Hari demi hari, waktu demi waktu, tahun demi tahun berlalu. Hari kelulusanpun tiba aku khawatir namaku di papan pengumuman tidak ada, aku berjalan dan berdoa mendekati papan pengumuman ku cari namaku Bianka Sundari dari atas sampe bawah.
Kenapa namaku tidak ada?
"Bi,kamu nyari namamu?" ejek lila padaku
"Mana ada namamu disitu bi, hahahaha". saut putri.
Aku hanya diam mendengar mereka mengejekku,bukannya aku takut tapi aku malas meladeni mereka.
Kuulangi sekali lagi mencari namaku, dan hmmmm aku Bianka Sundari ada diurutan 14 dari bawah, gak apa-apa yang penting aku lulus, dan gak harus mengulang lagi di sekolah membosankan ini.
Disaat anak-anak yang lain bergembira tertawa mencoret-coret seragam mereka ,berfoto ria saling berpelukan aku enggan melakukannya. Lagipula siapa yg mau melakukan itu denganku.
Lebih baik aku pulang kerumah.
Setelah ayah meninggal aku haru pulang pergi sendiri. Tiba-tiba seseorang menarikku dari belakang.
"Siapa kamu, apa maumu???".
"Tenanglah, nona".
"Lepaskan tanganku,atau aku teriak!".
"Baiklah, tapi janji kamu takkan lari?".
"Ya". "Bukankah anda laki-laki yang datang dipemakaman ayahku waktu itu?".
"Iya nona, perkenalkan aku Husein kamu boleh memanggilku Om Husein". (sambil mengulurkan tangannya).
"Sebenarnya apa maumu?".
"Tenanglah nona, aku tidak berniat jahat padamu apalagi berniat untuk menculikmu".(sambil memegang pundakku).
"Tolong,jangan kurang ajar ya pak!" Saya tidak segan-segan berteriak jika anda berani menyentuh saya".
"HAKHAKHAK,.....?"
"Mengapa anda tertawa?".
"Kamu seperti ibumu,galak!".
"Anda mengenal ibuku?".
"Emmmm,belum saatnya kamu tau nona".
"Apa maksudmu, biarkan aku pergi aku tidak menyukaimu dan aku juga tidak suka mengobrol denganmu".
"Baiklah nona cantik".(Sambil mencolek daguku)
"Dasar tua bangka menyebalkan".
(aku mendorongnya dan langsung lari).
Akhirnya aku sampai dirumah, dan untung saja pria tua bangka itu tidak mengejarku. Apa maunya kenapa dia mengikutiku?. Sungguh menyebalkan.
"Bi, kamu kenapa lari-lari siapa yang mengejarmu?".(ibu terheran denganku sambil mengecek sekeliling berharap menemukan sesuatu yang membuatku berlari).
"Dikejar anjing".(Jawabku singkat).
"Anjing?".(Ibu masih terheran, tapi aku mengacuhkannya).
Malamnya aku menerima telfon dari nomor tak dikenal, aku enggan mengangkatnya. Tapi lama-lama telfon itu mengganggu telingaku.
"Hallo, siapa ini?".
"Nona Bianka,HAKHAKHAK".(Tawa pria tua bangka itu).
"Anda?"."Dari mana anda bisa tau no telfon saya?".
"Itu hal mudah nona, tapi bukan itu maksud saya menelfon anda".
"Bukankah sudah saya katakan,jika saya tidak suka mengobrol dengan anda".(Bentak aku padanya).
"Lama-lama anda akan terbiasa dengan keberadaan saya di sekitar anda,nona".
"Jangan ganggu hidupku".(Kuberteriak sambil menutup telfonnya).
Ternyata teriakannku terdengar samapai keluar dan ibu mendengarnya.
"Tok...tok...tokk...,Bi Bianka".
"iya bu".(sambilku buka pintu).
"Kamu sedang bicara dengan siapa nak, kenapa berteriak-teriak seperti itu?".
"Enggak,gakk ada bu".(aku berbohong pada ibu, apa aku harus bertanya soal tua bangka itu le ibu?)
"Bu, bolehkah Bianka bicara sesuatu sama ibu?".
"Boleh nak, kamu mau bicara apa?"."Kita bicara diruang tv saja ya".(Ibu mengajakku ke ruang tv,aku pun mengiyakan dan mengikuti langkah ibu).
"Apa yang ingin kamu tanyakan nak?".
"Ada apa cerita sama ibu".
"Bu, apa ibu kenal dengan laki-laki yang datang ke pemakaman ayah?, yang waktu itu Bianka usir bu?".
"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya itu?".(ibu terheran)
"Tadi siang dia menemui Bianka,bu".
"Apa ibu kenal dengan dia?".
Ibu tidak menjawab pertanyaanku, ibu malah diam dalam diamnya tiba-tiba ibu menangis sembari menatapku. Ibu memegang erat tanganku lalu pergi meninggalkanku.Ada apa sebenarnya kenapa ibu tidak menjawab pertanyaanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments