang pria yang akan dijodohkan dengan dirinya, yang ternyata putra dari sebuah keluarga yang selalu di kunjungi sang papa setiap bulan, karena papa Arta dokter pribadi mereka. Keluarga itu meminta sang papa menjadi dokter pribadi mereka karena kakek Jingga ternyata sahabat dari keluarga itu.
Selain menjadi dokter pribadi keluarga itu, papa Arta juga seorang direktur utama dari rumah sakit tempat beliau bekerja.
Sayup-sayup Jingga bisa mendengar suara ramai dari ruang tamu. Kakinya sudah sampai pada tangga yang paling bawah. Kepala Jingga menunduk saat ia menyapa sepasang suami istri yang ada di sana. Ia mengenali wanita yang ia tahu sebagai ibu dari pria yang akan menjadi calon suaminya. Itu adalah wanita yang beberapa hari yang lalu datang ke rumah ini dan menyapanya.
Oh jadi ini alasan tante itu menanyai aku waktu itu. Pikir Jingga.
Jingga tidak berani menoleh pada tiga pria yang juga duduk di sana. Jingga duduk di samping sang papa yang masih setia menggengam tangannya.
"Ini putri kami Jingga." Papa Arta memperkenalkan Jingga pada tamunya.
Jingga mendongakkan kepala menyapa semua yang ada di sana, matanya terhenti pada sosok pria yang duduk bersebelahan dengan wanita paruh baya itu.
Hah? Dia? Apa dia yang akan dijodohkan denganku? Atau pria yang duduk bersebelahan dengan om itu?. Batinnya bertanya.
Wanita paruh itu tersenyum, ia juga menggenggam tangan putranya. "Perkenalkan, ini putra kedua kami Banyu Biru."
Apa benar dia akan dijodohkan dengan 'ku? Bukankah dia memiliki seorang kekasih?. Jingga masih bertanya-tanya dalam hatinya.
Tunggu bukankah dia pelayan cafe itu? Ah aku tahu sekarang kenapa mama memilihku daripada kakak untuk dijodohkan dengan pria ini. Mama pasti tidak mau jika kak Iren memiliki suami yang hanya seorang pelayan cafe. Jingga mulai berasumsi sendiri.
Banyu 'pun yang sedari tadi menunduk juga kaget melihat gadis yang beberapa kali ia temui di cafe barunya.
Bukankah ini gadis yang menabrak 'ku beberapa waktu yang lalu? Bukankah dia memiliki kekasih?. Batin Banyu.
"Calon lo masih belia banget bang, enak nih dijadiin istri. Beruntung banget lo" bisik Dika yang duduk bersebelahan dengan Banyu.
Kaki Banyu menginjak kaki Dika, supaya adiknya itu diam.
"Shit" umpat Dika lirih.
Kedua pasang orang tua itu mengobrol saling memperkenalkan keluarga mereka. Mama Kiran yang biasanya cuek, berubah menjadi ramah saat berada di hadapan mereka.
Mereka semua membicarakan tanggal pernikahan akan dilangsungkan. Dan tepatnya adalah dua minggu lagi.
Setelah semua sudah deal papa Arta menyuruh Jingga untuk mengobrol dengan Banyu.
"Ji, kamu ajak nak Banyu ke taman belakang, barang kali kalian ingin saling mengenal." Suruh papa Arta pada putrinya dan diiyakan oleh Jingga.
"Mari kak." Ajak Jingga pada Banyu.
Dua manusia yang tidak saling kenal itu duduk bersandingan di taman belakang rumah Jingga. Tampak ada kecanggungan diantara mereka.
"Maaf, siapa namamu tadi?" Tanya Banyu memecah keheningan diantara mereka berdua.
"Jingga." Ucapnya sambil menoleh pada sosok pria tampan di sampingnya.
"Oh iya Jingga, bukankah kamu sudah memiliki kekasih?" tanya Banyu penasaran.
Jingga mengangguk. Ia pun juga masih ingat pernah melihat pria ini dipeluk dari belakang oleh seorang gadis manis yang usianya jauh dari dirinya.
"Bukankah kak Banyu juga sudah memiliki kekasih?."
Banyu mengangguk.
"Iya, tapi dia belum siap menikah bulan ini, dan bunda memintaku untuk menikah bulan ini." Ia menghela napasnya berat.
"Kenapa bunda menyuruh kak Banyu untuk menikah bulan ini?, jika karena faktor usia sepertinya kak Banyu masih muda." Ujar Jingga jujur
Banyu tergelak saat Jingga mengatakan ia masih muda, padahal usianya sudah hampir memasuki kepala tiga.
"Kenapa kak Banyu tertawa?“ tanya Jingga heran.
" Apa aku masih terlihat muda?" Tanya Banyu setelah meredakan tawanya.
Jingga mengangguk polos.
"Usiaku sudah hampir dua puluh sembilan tahun." Jujur Banyu membuat Jingga membulatkan matanya.
"Benarkah? Aku kira kak Banyu masih berusia dua puluh lima." Jujur Jingga. Banyu memang terlihat masih sangat muda dibanding usianya. Jika Banyu datang ke kampus dan membawa tas pasti semua orang akan mengira ia adalah mahasiswa semester empat.
Banyu terkekeh mendengar kejujuran Jingga yang mengira ia masih berusia dua puluh lima.
"Kalau kau? Berapa usiamu?" Tanya Banyu kembali.
"Aku? Aku baru sembilan belas tahun."
Banyu tertawa. Ia kira Jingga berusia dua puluh tahun ke atas dan memiliki wajah yang cantik dan terlihat muda, ternyata gadis ini benar-benar masih kecil.
"Kenapa kak Banyu suka sekali tertawa?." Tanya Jingga takut jika pria ini tidak waras.
"Tidak apa-apa."
"Ehm Ji. Apa kamu ikhlas menerima pernikahan ini?" Tanya Banyu serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
abu😻acii
ayo Terima jinga
2022-06-29
0
Atha 😘😘
💪💪💪💪🆗🆗🆗👍👍👍
2022-06-23
0
Iiq Rahmawaty
haha harusnya dijodohin sma dika ya😂
2022-06-13
0