5 Tahun yang lalu.
Pagi itu.
“Apa tidak sebaiknya kamu selesaikan dulu kuliah mu yas,” ucap mamah seraya membereskan piring yang ada di meja makan.
“Tapi akan lebih baik kalau aku mencari pekerjaan dari sekarang mah,” ujar Tias seraya menuangkan air minum.
“Lagi pula kamu kan sudah mau masuk semester akhir, lebih baik fokus saja membuat skripsi,” sahut mamah yang hendak akan mencuci piring.
“Justru itu mah, pasti setelah lulus nanti, banyak sekali pesaing yang baru saja lulus berbondong-bondong mencari pekerjaan, dan itu akan semakin menyulitkan ku untuk mendapatkan pekerjaan, bang Putra saja dulu kuliah sambil bekerja, apa boleh buat, kenapa tidak aku coba?” ujar Tias yang masih duduk di depan meja makan.
“Ya mamah sih hanya memberikan mu saran, selebihnya ya terserah kamu, mamah cuma ingin kamu fokus dulu pada kuliah mu," ucap mamah memberi saran.
“Iya, aku paham apa yang mamah maksud, tapi sekali ini saja mamah bantu aku untuk bicarakan ini sama papah, papah pasti tidak akan setuju," ujar Tias meringis.
“Iya, nanti mamah coba bicarakan ini sama papah," sahut mamah yang masih sibuk mencuci piring.
Ada satu alasan mengapa aku selalu membujuk mamah untuk bicara pada papah, agar membiarkan ku mencari pekerjaan sebelum aku lulus, bukan karena aku menginginkan untuk segera bekerja, melainkan ada satu pembicaraan yang aku dengar antara papah dengan temannya om Galih, yaitu menjodohkan ku dengan anaknya setelah lulus kuliah nanti. Dan itulah kekhawatiran yang membuatku tidak bisa tidur, sekali pun ku pejamkan mata ini, namun sampai saat ini aku masih pura-pura tidak tahu, dan seolah-olah keinginanku sendiri yang ingin segera bekerja sebelum lulus kuliah.
***
Keesokan harinya.
Pukul 07.00 wib.
“Tok tok tok, Tias bangun?” seru mamah mengetok pintu.
“Kebiasaan, anak gadis kok bangunnya siang-siang begini sih,” gerutu papah yang sudah santai di depan meja makan seraya menyantap kopi dan roti gandum kesukaannya.
“Iya mah ini sudah bangun kok!” ujar Tias dengan nada suara yang masih mengantuk.
10 menit kemudian, Tias pun menghampiri mereka.
“Kamu tuh anak gadis, harus bisa bangun lebih awal, jangan selalu harus dibangunkan, bagaimana kalau sudah punya suami nanti,” ucap papah yang pagi-pagi sudah membicarakan kekhawatiran itu.
“Iya pah, semalam aku tidur kemalaman, jadinya telat deh,” timpal Tias seraya menggeser kursi yang berada di sebelah Anton papahnya.
“Makanya jangan di biasakan gadang,” ujar papah yang mulai mengomel.
“Iya pah,” singkat Tias.
“Terus yang mamah mu bilang itu, kenapa kamu ingin bekerja sebelum kuliah mu selesai?” lanjut papah bertanya.
“Iya supaya lulus nanti Tias tidak perlu susah lagi mencari pekerjaan pah,” jawab Tias seraya mengoleskan roti dengan selai kacang favoritnya.
“Ya kalau papah sih terserah kamu saja, selagi kamu bisa memprioritaskan kuliah mu hingga lulus nanti, ya oke oke saja, tapi ingat jangan terlalu berlebihan,” ujar papah.
“Yang benar pah,” ucap Tias kegirangan.
“Iya, tapi ingat pesan papah, kamu harus bisa konsisten,” ujar papah kembali memberi nasihat.
“Siap pah,” ucap Tias seraya mengangkat kedua jempolnya yang disertai senyum bahagia”
Entah apa yang membuat papah berkata seperti itu, yang jelas aku benar-benar terkejut, papah mengizinkanku untuk bekerja sambil kuliah, dan itu membuatku semangat untuk mencari pekerjaan, sehingga akhirnya aku mendapatkan panggilan interview di sebuah perusahaan.
Beberapa bulan kemudian.
Dengan izin kedua orang tuaku, akhirnya aku bisa menjalani aktivitas ku bukan hanya sebagai mahasiswi, melainkan sebagai karyawan di perusahaan tempatku bekerja, ya memang sulit untuk menjalani ini dengan keadaan waktu yang harus aku bagi, tetapi aku harus menepati dan membuktikan pada mereka, bahwa aku bisa melakukan ini dengan baik, sampai aku lulus di universitas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
lidia
cba setia
2022-02-08
0
MamiihLita
masih nyimak ya kaa
2021-04-20
0