Sudah hampir satu bulan ini mamah pergi, aku masih tidak menyangka bahwa mamah pergi begitu cepat, dengan penyakit jantung yang mamah derita, mamah mengalami kondisi yang lemah pada saat penyakit itu kambuh, setelah mamah di bawa ke rumah sakit, tidak lama dokter mengatakan bahwa mamah sudah tiada.
Keadaan mamah yang sempat aku lihat terakhir kali, ketika hendak menyiapkan sarapan pagi membuat ku sulit untuk menerima kenyataan ini. Hingga akhirnya kesedihan itu benar-benar mengurung ku.
“Tok tok tok, Tias boleh papah masuk?” seru papah dibalik pintu.
“Aku lagi ingin sendirian pah,” sahut Tias dari dalam kamar.
“Ya sudah, papah ingin keluar sebentar, kamu jangan lupa makan yah, nanti tante Dinar akan ke rumah, papah pergi dulu yah,” ucap papah yang hendak akan pergi.
“Iya pah,” singkat Tias.
Beginilah kondisi ku saat ini, aku yang lebih berdiam di kamar tanpa keluar bahkan mengobrol, membuat papah khawatir sehingga menyuruh tante Dinar untuk menemani ku di rumah. Tak hanya itu, aku yang sulit makan membuat kondisi berat badan ku menurun.
***
Beberapa saat kemudian.
“Asalamualaikum,” seru tante Dinar yang hendak masuk ke dalam rumah.
“Tias... tok tok tok,” seru tante dibalik pintu.
“Iya tante,” sahut Tias seraya membukakan pintu yang hendak di kunci.
“Coba lihat tante bawa apa?” ucapnya seraya memperlihatkan bungkusan kue kesukaan Tias.
Namun ketika tante Dinar hendak ingin menaruh kuenya di atas meja, tante Dinar melihat bungkusan kue yang masih utuh yang diberikannya 3 hari yang lalu.
“Loh kok kuenya belum dimakan, padahal tante belikan ini lagi untuk mu,” ucapnya seraya membereskan makanan yang ada di atas meja.
"Maaf tante, tapi aku lagi tidak ingin makan apa-apa," ujar Tias.
“Tias... “lirih tante Dinar seraya menghampiri Tias yang hendak terbaring di kasurnya. “Tante tahu betul apa yang kamu rasakan nak, karena tante pun pernah kehilangan seorang ibu yang tante cintai, yaitu nenek kamu, kesedihan yang tante rasakan tak kunjung reda, tetapi tante sadar apa yang tante lakukan itu malah menyiksa ibu di sana, kamu tidak inginkan mamah mu yang sudah bahagia di sana tersiksa melihat mu yang terus larut dalam kesedihan seperti ini,” ucapnya seraya memegang tangan Tias yang kini berada di sampingnya.
Namun Tias hanya membalikkan badannya sehingga membelakangi Dinar dengan air mata yang berlinang.
“Tias sayang kan sama mamah sama papah, kalau memang kamu sayang, ikhlas dan relakan kepergian mamah, di sini kamu tidak sendiri, ada tante, papah, bang Putra, ada kak Rena terus ke ponakan kamu Gina sama Gio, mereka kangen bermain sama kamu,” lanjutnya.
Apa yang tante Dinar bicarakan memang ada benarnya, mungkin apa yang aku lakukan ini memang tidak ada gunanya, bahkan tidak akan membuat mamah kembali, yang ada hanya akan menambah kesedihan di keluarga ku saja, terutama papah.
“Aku sangat merindukan mamah,” ujar Tias seraya memeluk tante Dinar.
“Tante tahu, kalau kamu merindukan mamah mu, kamu tinggal mendoakannya saja,” ucapnya.
“Sekarang kamu tidak perlu sedih lagi, yang hidup tidak akan selamanya hidup, kita semua akan mati, hanya saja kita tidak tahu kapan kita akan mati,” lanjutnya memberi pencerahan.
“oh yah, kamu sudah makan,” ucapnya memecah kesedihan.
“Tias menggelengkan kepala”
“Ya sudah, lebih baik sekarang kita makan yah,” ucapnya seraya menyeret tangan Tias untuk beranjak. "Jangan bersedih lagi," lanjutnya seraya merangkul Tias.
Tante Dinar pun berhasil membujuk Tias untuk beranjak dari tempat tidur, hingga ia berkenan untuk keluar dan makan.
Aku tahu mereka semua berusaha membuat ku bangun dari kesedihan yang mengurung ku, namun apakah aku bisa setelah beberapa kejadian yang membuat ku merasa menemukan suatu kejanggalan yang aku lihat setelah mamah pergi, dan akhirnya kesedihan itu berujung ke pada ku, bisa ku hitung setelah mamah pergi aku melihat sesuatu yang sebelumnya tak pernah ku lihat, bahkan aku pun sendiri merasa kurang yakin dan percaya atas apa yang aku lihat, namun ini sudah lebih dari satu bahkan dua kali, sesuatu itu nampak di depan mata ku, entah ini mimpi atau nyata, yang jelas aku berharap ini adalah mimpi.
***
Setelah selesai makan.
“Tante, apa aku boleh menanyakan sesuatu?” ucap Tias seraya memainkan sendok yang ada di hadapannya.
“Tanya apa?” ujar tante Dinar seraya membersihkan piring yang selesai di cuci.
“Apa orang mati bisa hidup kembali?” tanya Tias.
“Ya tentu saja tidak, memangnya kenapa?” ujar tante Dinar.
“Tidak! aku hanya tanya saja,” ucap Tias. “Lalu apakah hantu itu benar adanya?” lanjut Tias bertanya.
“Tuhan menciptakan Jin, Setan, dan Manusia, ketiga makhluk itu hidup berdampingan dengan kita manusia, hanya saja mereka itu tidak terlihat oleh kita manusia, hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat mereka,” jelas tante Dinar.
Setelah aku bertanya dan mendapatkan jawaban dari tante Dinar, jawaban terakhirnya yang menyebutkan bahwa ada manusia yang bisa melihat mereka, membuat ku benar-benar kembali mengingat hal yang pernah aku lihat sebelumnya.
“Apa benar yang aku lihat itu adalah makhluk tak kasat mata?” gumam Tias dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
lidia
😭😭😭
2022-02-08
0
Nyikonah Ratuebel
sakit rasa.y kehilangan seorang ibu apalagi di saat qta blum bsa membahagiakn ibu tpi ibu udh prgi ninggalin kita ... aq pn udah merasakan.y thor
2021-09-29
1
Sejahtera
Semangat ^_^
2021-05-09
1