“Aku...mau pulang, tapi kakiku telanjang tanpa alas apapun. Padahal aku harus melewati hutan berduri itu!”.Ucapnya, sambil menunjuk hutan yang di maksud.
“Benarkah?”Tanya pemuda itu.
“Benar apa?”Vyren bingung dengan pertanyaan itu.
“Benarkah itu hutan berduri?”, sambil melihat ke arah hutan berduri.
“Iya, memangnya kenapa?”Vyren mengerutkan kening.
“Kalau begitu anda tidak perlu meminjam sepatuku!”
Mendengarnya sontak Vyren pun terheran, “Maksudmu?”
Sembari tersenyum ramah pemuda itu pun menjawab kebingungan Vyren, “Tempat yang saya cari˗cari akhirnya kutemukan juga.”
“Lalu?”Vyren masih menunggu penjelasan dari maksud pernyataan pemuda itu.
“Anda naik kuda dengan saya.”jawabnya singkat.
“What do you speak??? Oh tidak!!!” Vyren sambil melambaikan tangan di depan pemuda itu.
“Saya tidak akan macam˗macam dengan anda...” Ucapnya seolah menjanjikan.
Sedikit tertegun Vyren mendengarnya, tapi dia berusaha mengendalikan diri dengan segera.“ Maksudku, aku tidak bisa dengan orang yang belum aku kenal.” jelas Vyren sekenanya.
“Oh iya, maaf...kita belum berkenalan. ”Lalu sembari merunduk tanda perkenalan,“Nadley.” ucapnya, memperkenalkan diri.
Lalu tangannya dia ulurkan. Dan telapak tangannya terbuka.
Vyren membulatkan kedua matanya seketika itu, terkejut. Bukan karena Nadley memperkenalkan diri dengan PD nya, bukan pula karena Nadley begitu cepat memperkenalkan diri, tapi sesaat setelah dia melihat telapak tangan Nadley lah dia terkejut.
Namun dia sesegera mungkin menyembunyikan keterkejutannya. Dia pun menyambut uluran tangan Nadley, untuk menghilangkan kecurigaan tentang dirinya oleh Nadley.
“Vyren.”Jawabnya.
Nadley menyunggingkan senyum, dan setelah itu Nadley langsung mempersilahkan Vyren untuk menaiki kudanya. Dengan mengisyaratkan tangannya, dengan sedikit menundukkan kepala. Seolah mempersilahkan tuannya.
Vyren tersenyum, dan menerima permintaan Nadley untuk menaiki kudanya. Tapi sebenarnya, dalam hati Vyren menyimpan sejuta rahasia yang
tidak ingin ada orang luar yang mengetahui tentang dirinya. Tentang kehidupan dia yang sebenarnya, bukan seperti yang terjadi.
Dalam perjalanan melewati hutan berduri, kuda yang di kendarai berjalan dengan perlahan˗lahan, Nadley pun memulai pembicaraan, mencairkan suasana yang terkesan begitu beku.
“Anda bekerja di kota sebagai kuli bangunan?”, Tanya Nadley tanpa menoleh, dia tetap memandang lurus.
Vyren yang duduk di belakangnya, yang sedang melamun tanpa berpegangan pada lengan baju Nadley itu pun langsung terkejut. Dan tidak sengaja menyentuh pundak Nadley. Membuatnya sontak memekik,
“Ah, maaf! Setelah dia dapat mengendalikan diri, dia pun berkata,“Kau tadi bertanya apa? Maaf aku tidak mendengarnya...”
Dengan sedikit menyunggingkan senyuman,
Nadley pun kembali mengulang pertanyaanya, “Apa anda bekerja sebagai kuli bangunan, di Panem?
Kembali Vyren menunjukkan mimik
keterkejutannya, “Kau mengapa bisa tahu?”
Dan tanpa ragu Nadley menjawab,“ Dari baju
anda yang begitu...” Dia tidak melanjutkan
kata˗katanya, karena dia rasa Vyren pasti memahami tanpa dia berkata lengkap.
Vyren pun tersipu, “Ah iya,” dia baru menyadari bahwa dia masih menenakan baju kuli yang kotor itu.
“Tapi bukankah jauh sekali?” Nadley
melayangkan satu pertanyaan lagi yang dia gunakan hanya sekedar basa˗basi karena sejatinya dia tahu tak begitu penting menanyakan hal itu pada Vyren.
“Iya.. tapi aku berangkat dari sebelum fajar mengintip dari ufuk timur….” jawab Vyren
sekenanya.
“Setiap hari?”
“He˗eh”
Suasana kembali hening, keduanya terdiam
lagi. Nadley menikmati perjalanannya di hutan
berduri. Dia menelisik ke dedaunan dan pepohonan yang penuh dengan duri. Dia sedikit terkagum melihatnya. Baru pertama kali dia berkelana di tempat seperti itu. Dan baru pertama kali juga dia membawa seorang wanita menunggangi kudanya bersama˗sama dengannya.
Sedangkan Vyren terus melayangkan
pikirannya, dalam hatinya ada perasaan aneh yang mengerubung, selama dia bertemu Nadley sekaligus bersama˗sama dengan Nadley.
Padahal bukan baru pertama kali dia bertemu
dengan orang asing, dan bukan pertama kali juga dia di antarkan pulang dengan orang asing, hal itu telah terlampau sering baginya.
Namun kini dia tak merasa seperti itu, dia
diliputi oleh tanda tanya besar, Karena dia tak
merasa asing dengan Nadley. Terlebih setelah dia
melihat telapak tangan Nadley, membuatnya semakin yakin bahwa inilah musuh terberatnya.
Vyren melihat ada lima titik bersinar dari telapak tangan Nadley saat tadi dia bekenalan dengan Nadley. Dan saat dia menerima uluran tangan itu, tubuhnya terasa bergetar. Dan jantungnya berdegup begitu kencang.
Nadley tiba˗tiba berhenti, kedua matanya
menatap lurus,“Apa itu rumah anda?”tanya Nadley, dengan masih menelisik ke arah rumah yang dia maksud.
.
.
.
✍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Nurul Komaria
lanjut ke besok lagi
2024-12-03
0
anggita
like vyren
2021-03-13
1