"Ehm Ji. Apa kamu ikhlas menerima pernikahan ini?" Tanya Banyu serius.
Jingga tertunduk, ia bingung harus menajawab apa, hatinya masih bimbang antara ikhlas atau tidak.
"Kalau boleh jujur, sebenarnya aku masih berat menerima semua ini, apalagi aku masih menjalin hubungan dengan pria lain." Jingga menghela napasnya dalam.
"Tapi jika untuk memenuhi keinginan papa aku ikhlas." Jawabnya terdengar sendu.
"Kenapa seperti itu?" tanya Banyu penasaran.
"Karena papa selalu memberiku yang terbaik sedari dulu. Aku hanya ingin papa bahagia dengan aku menuruti keinginannya." Jingga menatap Banyu yang duduk di sebelahnya.
"Apa kak Banyu juga terpaksa? Aku pernah melihat kak Banyu bersama seorang wanita cantik saat di cafe."
Banyu yang sedari tadi menatap lurus ke depan akhirnya juga menatap gadis cantik di sampingnya.
"Kau melihatnya?"
Jingga mengangguk sebagai jawaban.
"Dia gadis yang cantik dan terlihat dewasa. Kenapa kak Banyu malah memilih untuk meninggalkannya dan menerima perjodohan ini?." Tanya Jingga yang juga penasaran.
"Aku sudah bilang bukan, bunda menyuruhku untuk menikah bulan ini, tapi dia tidak bisa." Jawab Banyu mengulang ucapannya lagi. Ah ia jadi ingat lagi dengan gadis manisnya, masih ada setitik rasa tidak rela jika harus berpisah dengan gadis itu, bahkan ia belum mengatakan hubungan mereka berakhir.
"Oh iya, maaf... " Jingga kembali menatap lurus ke depan. Gadis cantik itu juga tiba-tiba saja teringat dengan kekasihnya, Kevin. Benarkah Jingga akan mengkhianati pria itu. Satu-satunya laki-laki yang dapat meluluhkan hatinya.
"Kak, bagaimana jika kekasih kak Banyu tidak terima dengan pernikahan kita?." Pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul dibenak Jingga, dan tanpa sadar keluar begitu saja. Jingga melipat bibirnya ke dalam saat Banyu menatapnya dengan tatapan heran.
Tapi sedetik kemudian Banyu tersenyum tampan kepada gadis itu. "Biarkan saja, dia gadis cantik dan hebat, pasti mudah untuknya mendapatkan seseorang yang lebih dari aku." Jawab Banyu enteng. Ia memang tidak ingin merepotkan diri dengan memikirkan semua itu, baginya restu dan kebahagiaan sang bunda jauh lebih penting saat ini.
Jingga terdiam dengan apa yang Banyu katakan. Ia sebagai wanita tentu tahu tidak akan semudah itu untuk menerima bahwa kekasihnya menikah dengan wanita lain. Tapi mau bagaimana lagi, mereka pun tidak bisa menolak semua ini, terutama Banyu. Mereka memiliki tujuan yang sama, membahagiakan orang tua mereka.
Dua manusia yang baru saling kenal itu kembali ke dalam rumah, setelah seorang pelayan mengatakan makan malam sudah siap, dan mereka diminta untuk segera bergabung.
"Jingga duduk sini nak... " Bunda Ika menepuk sisi sebelahnya agar Jingga duduk di sana. Jingga dengan langkah canggung berjalan mendekat.
Mereka kembali bergabung di ruang tamu setelah selesai dengan makan malam.
Jingga duduk bersebelahan dengan calon ibu mertuanya, ia diapit oleh Banyu dan bunda Ika. Jingga menatap bunda Ika, ia menangkap tatapan teduh dari wanita paruh baya itu. Tatapan yang tidak pernah ia dapatkan dari mamanya.
Bunda Ika merasa bahagia melihat sikap Jingga yang begitu penurut dan memiliki senyum yang begitu manis.
"Sayang, lusa kita akan membeli cincin untuk kalian berdua, karena pernikahan kalian dua minggu lagi. Jadi bunda harap kamu bisa meluangkan waktu sebentar ya untuk lusa." Bunda Ika berkata dengan begitu lembut. Ia begitu menyukai Jingga.
Jingga tersenyum, kemudian mengangguk. Ia suka sekali mendengar penuturan bunda Ika yang begitu lembut, beda sekali dengan mamanya. Ah tapi bagaimana 'pun juga dia tetap mamaku, batin Jingga.
Setelah itu, ayah Liyas berpamitan kepada keluarga Jingga untuk pulang. Mereka keluar dari rumah itu pada pukul sembilan malam.
......................
Hari ini Jingga berangkat ke kampus pagi-pagi sekali. Pukul 05.30 tadi Dosennya mengirimi pesan di grup chat kelasnya, beliau mengatakan akan memajukan jam kuliahnya pada pukul tujuh tepat.
Sungguh gila!, batin para mahasiswa itu.
Jingga 'pun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat pengumuman yang begitu mendadak itu. Untung saja dirinya bukan tipe orang yang suka bangun siang, jadi dia tidak akan terlambat hari ini.
Jingga berangkat dengan taksi. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.55 saat sampai di halaman kampus. Di sana masih terlihat sangat sepi.
Ya iya lah, siapa juga yang mau dateng dijam segitu. Paling juga tukang kebun :v.
Jingga bergegas menuju ruang kelasnya. Benar saja, dosen super on time itu bahkan sudah berada di dalam kelas sendirian. Teman-teman Jingga belum ada yang datang. Oh astaga, desah Jingga frustasi.
Sepuluh menit kemudian barulah beberapa temannya sampai. Jingga menahan tawa saat beberapa temannya berpenampilan berbeda dari biasanya. Apalagi ada seorang teman laki-lakinya yang datang dengan muka bantalnya. Begitu terlihat kalau mereka bangun kesiangan dan berangkat dengan tergesa-gesa.
......................
Di dalam kelas itu nampak Keyra, Jingga, dan Riana masih duduk di tempatnya sembari memegang ponsel masing-masing dan sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Lima belas menit yang lalu dosen killer itu sudah keluar dan mengakhiri kelasnya.
Hening melanda ketiga gadis itu, hingga...
Brakk
Keyra dan Jingga terjingkat saat Riana tiba-tiba menggebrak mejanya sendiri. Dua orang yang masih memegangi dadanya itu saling tatap dengan rasa kesal yang menjalar ke seluruh bagian tubuh mereka.
Seketika itu juga Keyra menendang kursi Riana dengan keras. Membuat Riana mengaduh dan menoleh pada si pemilik kaki.
"Apaan sih lo!" Sungut Riana kesal.
"Lo yang apa-apaan, gila!" Keyra 'pun tak kalah kesal dengan Riana yang tidak merasa bersalah sama sekali.
Riana seketika itu juga teringat, baru saja dirinya menggebrak mejanya karena kesal, ia kalah saat bermain game online. Gadis cantik berkulit sawo matang itu hanya menyengir kuda.
"Kantin yuk, laper nih. Tadi pagi gak sarapan." Ajak Jingga pada dua sahabatnya yang kelihatannya sebentar lagi akan baku hantam.
"Nah, gue demen kalau gini!" seru Riana sembari menyambar tasnya yang terletak di bawah meja.
Keyra dengan wajah yang masih begitu kesal ikut berdiri, kemudian melangkah menuju pintu keluar.
Namun dering ponsel milik Jingga menghentikan langkah kaki mereka bertiga. Dua sahabat Nabila 'pun ikut mengintip saat Jingga mengambil ponselnya.
"Siapa?" Keyra bertanya setelah ponsel Jingga menyala.
"Kevin, gue angkat dulu ya... " Jingga berjalan sedikit menjauh dari kedua sahabatnya. Sebenarnya ada perasaan tidak enak saat Kevin tiba-tiba menelpon. Ia jadi benar-benar merasa bersalah menerima perjodohan konyol itu.
"Hallo, ada apa?" Jingga tidak ingin berbasa-basi supaya hatinya tidak merasa bersalah secara berlebihan. Toh itu juga untuk membahagiakan papanya.
"Kamu di mana sekarang?" tanya Kevin dari sebrang sana.
"Di kelas, kenapa?"
"Makan siang bareng yuk, udah berhari-hari aku gak ketemu kamu, kangen... " Ucap pria itu sambil terkekeh.
Jingga menatap kedua sahabatnya yang masih setia berada di ambang pintu kelas.
"Tapi aku mau ke kantin sama Key dan Riana,"
"Iya, gak papa, aku ikut bolehkan? Aku yang bayar deh"
"Bentar aku tanya mereka dulu." Jingga menghampiri keuda sahabatnya.
"Kevin mau nraktir kalian, mau gak?"
Dengan senyum semringah, dua gadis itu mengangguk antusias. Lumayan lah, bisa hemat uang jajan, pikir mereka berdua.
Setelah itu Jingga memberitahukan Kevin kalau sahabatnya memperbolehkan dia bergabung. Ia juga memberitahukan Kevin untuk menunggunya di kantin kampus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
sherly
pengennya tu kedok Kevin ketahuan Ama jingga kalo dia tuh hanya bahan taruhan
2023-05-29
0
sita
cerita nya lain daripada yg lain.biasanya kalo ada perjodohan ini pasti ada surat perjanjian.dan membahagiakan kekasih nya daripada istri nya .ini mah lain aku lihat jadi sayang kalo di skip baca nya.
2023-03-19
0
Oi Min
Nabila sapose tor???
2022-08-06
0