Aku berjalan masuk ke dalam rumah Ara yang bernuansa gold tersebut. Dindingnya dihiasi foto keluarga dan foto Ara, Ari yang masih kecil. Aku tertawa kecil ketika melihat foto Ara yang sedang memakan ice krim, dan belepotan di mana-mana.
"Silahkan duduk," Ari mempersilahkan aku duduk. Segera, ku iyakan perintahnya.
"Adek gue nyusahin lo gak, dijalan?" tanya Ari sambil menatapku.
"N-nggak kok," jawabku diiringi senyum pepsodent. Padahal dalam hatiku berkata. 'Nyusahin banget!'
"Alhamdulillah," Ari berucap syukur.
'Ting' aku melirik HP sejenak, lalu mendapati pesan dari Mamiku. Aku membulatkan mata sempurna, ketika mendapat pesan mematikan dari Mamiku sendiri. Kau tau apa isi pesannya?
[Bryan! Dimana kau?! Cepat pulang, atau Mami bunuh kamu!] begitulah pesannya. Jujur saja, Mamiku memang galak, bawel, operprotektif, dan satu lagi, sangat menakutkan.
"G-gue pulang dulu ya ... Assalamu'alaikum," Aku segera pamit pada Ari, kemudian berlari keluar dari rumah tersebut.
***
Aku mengendap-endap masuk kedalam rumahku, menatap sekeliling, waspada atas keberadaan Mami. Setelah semua terasa aman, aku mengusap dada, dan bersyukur
"Alhamdulillah ... terima kasih ya Allah, kau telah menyelamatkanku dari kemarahan monster." Baru selangkah aku menaiki anak tangga, tiba-tiba ....
"Siapa yang kamu maksud monster, sayang?!" Aku membalik tubuhku, dan mendapati sosok Mami yang sedang berdiri dan melipat tangannya. Mati aku!
"Eh, Mami. Sejak kapan disitu?" tanyaku, diiringi cengir kuda khasku. Mamiku tersenyum manis, lalu menghampiriku.
"Aaa, sakit sakit!" Aku menjerit, ketika Mami tanpa kasihan menarik telingaku.
"Ampun, Mi, ampun! Jan ditarik lagi, ntar copot telinga Bryan!" Aku terus memohon pada Mami.
"Kemana aja kamu?! Pulang jam segini! Temen-temen kamu udah pada nunggu dari tadi!" Omel Mami. Dari atas, terlihat Argian dan Karell yang tertawa lepas melihatku.
"Iye, lepasin dulu nape! Sakit tau Mi!" Mami pun segera melepasnya.
Aku terduduk sambil mengotak-atik HP ku. Tanganku, kini sudah lelah, mengetik kata 'putus' pada pacar dan selingkuhanku. Aku harus berdebat terlebih dahulu dengan mereka!
"Eh, kutu air! Tolongin gue putusin mereka dong, gue capek ngetik!" pintaku pada ketiga kutu air ini. Bagaimanapun, ini semua gara-gara mereka 'kan?
"Muka ganteng kek artis korea, dibilang kutu air! Mata lu katarak ya?" Aku mendatarkan muka, mendengar ucapan Vino.
"Tau tuh! Lagian lu yang punya pacar, kenapa kita yang repot!" balas Karell tak kalah. Dasar temen pelit!
"Udah-udah, biar gue aja yang bantuin." Argian menghampiriku. Wah, memang the best lah.
Lop lop untukmu!
"Wah, lu emang sahabat gue yang ter ter terbaik dah, gak kayak mereka." Aku memuji Argian, sambil menyodorkannya HP ku.
"Kok kasih gue HP?" Aku menyerinyitkan dahi mendengar pertanyaannya.
"Kan lo mau bantuin gue," jawabku sedikit heran.
"Iya, tapi bantuin ngelihat doang. Ya kali, gue mau ngetik!" Aku mendatarkan wajahku. Kenapa? Kenapa kau tega Roma!
"Bhahaha." Vino dan Karell tertawa lepas, sampai memegang perut dan berguling-guling.
"Tega kau Roma!" Dramaku dengan gaya lebay bin alay ala film jadul.
"Tidak Hani! Aku hanya malas ngetik Hani," Argian malah ikut memainkan drama. Wajahnya ia buat sedih, hingga membuatku menangis! Hehe.
"Sudah cukup kau beri aku harapan! Sekarang, pergi kau Roma! Aku tak mau melihat wajahmu lagi!" Drama terus berlanjut, hingga Vino menyahut.
"Roma kelapa." Sahut Vino.
"Ya Allah, kenapa gue harus punya sahabat kek mereka!" Aku berteriak lebay.
"Seharusnya, lo bersyukur punya sahabat kek kita. Walaupun gak ada akhlak, bobrok, dan nyebelin, kita gak pernah tu, ninggalin lo disaat banyak masalah." Timpal Karell sok dewasa. Tapi, ada benarnya juga, mereka selalu ada walaupun tingkah mereka seperti orang gila bin kerusupan, eh maksudnya kesurupan.
"Terima kasih ya Allah, engkau telah memberikanku sahabat seperti mereka." ucapku bersyukur.
"Nah, gitu dong."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Kirey Salsabila Balqis Mutmainnah
ngakak🤣🤣
2021-04-08
2
୧⍤⃝🍭
Ngakak Njjr
2021-04-05
5