22.23

22.23

Arion?

Decapan bibir itu menggema di sebuah kamar laki-laki yang bisa dibilang mewah, nyaman dengan desain scandinavian membuat sepasang anak manusia itu tak ingin terburu-buru menghentikan aktivitas yang memacu adrenalin mereka.

Suasana sore yang ditemani rintik hujan seolah-olah menambah kesempurnaan kenikmatan surga dunia yang kini mereka rasakan. Bahkan desahan dan erangan keduanya sangat nyaring terdengar sampai di balik pintu kamar yang berwarna putih, biru pucat, abu, hitam dan pastel sebagai warna sekunder itu.

"Gino, kapan kamu putuskan dia?" bisik wanita itu seraya menggigiti bibir bawahnya, menahan hentakan demi hentakan yang diberikan pemilik kamar yang bernama Gino.

"Tenanglah! Aku masih memikirkan alasannya."

"Kenapa kamu tidak jujur, kalau tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh seperti ini?" Wanita itu memejamkan matanya dan mengangkat dagunya. Dadanya kembang kempis, napasnya pun mulai terengah-engah.

Hingga akhirnya lelaki pemilik kamar menghentakkan semakin dalam, melepaskan seluruh rasa yang tertahan dan menenggelamkan wajahnya di dada wanita itu.

Tak lama kemudian Gino mengangkat kepala dan menatapnya, "Itu pasti terlalu sadis untuknya, beri ide yang lebih ringan untuk sebuah akhir hubungan!" Wanita itu hanya mengerutkan dahinya kemudian mereka tertawa sengit bersama. Sungguh kejam.

Hei lihat! Di balik pintu ada seorang wanita yang diam-diam menyaksikan hubungan terlarang mereka.

Wanita itu menahan isak tangis menutupi mulutnya dengan salah satu tangannya dan tangan yang satunya memegangi dadanya yang terasa sesak. Sesekali dia menengok ke arah kamar yang pintunya sedikit terbuka.

Hatinya berdarah-darah, oksigen rasanya semakin sulit dihirup. Tidak, dia sepertinya sudah tidak kuat untuk menahannya. Wanita itu menangis tersedu-sedu berlari ke luar dari rumah yang kini masih berstatus pacarnya itu.

Pinky Arkananta seorang gadis yang kini usianya dua puluh tiga tahun, berkulit putih, hidung mancung dengan rambut lurus panjang yang membuat orang pun akan tersenyum melihat kecantikannya.

Dia menjalin hubungan pacaran dengan Gino selama dua tahun ini. Pinky yang sering sibuk dengan bisnis restorannya di luar kota membuat laki-laki itu tak bisa menikmati hubungan bersamanya dan lebih memilih menduakannya.

Dia berniat ingin memberi kejutan karena kepergiannya selama tiga minggu yang lalu. Namun, kedatangannya malah berujung kesakitan di hati yang luar biasa.

Wanita itu masih terus berlari di trotoar yang sepi karena derasnya air hujan yang sekarang jatuh membanjiri. Derasnya pun sama dengan deras air matanya.

Dia berhenti sejenak karena kelelahan kemudian menyapu air mata itu dan berteriak, "Ku kutuk kalian berdua menjadi batu!"

Duuuuuaaaaarr

"Astaga."

Suara petir menyambar seolah kutukan itu dikabulkan oleh Tuhan.

Wanita itu anehnya juga ikut ketakutan dan kesulitan menelan salivanya. Jantungnya terhenti berdetak mendengar suara petasan raksasa menggelegar. Kepalanya menatap ke langit yang gelap.

Dia melihat ada sebuah halte bus dan berlari mencoba berlindung disana. Sepi, jalanan begitu sepi kali ini. Hanya ada satu, dua mobil yang melintas.

Wanita cantik itu merogoh saku celananya kemudian mengambil ponselnya. Oh tidak, ponselnya pastilah basah.

Dia menghelakan napas kasar. Menunduk dan terdiam ditemani banyaknya tetesan air hujan yang tersisa di rambutnya yang panjang.

"Papa ... jemput aku!" ucapnya lirih.

Kepalanya diangkat, dia sudah tak tahan dengan dinginnya air hujan. Menggosok-gosokan kedua telapak tangannya mencari kehangatan.

Dilihatnya sebuah motor sport hitam yang pemiliknya sedang sibuk melepas jas hujan sedang ikut berteduh di halte tepat dia berlindung sekarang. Laki-laki itu mengambil ponsel dari saku celananya.

"Halo Ma ...." Dia berteriak.

Pinky pun mulai mendekati dan berusaha meminjam ponsel untuk menelepon Papanya. Dia terdiam menunggu dibelakang punggung laki-laki itu sampai dia selesai telepon.

Laki-laki itu memutar tubuhnya. "Woi ...." Dia terlonjak kaget.

Pinky tersenyum padanya. "Boleh aku pinjam ponselmu untuk menelepon Papaku? Ponselku basah, aku terjebak disini." Dia memperlihatkan dan menggoyang-goyangkan ponselnya di depan laki-laki itu.

Laki-laki itu tersenyum. Oh manis, sungguh manis sekali.

"Nih ...." Dia memberikan ponselnya.

Pinky beberapa kali menelepon Papanya namun tak diangkat. Dia menggigiti bibir bawahnya, cemas dan sesekali menatap laki-laki di depannya yang sedang menunggu ponsel yang dipengangnya.

"Eem ... gak diangkat." Dia menunduk dan memberikannya pada laki-laki itu.

"Rumahmu dimana? Mau aku antar pulang?"

"Sekitar tiga kilometer dari sini."

"Oke, ayo! Pakailah jas hujanku!"

Pinky terdiam menatapnya. Laki-laki itu melirik dan memberinya senyum.

Dia mengulurkan tangannya, "Oh iya, kenalin aku Arion!"

"Arion?" tanyanya dengan nada suara sedikit ditekan.

Terpopuler

Comments

Dita Suriani

Dita Suriani

halo kakak aku datang nih

2024-03-17

0

Anindya Hamdan Syabani

Anindya Hamdan Syabani

sambil nunggu babang shaka aku mampir kesini,makasih ya thor udah bikin karya2 yg bagus,ttp semangat ya thor semoga author okta ttp sehat

2021-12-01

0

Ririn Satkwantono

Ririn Satkwantono

mmpir.... nih aq thor.... ni br smpt bc....

2021-07-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!