Ray yang hari ini ada meeting dengan perusahaan sahabat dari papanya terlihat enggan menghadiri. Pasalnya anak sahabat papanya inilah yang akan dijodohkan olehnya.
Ray yang sedang duduk di bangku kebesarannya sebagai Wakil CEO memijit pelipisnya, ia bingung sebenarnya dengan apa yang harus dilakukannya.
"Esa tolong kamu ke ruangan saya" Ray memanggil Esa dari telepon kantor ruangannya.
Tak perlu menunggu lama, secepat kilat kini Esa sudah berada di ruangannya. Esa memang terbiasa masuk ruangan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu jika sudah dipanggil oleh Rayhan. Dan asal tahu saja yang mengetahui pin dari pintu ruangan Rayhan hanya mereka berdua dan papanya.
"Ada apa Tuan memanggil saya?" tanya Esa saat sudah berada di depan meja kerja Rayhan.
"Sa, lo tahu kan rencana bokap buat jodohin gue?" Rayhan sedang berbicara sebagai sahabat ternyata, karena ia sedang butuh teman mengobrol, curhat.
"Iya tahu Ray, kenapa memangnya?" tanya Esa bingung.
"Gue udah terima perjodohannya" ucapnya memberi informasi kepada Esa.
"Serius lo? Nggak lagi mabok kan?" Esa kemudian mendekati Rayhan yang sedari tadi bicara sambil membelakanginya, ditaruhnya punggung tangan Esa di depan kening Rayhan.
"Ga panas" ucapnya lirih, kemudian ditepisnya tangan Esa oleh Rayhan.
"Emang lo pikir gue sakit apa?" tanya Rayhan dengan muka kesalnya.
"Lah lo tiba-tiba kasih tau gue kabar itu, biasanya kan lo tanya pendapat gue dulu bro. Memang angin apa yang buat lo terima perjodohan dari orang tua lo?" Esa mengingatkan juga menanyakan keputusan sahabatnya tersebut.
"Mungkin ini yang terbaik buat gue. Semoga aja wanita yang dijadikan pendamping hidup gue seperti apa yang mereka harapkan" Rayhan berkata sambil menerawang jauh, mengingat kembali saat makan malam menjadi tegang karena pembicaraan ini.
Flashback On
"Ray papa ada satu permintaan dari kamu" ucap Pak Bagas kepada putranya di sela makan malam mereka.
"Memang papa minta apa sama Ray?" tanyanya kepada sang papa karena papanya tak pernah sekalipun meminta sesuatu kepada dirinya.
"Papa sama mama mau menjodohkan kamu dengan anak dari sahabat papa" Pak Bagas menghentikan makannya demi melihat ekspresi anaknya.
Rayhan yang tidak siap dengan pertanyaan tersebut cukup kaget mendengarnya. Dan tiba-tiba menghentikan makannya kemudian berdiri dengan niat menghindari permintaan tersebut. Namun sayang pergerakannya diketahui sang papa.
"Duduk Ray, papa belum selesai bicara. Papa cuma mau yang terbaik buat kamu. Selama ini papa dan mama belum pernah meminta satu apapun dari kamu, papa harap kali ini kamu mau mempertimbangkannya" Pak Bagas lebih berhati-hati lagi meminta kepada anak sulungnya.
"Apa ga bisa Ray mengambil keputusan sendiri pa? Ray cuma mau punya pilihan sendiri untuk pendamping hidup Ray pa" Ray berbicara sedikit meninggi membuat Pak Bagas tersulut emosinya.
"Pilihan sendiri kamu bilang?" ucap Pak Bagas menyindir tak kalah tinggi dengan nada suara Rayhan.
"Pah yang sudah biarlah berlalu. Lagi pula Ray belum sempat mengadakan pertunangan dan lain-lain. Semua sudah digariskan takdir. Jadi jangan terus menyalahkan anak kita. Rayhan anak kita pah" Bu Dian menasihati suaminya dengan lembut berharap emosi suaminya mereda.
"Kamu pikirkan baik-baik. Ini tidak ada hubungannya dengan perusahaan. Ini murni hanya karena dia sahabat papa, kamu bisa cari tahu tentang perempuan yang akan dijodohkan denganmu. Risha Adreena Kautsar, itu nama calonmu" kemudian Rayhan hanya menganggukkan kepalanya.
Rayhan langsung menyudahi pembicaraan antara papa dan anaknya. Ia berjalan menuju ruang kerjanya karena sudah malas melanjutkan makan malamnya, sudah tidak nafsu. Dan saat ia sudah sampai di ruang kerjanya tanpa menunggu lama ia pun meminta Esa untuk mencari tahu siapa Risha, wanita yang akan dijodohkan oleh papanya.
Flashback Off
"Ray... Ray..." Esa menyadarkan Rayhan dari lamunannya.
"Kenapa sih lo!" tanya Rayhan kesal karena mengejutkannya.
"Nah lo yang kenapa! Bengong bengong...besok mati kaya ayam nyokap gue" ucap Esa kesal karena yang ditanya dari tadi malah melamun.
"Kepustusan gue udah betul belum ya Sa?" tanya Rayhan lagi seperti orang bingung.
"Tapi lo bilang udah ambil keputusan. Lo laki man, ga mungkin udah buat komitmen mau lo tarik lagi. Dimana harga diri lo!" Esa mengingatkan pada prinsip mereka selama ini.
"Iya sih. Gue lihat profilnya menarik sih" Rayhan tersenyum saat mengingat isi profil tentang Risha gadis yang dijodohkan dengannya.
"Eh Ray, pelayan baru boleh dong buat gue. Namanya siapa?" tanya Esa ingin memulai aksinya mendekati wanita agar tidak selalu jomblo seperti Rayhan.
"Mana gue tahu" sambil mengangkat kedua bahunya.
"Lah masa lo ga tahu Ray?" tanya Esa lagi tak percaya dan mendapat anggukkan kepala sebagai jawaban dari Rayhan.
"Yah gue harus kerja keras dong. Tanya nama, nomor ponselnya, belum lagi alamat orang tuanya..ck" Esa berdecak membayangkan apa yang harus ia lakukan saat mendekati wanita.
"Dia tinggal di rumah gue! Kenapa banyak yang lo butuhin? Sedangkan dia belum tentu mau sama lo!" ucap Rayhan kesal karena Esa yang dipanggilnya malah sibuk sendiri.
"Esa lo kemarin kasih gue profil Risha kenapa ga ada fotonya?" tanya Rayhan penasaran.
"Biar penasaran lo Bos!" Ejek Esa.
"Sial lo!" menjitak kepala Esa utuk kesekian kalinya di hari yang sama.
"Bilang aja lo ga dapet. Sana cari fotonya. Jangan sampai salah atau tertukar, dia juga biasa dipanggil Icha sama keluarganya atau kerabat dekatnya" Rayhan menjelaskan tentang wanita yang dijodohkan olehnya.
"Wih keren lo Bos, masih ingat aja info sekecil itu dari Papa" Esa tahu hal ini karena Pak Bagas memberitahu Rayhan di depannya.
"Udah sana cari, mau kamu saya pecat?" Rayhan sudah menjadi atasan Esa lagi, kesal dengan semua ucapan yang Esa lontarkan untuknya sedari tadi.
Esa yang tahu Rayhan sedang kesal dengannya akhirnya memilih langkah seribu dari pada harus berurusan lebih dengan sahabatnya itu. Namun sebelum itu ia pun membuat Rayhan lebih kesal lagi karena sangat menyenangkan baginya kalau Rayhan terlihat kesal.
"Ray, Risha cantik banget sumpah. Gue udah lihat fotonya. Tapi dia kaya asisten di rumah lo yang gila itu" ucap Esa berbisik ditelinga Rayhan, yang dibisiki hanya membelalakkan matanya tak percaya, diam mematung dengan apa yang baru saja ia dengar.
Esa yang belum selesai mengerjai Rayhan dengan cepat menuju pintu agar bisa keluar sebelum Rayhan sadar kalau ia sedang dikerjai.
"Ray, tapi bohong" teriak Esa dari pintu dan tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengerjai sahabatnya.
"Esaaaaaaaaa!" teriakan Rayhan menggema di ruangannya.
Dengan gerakan cepat Rayhan mengambil bantal sofa kemudian melemparkannya ke arah Esa. Dengan cepat juga Esa menutup pintu tersebut sehingga yang terkena amukan Rayhan adalah pintu ruangannya.
***********
"Esa sudah siap untuk meeting?" tanya Rayhan kepada Esa dari telepon kantornya.
"Sudah Pak, Tuan Besar juga sudah datang" ucap Esa di ujung telepon.
"Baik, kita ke ruang rapat" Rayhan langsung mematikan sambungan teleponnya kemudian berdiri dan keluar ruangan.
Di luar ruangan Rayhan, Esa sudah menunggu. Dan saat Rayhan melewatinya ia pun mengikuti atasannya. Mereka berjalan beriringan menuju ruang rapat, meeting kali ini bisa disebut bukan sebuah pertemuan kerja sama, hanya sebuah pertemuan kecil dua sahabat lama. Papa Rayhan dan Papa Risha, Razak Kautsar.
Esa yang berjalan dua langkah dibelakang Rayhan terlihat sedikit gusar. Karena ia baru menemukan fakta yang belum diketahui oleh Rayhan sahabatnya.
"Bro.. Bro" ucap Esa sambil menepuk pundak Rayhan saat berjalan.
Rayhan yang merasa pundaknya ditepuk Esa menghentikan langkahnya.
"Ada apa Sa? Kamu mau saya pecat?" Rayhan yang merasa terganggu sedikit kesal.
"Ini informasi penting" ucap Esa setengah berbisik ke telinga Rayhan.
"Kita ke toilet dulu" ucap Rayhan memberi perintah dan dijawab anggukkan kepala oleh Esa.
Mereka berjalan lebih cepat ke toilet karena sebenarnya sang papa sudah menunggunya di ruang rapat.
"Ada apa?" tanya Rayhan sudah tidak sabar.
"Ini" Esa langsung memberikan info tambahan mengenai apa yang tadi diminta oleh Rayhan.
"Ini apa?" tanya Rayhan tak mengerti.
"Dibaca Ray, kok lo mendadak bodoh gini!" jawab Esa ketus.
Rayhan yang sedang membaca isi kertas yang diberikan oleh Esa tak bisa berkata-kata, hanya ekspresi wajahnya yang menggambarkan atas apa yang telah ia baca.
"Ini fotonya, sorry ya gue ga ada sumpahin lo kok. Ternyata lo berdua emang jodoh" ucap Esa sambil menyerahkan sebuah pas foto berisi full face seorang wanita. Dialah Risha.
Deg...
"Ternyata--" ucapan Rayhan terpotong oleh Esa yang lebih dulu memberi informasi tidak penting.
"Man, dia kabur ga mau dijodohin sama lo. Baru kali ini ada yang nolak lo, man. Tapi malah nyangsang di rumah lo" Esa geleng-geleng kepala sambil terus mengejek sahabatnya yang dari dulu memang idola kampus.
"Dunia tak selebar daun kelor Sa!" Rayhan tertegun bingung dengan apa yang harus diperbuatnya
"Kayanya gue harus mikir lagi" Rayhan memijit keningnya, pusing dengan keadaan.
"Ya udah kita temuin dulu bokap lo. Nanti pasti ada penjelasan dari bokapnya Risha" Esa memberi solusi.
"Ya udah" mereka keluar dari toilet dan langsung menuju ruang rapat yang berada di lantai dasar.
Saat di dalam lift Rayhan yang biasanya selalu mengajak Esa bicara hanya diam memikirkan dengan apa yang akan diperbuatnya. Ada apa papa Risha datang ke kantornya, kalau masalah perjodohan toh ia sudah tahu anaknya menolak.
Di pertemuan antara sahabat lama
Rayhan dan Esa sudah berada di depan pintu rapat. Di dalam sudah ada papanya juga sahabat sang papa. Rayhan mengambil nafas dalam-dalam kemudian ia hembuskan, agar relaks. Sedangkan Esa yang melihat kelakuan Rayhan hanya geleng-geleng kepala heran.
Rayhan mengetuk pintu kemudian memutar knop dan membuka daun pintu dengan lebar. Kemudian ia masuk dan melihat di samping Pak Bagas sudah ada seorang pria yang usianya tak jauh dengan papanya. Rayhan menundukkan kepalanya, salam hormatnya kepada yang lebih tua. Kemudian duduk disebelah papanya saat sudah dipersilahkan duduk disana.
"Ini pasti papanya Risha" batin Rayhan.
"Sini Ray duduk samping papa" ucap Pak Bagas lembut.
"Iya Pah" Rayhan berjalan mendekati Pak Bagas kemudian mendudukkan badannya di sebelah sang papa.
"Ini Rayhan anakku, yang dulu selalu kamu gendong-gendong kalau ke rumahku, sampai-sampai Iwan cemburu" mereka tertawa bersama mengenang masa lalu, dimana pada masa itu Rayhan pun belum bisa mengingatnya.
"Iya ya Gas, dia masih setahun soalnya. Pasti ga ingat. Sedangkan Iwan sudah dua tahun setengah, dan Rini sedang hamil Icha" kini gantian Pak Razak yang berbicara mengingatkan masa lalu mereka.
Rayhan yang tak mengerti hanya bisa tersenyum dan menanggapi dengan oh saja, maklum yang diceritakan dua sahabat itu adalah masa lampau, sudah pasti Rayhan sangat tidak berperan disana.
"Jadi Rayhan, apa keputusan kamu sudah bulat untuk menikah dengan Risha?" tanya Pak Bagas kepada Rayhan yang duduk disebelahnya sambil menatap mata Rayhan.
"Tapi pa, bukannya--" belum selesai Rayhan bicara Pak Razak memotong ucapannya terlebih dahulu.
"Om tahu kamu pasti ingin membicarakan anak Om yang pergi dari rumah. Ternyata kamu memang sangat pintar Ray, turunan dari papa kamu" tebak Pak Razak tepat sasaran.
"Kemarin kamu sudah bilang iya Ray" Pak Bagas mengingatkan dan Rayhan merasa terjebak sendiri dengan perkataannya.
"Iya Pah" hanya bisa pasrah.
"Jadi kedatangan Om memang ingin memberitahu masalah ini. Dia bukan tidak mau dengan perjodohan ini Ray, tapi lebih tepatnya dia belum siap karena masih ingin mengejar cita-citanya" jelas Pak Razak kepada Rayhan juga Pak Bagas.
"Memang apa sih cita-cita Si Gila itu?" batin Rayhan.
"Dia meninggalkan ini, dan disana tidak ada kata-kata dia menolak. Hanya saja mungkin ini terlalu cepat baginya. Maka dari itu Om minta buat dia jatuh cinta sama kamu, kalau memang dia bisa jatuh cinta sama kamu ini semua akan lebih mudah" lanjut Pak Razak, kemudian ia memberikan catatan kecil yang Risha tinggalkan saat ia akan pergi dari rumah.
Rayhan membaca catatan tersebut, memang tidak ada kata-kata menolak, tapi dari tindakan apakah tidak terlihat Risha seperti menolak perjodohan mereka?
"Buat dia jatuh cinta? Iya kalau bisa, kalau ga gimana? Atau nanti gue yang jatuh cinta duluan? Big No!" Rayhan hanya bisa membatin.
Rayhan rasanya ingin sekali cepat keluar dari ruangan ini namun apalah daya. Esa yang sedari tadi mendengar perbincangan tiga pria dewasa beda generasi itu hanya tersenyum kecil dan sesekali ia menutup mulutnya agar tidak kelepasan tertawa melihat bagaimana ekspresi dan pasrahnya sang sahabat.
"Kalau masalah itu nanti biar para wanita yang mengatur Zak, kita hanya memberi informasi saja" Pak Bagas berniat memberitahu sang istri sepulangnya dari kantor.
"Nanti masalah biaya kuliah Risha biar aku yang tanggung, tapi jangan beritahu Risha ya" mohon Pak Razak kepada Rayhan juga Pak Bagas, dan bapak anak itu kompak menganggukkan kepalanya.
"Kamu harus ikut menjaga Risha Ray, dia tanggung jawab kamu mulai sekarang" ucap Pak Bagas memberitahu Rayhan.
"Kok aku Pah? Kita nikah aja belum" protes Rayhan kepada papanya.
"Tapi kan nanti jadi istri kamu juga. Kamu juga harus baik sama Risha" ucap sang papa tak bisa dibantah
Rayhan hanya manggut-manggut tak bisa berkata apa-apa lagi. Nasi sudah menjadi bubur, ucapan pria harus bisa dibuktikan. Maka tugas Rayhan mulai saat ini adalah paling tidak ia bisa menjaga Risha. Rayhan kalah telak kali ini dengan sang papa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
❤ yüñdâ ❤
nerus lg bacanya 🙈🙈🙈
2021-05-24
1
🌷Srie❤💋🍆
lama" bucin lo rey
2021-03-28
1
.👄.
nnt kl rayhan jd nikah sm icha...artinya rayhan nikahin org gila ya🤣🤣🤣...mampooooossss
2021-03-12
1