"Lo enggak apa-apa Ki?" tanya Deva saat melihat perubahan raut wajah Kikan. Ia tahu apa yang membuatnya berubah tiba-tiba.
"Enggak apa-apa kok, santai aja" jawab Kikan dengan memaksakan senyumnya.
"Turun dulu yuk, haus gue." Kikan dan Deva turun dari mini stage. Mereka berdua berjalan menuju dapur cafe untuk membuat minuman dan makanan, karena ini sudah lewat jam makan siang. Di dalam dapur Kikan tidak menemukan Banyu dan Celin. Kikan mengembuskan napasnya pelan, ia sudah tahu sedang berada di mana mereka.
Di dalam ruang kerja Banyu
"Kamu masih marah sama aku?" tanya Celin pelan. Matanya menyiratkan kesedihan yang amat mendelam.
Sudah dua hari setelah ia menolak lamaran Banyu, mereka tidak saling berbalas pesan ataupun bertemu.
"Enggak kok" jawab Banyu santai. Ia tidak mau memperlihatkan rasa kecewanya pada Celin.
"Kok kamu bisa di sini? Enggak kerja?" tanya Banyu heran. Celin bukan tipe pekerja yang suka bolos, jadi wajar jika Banyu merasa aneh dengan kehadiran Celin di siang hari seperti ini.
"Hari ini kantor libur, jadi aku nyempetin ke sini buat ketemu kamu" Celin memeluk Banyu dari samping ia merindukan sosok Banyu yang selalu perhatian pada dirinya.
"Kenapa pesan ku tidak kamu balas?" tanya Celin yang masih setia mendekap tubuh Banyu. Ia mendongakkan kepala untuk melihat wajah tampan kekasihnya ini.
"Aku sibuk Cel, kamu bisa lihat sendiri 'kan, cafe ku yang satu ini ramai banget." Banyu mengelus rambut hitam Celin, sesekali ia menciumi puncak kepala Celin.
Celin menegakkan tubuhnya ia memposisikan diri untuk duduk tegak. Matanya menatap lekat wajah Banyu yang semakin hari semakin tampan menurutnya.
"Yang... " panggil Celin dengan suara lembut.
"Ada aba hm?" Banyu menangkup wajah cantik Celin.
"Kamu janji 'kan bakal nunggu aku setahun ini? " tanya Celin tiba-tiba.
Banyu terdiam tangannya menyusuri kulit lembut wajah Celin. Ia tersenyum, sejujurnya ia sudah tidak bisa lagi menunggu hingga satu tahun. Pesan dari kakeknya terlalu berharga untuk ia abaikan lebih lama.
Banyu menggenggam kedua tangan Celin. Ia menarik napas dalam-dalam. Tiba-tiba saja ia ingin mengatakan sesuatu kepada kekasihnya ini.
"Cel, misal aku meminta kamu untuk tidak berharap lebih bagaimana?" Banyu bisa melihat raut wajah Celin berubah seketika. Matanya memancarkan sebuah kekecewaan.
Entahlah bagaimana Banyu bisa tiba-tiba berpikir bahwa sepertinya Celin tidak ditakdirkan untuk dirinya.
"Kamu ngomong apa sih, jangan ngaco deh" Celin berusaha mati-matian untuk bersikap setenang mungkin meskipun hatinya sudah mulai kacau.
"Aku pokoknya maunya nikah sama kamu. Kamu jangan ngomong gitulah, kita kan udah pacaran empat tahun lebih." Celin menatap Banyu dengan tatapan kesedihan. Ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan Banyu. Pria ini satu-satunya orang yang tidak memandang materi pada dirinya, pria ini satu-satunya yang memandang inner beauty pada diri orang lain. Celin sudah jatuh cinta sedalam-dalamnya pada Banyu, tentu ia tidak rela jika ia harus berpisah dengan Banyu.
"Cel, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Bisa saja kita ditakdirkan untuk berpacaran tapi tidak ditakdirkan untuk menjadi pasangan selamanya" ucap Banyu serius.
"Enggak, pokoknya kamu milikku, tidak boleh jadi milik orang lain." Air mata Celin sudah tidak dapat dibendung lagi.
"Celin, dengerin aku. Pacar itu hanya sebuah pilihan untuk kita, sedangkan jodoh itu takdir. Dan kita tidak tahu siapa jodoh yang sudah ditakdirkan untuk kita" ucap Banyu lirih, tapi penuh dengan makna.
Celin memeluk Banyu dengan sangat erat. Ia tidak rela jika harus melepaskan Banyu.
"Jangan ngomong kayak gitu Nyu, aku enggak mau denger omong kosong seperti itu" ucap Celin sambil terisak.
Banyu mengelus punggung Celin, sesekali ia mengecup puncak kepala Celin penuh sayang. Banyu juga sangat mencintai Celin, tapi tiba-tiba perasannya berubah saat Celin menolak lamarannya kali ini.
Banyu menegakkan Celin, ia menghapus air mata Celin yang jatuh dipipi cantiknya.
"Kalau kamu tidak mau kita berpisah, ayo kita menikah dalam waktu dekat ini" ucap Banyu lirih.
Celin diam. Ia tentu belum bisa untuk menikah dalam waktu dekat. Masih banyak yang ingin ia raih sebelum menikah. Orang tuanya juga masih membutuhkan dirinya saat ini.
Drt..
Drt..
Drt..
Ponsel Banyu bergetar. Ada satu panggilan masuk dari bunda Ika. Ia mengangkat telepon setelah meminta izin pada Celin.
"Iya bun?"
"Kamu di mana?" tanya bunda Ika.
"Di cafe, kenapa?"
"Setengah jam lagi jemput bunda ya, di rumah teman bunda, nanti bunda kirim alamatnya" pintanya pada putra kesayangannya ini.
"Tapi aku naik motor, bunda gak papa naik motor?"
Bunda Ika tergelak, "ya enggak apa-apa lah"
"Ya udah kalau gitu" jawab Banyu santai.
"Bunda tunggu di sini ya, bye"
"Bye bun"
Banyu mematikan sambungan teleponnya. Ia beralih kepada Celin lagi.
"Aku harus jemput bunda setengah jam lagi, kamu di sini dulu atau gimana?" tanya Banyu pada Celin.
"Aku pulang dulu aja, tadi ibuk nyuruh aku cepat pulang" jawabnya lirih. Kepalanya menunduk menahan air mata.
"Kamu naik apa ke sini?" tanya Banyu.
"Aku naik motor" Celin mengambil tasnya.
"Aku pulang dulu ya" Celin beranjak dari duduknya.
Banyu mengikuti Celin dari belakang dan mengantarnya sampai pintu depan.
......................
Jingga turun dari ojek setelah sampai di depan rumahnya. Ia mengembalikan helm dan membayar ongkos ojek.
Dengan langkah gontai Jingga masuk ke dalam rumah. Sayup-sayup ia mendengar suara dua orang wanita tertawa di dalam ruang tamu. Ia yakin itu adalah tamu sang mama.
Jingga hendak berlalu saja, tidak ingin menyapa tamu mamanya, karena biasanya mereka juga tidak peduli dengan dirinya, mereka hanya kenal dengan Iren kakaknya.
Tapi saat langkahnya baru masuk ke dalam rumah, tamu dari mamanya itu bersuara.
"Itu putrimu Ran?" tanya seorang wanita paruh baya yang terlihat sedikit lebih tua dari sang mama.
Mama Kiran menoleh ke arah Jingga. "Iya" Jawabnya malas.
"Suruh ke sini aku ingin berkenalan dengan putrimu" suruhnya.
"Dia pemalu, jadi dia mungkin tidak akan mau" tolak mama Kiran. Ia tidak pernah mengenalkan Jingga pada temannya.
"Tidak apa-apa, aku akan mencoba memanggilnya" ucap wanita itu lagi.
"Hey nak" panggil wanita itu. Wajahnya tampak berseri melihat adanya Jingga.
"Saya tante?" tanya Jingga heran.
"Iya, siapa lagi, kemarilah" wanita itu melambaikan tangannya, menyuruh Jingga untuk mendekat.
Dengan perasaan ragu Jingga menuruti perintah ibu itu. Ia memandang mamanya, tampak raut wajah tidak suka darinya.
"Siapa nama kamu?" tanya wanita itu setelah menyuruh Jingga duduk di sampingnya.
"Saya Jingga tante" jawabnya ragu. Matanya masih mengawasi raut wajah sang mama yang terlihat semakin tidak suka.
"Nama lengkap?" tanyanya lagi.
"Jingga Senja tan" jawab Jingga lagi.
"Nama kamu lucu sekali, kamu juga cantik." Puji wanita itu. Tangannya mengelus pipi Jingga lembut.
"Kamu masih kuliah?" tanya wanita itu.
Jingga mengangguk, merasakan sentuhan halus pada pipinya dari wanita itu. Ada getaran aneh yang merasuk dalam dadanya. Ia ingin menangis, ia tidak pernah merasakan sentuhan selembut ini dari mamanya.
"Jurusan apa?" tanya wanita itu lagi.
"Kedokteran tan" jawab Jingga bangga.
"Kamu hebat sekali, ya sudah kamu boleh pergi" ucap wanita itu lagi.
Jingga mengangguk. Lalu pergi meninggalkan mama dan temannya itu. Ia tadi ingin memeluk wanita itu, tapi tidak berani, lagi pula ada sang mama yang pasti akan memarahinya nanti .
Kembali ke ruang tamu.
"Putri mu cantik semua ternyata" ucap wanita itu.
"Makasih Ik" jawab mama Kiran.
"Sebentar lagi putraku akan datang, tadi aku sudah menyuruhnya untuk menjemputku" ucap wanita itu. Tidak lama kemudian terdengar suara deru motor dari arah luar.
"Sepertinya itu" ucap wanita itu antusias.
Seorang pelayan bergegas ke arah pintu. Ia mempersilahkan masuk seorang pria tampan yang berdiri di depan rumah itu.
"Nah itu putraku" tunjuk wanita itu pada putranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
sherly
aku tuh paling sebel Ama cewek model celin, mau diseriusin malah nolak suruh nunggu eh giliran cowoknya mau pindah haluan dianya mengklaim miliknya.. perlu diguyur air panas biar plong otakmu cel
2023-05-29
0
Lily Miu
aq banget nih, hmpir 5 th dan udah DP gedung dll tiba2 g jd nikah krn dia ternyata suka ama cewek lain, y takdir. dan ternyata takdirku alhamdulillah ama suami skrg
2023-03-19
0
Lily Miu
lha terus knp nolak terus
2023-03-19
0