Hari ini Jingga bangun pagi-pagi sekali. Ia berencana membuat sarapan untuk kekasihnya sebagai permintaan maaf.
Jingga turun dari lantai dua menuju dapur setelah membersihkan diri. Ia menghampiri mbak Nining asisten rumah tangga yang bertugas masak.
"Neng Jingga ngapain pagi-pagi ke sini? Sarapannya belum siap atuh neng." Mbak Nining terkejut dengan adanya Jingga di dapur. Tentu saja mbak Nining terkejut dengan kedatangan majikannya ini, pasalnya tidak pernah ada yang masuk dapur sepagi ini selain para pelayan.
"Mbak Ning, ajarin aku masak dong" ucap Jingga, ia memang tidak pernah memasak sedari kecil, papanya tidak pernah mengizinkan kedua anaknya untuk memasak, takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Jadi wajar jika ia tidak bisa memasak hingga dirinya sudah besar bahkan sudah hampir dewasa.
Mbak Nining mengerutkan keningnya, ia bingung kenapa majikannya yang paling baik hati ini tiba-tiba minta diajari memasak, tidak biasanya.
"Ngapain atuh neng, kan udah ada mbak yang masak. Nanti kalau dimarahin bapak sama ibu gimana coba?, kan mbak Nining takut." Tolak mbak Nining, ia hanya takut jika majikannya malah memarahi dirinya.
"Enggak lah, mereka enggak akan marah. Papa pasti seneng kok" Jingga masih berusaha merayu.
"Nanti kalau ibu yang marah gimana?" tanya mbak Nining mencari alasan.
"Mama enggak bakalan peduli kok mbak, tenang aja!" Gadis itu masih saja memaksa.
Mbak Nining terlihat masih bingung, ia ingin membantu anak majikannya ini tapi ia juga takut kalau nanti dimarahi oleh majikannya.
"Ayolah mbak, aku hanya ingin membuat nasi goreng dengan telur saja" bujuk Jingga lagi, membuat mbak Nining tidak tega dan pada akhirnya menyerah pada Jingga.
"Nah gitu dong!" serunya senang.
Kemudian mbak Nining mulai mengajari Jingga dari bagaimana cara mengupas bawang, memecahkan telur kemudian menggorengnya.
Sesekali Jingga berteriak karena terciprat oleh minyak panas dan itu membuat semua pelayan yang ada di sana cemas sekaligus ingin tertawa.
Setelah usai dengan telurnya, Jingga membuat nasi goreng. Beberapa menit kemudian nasi goreng buatan Jingga sudah jadi, ia menaruhnya ke dalam sebuah kotak makan kecil.
Setelah selesai dengan urusan nasi gorengnya, Jingga kembali ke kamar untuk berganti pakaian. Ia yakin sebentar lagi semua anggota keluarganya turun untuk sarapan.
***
Suara dentingan sendok dan garpu yang bergesekan dengan piring mendiamkan mereka yang tengah fokus dengan sarapan.
Jingga tampak tersenyum saat sarapan. Membuat Iren sang kakak menatapnya tidak suka.
"Maaf pak bu mengganggu, di depan ada tamu" ucap seorang pelayan yang datang dari depan.
"Siapa mbak?" tanya papa Arta menghentikan acara sarapannya.
"Saya tidak tahu pak, tapi tamunya mencari neng Jingga tadi" ucap pelayan itu.
"Oh itu temenku mbak, cowok bukan?" sahut Nabila, membuat sang kakak dan mamanya menoleh.
Papa Arta mengalihkan pandangannya pada Jingga.
"Siapa sayang?"
"Kevin pa, dia jemput aku, mau ke kampus bareng" jawab Jingga, dengan terburu-buru Jingga minum air dan meninggalkan sarapannya.
Mendengar nama Kevin membuat Iren mendongak, kemudian melirik kepergian sang adik, tak lama kemudian ia juga beranjak dari duduknya meninggalkan sarapan yang tinggal sedikit.
"Ji... " Iren berlari mengejar adiknya yang sudah hampir masuk ke dalam mobil.
Jingga tidak menjawab ia hanya diam. Jingga hanya melirik sekilas bayangan kakaknya yang berjalan mendekat
Iren berdiri didekat Kevin.
"Vin, gue bareng juga ya" Pinta Iren.
Udah gue duga, batin Jingga.
Kevin menatap Iren dengan tatapan tidak suka. Ia kemudian mengalihkan pandangannya pada sang kekasih meminta persetujuan.
"Nak Kevin, tolong Iren kamu beri tumpangan ya, mobilnya sedang ada dibengkel" ucap mama Kiran tiba-tiba.
Solid banget sumpah, gumam Jingga. Ia hanya memutar bola matanya malas. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
Kevin tersenyum paksa kemudian mengangguk dengan terpaksa juga, ia tidak mungkin menolak jika yang meminta si ibunya.
"Terima kasih ya nak Kevin" ucap mama Kiran sembari mengelus pundak Kevin.
"Oh ya Ji, kamu tau kan kakak kamu tidak pernah duduk di belakang, jadi biarkan Iren duduk di kursi depan ya" pinta mama Kiran pada putri bungsunya. Suaranya terdengar lembut tapi terkesan memaksa. Ah bukan memaksa tapi mengusir.
Tanpa menjawab Jingga membuka pintu belakang mobil, ia masuk ke dalam sana kemudian menutupnya dengan keras. Kesal, itu yang Jingga rasakan. Ia tahu itu hanya akal-akalan mereka berdua supaya bisa menghancurkan hubungannya dengan Kevin.
Kevin kemudian berpamitan kepada ibu dari kekasihnya itu.
Kevin masuk ke dalam mobil, ia duduk dibalik kemudi, ia melajukan mobilnya menuju jalan raya.
Di dalam mobil Kevin tidak mengeluarkan suaranya sedikitpun, ia hanya fokus menyetir. Jingga juga tak bersuara, moodnya sedang tidak baik untuk mengatakan sesuatu.
Sedangkan Iren, ia dengan tidak tahu malunya mengajak bicara Kevin. Pembicaraan yang sangat tidak penting, hingga membuat Kevin malas untuk mendengarkan ocehan dari gadis yang duduk disebelahnya ini.
Mobil Kevin sudah memasuki pelataran kampus.
Dengan segera Jingga keluar tanpa berpamitan kepada Kevin ataupun kakaknya.
"Yang..."
"Yang... "
Kevin ingin mengejar kekasihnya itu, tapi tangannya ditahan oleh Iren.
"Apaan sih lo" Kevin menghempaskan tangan Iren.
"Udahlah Vin, lo tu kenapa sih masih ngejar-ngejar adek gue. Dia itu emang kayak gitu, dia tu gak suka kalau gue deket sama cowok yang lagi deketin dia" Iren merangkul pundak Kevin.
Kevin menggerakkan bahunya supaya tangan Iren lepas. Tapi nihil Iren malah semakin mengeratkan rangkulannya.
"Mau lo tu apa sih Ren?" tanya Kevin sebal. Ia tidak suka dengan sikap Iren yang seperti ini.
"Gue mau lo" jawab Iren dengan suara menggoda.
Kevin mengernyitkan dahinya. Ia menatap bingung apda Iren yang ia ketahui kakak dari kekasihnya, Jingga.
"Maksud lo apa coba?"
"Masa lo gak tau maksud gue?" Iren menghadapkan tubuh Kevin padanya. Ia memegang bahu Kevin dengan erat dengan kedua tangannya.
"Lo gak mau gitu mutusin Jingga terus pacaran sama gue?" Iren mengangkat sebelah alisnya.
"Lo gila ya?" Kevin menghempaskan tangan Iren, ia menatap Iren dengan tatapan jijik.
"Lo tau kan gue udah pacaran sama Jingga?." Kevin menatap tajam Iren, dan Iren hanya menganggukkan kepalanya santai.
"Emang apa sih serunya pacaran sama adek gue yang super polos itu? Enak juga pacaran sama gue" Iren mendekatkan bibirnya di samping telinga Kevin.
"Gue bisa ngasih lo apa yang gak bisa Jingga kasih buat lo" Iren kembali menatap wajah Kevin dengan tatapan menggoda.
Kevin tidak menjawab apapun, tatapannya sungguh mematikan. Ia tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh Iren.
Sumpah demi apapun, meskipun Kevin tidak suka jika pacaran hanya monoton saja, tapi ia juga tidak mau jika harus memaksa Jingga. Cintanya terlalu besar untuk memaksa Jingga melakukan hal lebih dalam berpacaran.
Tanpa pikir panjang Kevin meninggalkan Iren sendiri di parkiran kampus.
Terlihat senyum menyeringai dari bibir Iren. Ia hanya ingin Kevin saat ini, meskipun ia bisa mendapat laki-laki yang lebih.
Iren adalah primadona di kampusnya, ia terkenal mahasiswa yang sangat cantik, otaknya juga bisa dibilang cerdas. Ia tidak mau kalah dari adiknya yang bisa mendapatkan laki-laki famous seperti Kevin. Iren harus merebut Kevin dari Jingga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
sherly
kayaknya sih bukan kk kandung tp kk bawaan ibunya..
2023-05-29
0
Nuris Wahyuni
kayaknya iren tu BKN anak papanya jingga cmn hanya jebakan saja ,Mak sama anak sama aja penggoda 😏😏
2023-02-10
0
Oi Min
Apa Iren ma mamanya itu tiri??
2022-08-06
0