Eps. 2

Setelah selesai dari kamar mandi, Salwa pun membawa koper-koper miliknya satu persatu masuk ke dalam kamar yang tadi ditunjukkan oleh Arga untuknya. Mengapa kamar mereka terpisah? Tentu saja, karena Salwa dan Arga bukanlah pasangan pengantin baru pada umumnya yang akan menghabiskan malam pertama mereka dikamar yang sama. Mengingat mereka menikah bukan karena saling mencintai melainkan karena sebuah janji yang telah mereka sepakati dihadapan mendiang Salma.

Salwa langsung membongkar isi koper-koper miliknya itu untuk dipindahkan ke kamarnya saat ini. Setelah selesai memindahkan pakaiannya, kini giliran benda-benda pajangan pribadi Salwa yang ia keluarkan dari kopernya. Dan sontak saja, mata Salwa langsung berubah sendu saat ia membalik sebuah pigura yang mana terpampang foto dirinya dan sang kakak Salma yang kini telah pergi untuk selamanya. Salwa mengusap lembut foto di pigura itu, dipandanginya foto dirinya dengan sang kakak dengan mata bekaca-kaca. "Seandainya waktu itu kakak nggak jemput aku... mungkin sampai detik ini kita masih bisa foto kaya gini lagi kak..." Salwa tak kuasa menitikan air mata, ia mendekap pigura tersebut dipeluknya sambil mengingat kejadian terkhir kali dirinya bersama Salma sekitar tiga minggu yang lalu.

*Flashback On

Hari itu Salwa yang baru saja tiba di bandara setelah pulang dari studynya. Ia dijemput oleh kakak tercintanya Salma. Melihat sang kakak yang sepertinya sudah menunggunya sejak tadi. Salwa yang masih membawa banyak koper pun tak kuasa menahan senyum manisnya, ia berlari dengan ekspresi bahagia menghampiri sang kakak dan langsung memeluknya. "Kak Salma, aku kangen banget sama Kakak." Salwa memeluk erat Salma yang hari ini tampak cantik mengenakan blouse berwarna navy dipadukan celana putih.

"Ciee... ada yang kangen kakaknya, biasanya nggak suka kalau kakaknya meluk-meluk," balas Salma yang juga sebenarnya sudah rindu sekali dengan adiknya yang cerewet namun sangat manis itu. Maklum saja, beberapa minggu setelah Salwa diwisuda, ia masih belum bisa langsung pulang ke rumah. Karena Salwa masih harus menetap diluar kota sementara, hingga segala urusan administrasi kelulusan dikampusnya selesai diurus. Sampai akhirnya hari ini Salwa kembali pulang ke Jakarta, dan memutuskan untuk bekerja dan berkarir di ibukota.

"Duh Kak, aku masih jet leg... gimana kalau kita langsung balik ke rumah yuk...! Aku udah kangen banget juga sama papa dan mama..!" Seru Salwa yang tidak sabar untuk segera kembali ke rumah yang sudah lama ia tinggal itu.

"Uluh-uluh kasian adikku, oke deh kita pulang...!"

~~

Setelah semua koper-koper Salwa diangkut ke dalam bagasi mobil. Akhirnya Salma dan Salwa pun pulang menaiki mobil yang dikendarai sendiri oleh Salma. Diperjalanan sepasang kakak beradik ini terlihat sangat bahagia, keduanya pun tampak saling melempar tawa dengan begitu lepas. Sayangnya.. diperjalanan menuju pulang, Salwa dan Salma harus terhenti ditengah jalan dikarenakan di depan mereka ternyata ada kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, sehingga mengganggu jalannya lalu lintas. "Di depan ada apa sih?" Ujar Salwa yang tidak bisa melihat apa-apa karena pandangan mereka sudah tertutup oleh pengendara lain di depan mereka yang juga terhenti.

"Paling kecelakaan lalu lintas, biasa kan kalau yang kayak begitu bikin macet!" Tegas Salma yang sebenarnya sudah mulai terganggu dengan bisingnya suara-suara klakson kendaraan, yang saling bersautan.

"Terus kita tunggu kelar macetnya nih Kak?" tanya Salwa pada sang kakak yang usianya hanya terpaut dua tahun lebih tua darinya itu.

"Nggak, nggak! Mending kita puter haluan lewat jalan lain aja! Mumpung kita juga masih belum kejebak ditengah-tengah kendaraan lain, mending sekarang puter arah aja deh, daripada harus kejebak berjam-jam disini males banget," ucap Salma yang kemudian langsung memutar setir kemudinya, dan bererbalik mencari jalan pulang lain.

~~

Salma memutar dan mencari jalan lain. Salma tampak ngebut mengendari mobilnya. Salwa yang terlihat tidak suka dengan hal itu pun memarahi sang kakak, "Kak Salma, please deh nggak usah ngebut-ngebut! Kita nggak lagi dikejar-kejar satpol pp you know...!"

Dan dengan santai Salma pun menjawab, "Iya adikku yang bawel, ini ngebut kan juga karena jalanannya sepi aja. Kalau nggak sepi juga kan enggー"

"Ya Tuhan Kak Salma!" Salwa tiba-tiba berteriak, dan beberapa saat kemudian kembali berteriak degan histeris. "Kak Salma awas...!" Dan kecelakaan pun tak bisa terelakan, mobil Salma menabrak pembatas Jalan dengan sangat keras hingga keduanya tak sadarkan diri.

~

Setelah hampir dua jam, akhirnya Salwa yang pingsan pun sadarkan diri. Ia membuka matanya, kepalanya merasa sangat pusing, dahi disebelah kirinya pun ikut diperban, ditambah seluruh badannya terasa sangat ngilu. Salwa melihat ke arah sosok Rania yang ada di dekatnya yang kini tengah membelakangi dirinya. Rania yang adalah mama Salwa terlihat sedang menelepon seseorang. Dan dari suaranya, Salwa dapat merasakan suara ibunya seperti bergetar ketakutan.

"M- Mah...," ucap Salwa dengan suara yang terdengar parau.

Rania pun langsung menoleh ke arah putrinya yang ternyata sudah sadarkan diri. "Kamu udah sadar nak...?" ucap Rania dengan mata yang berlinang air mata. Rania pun langsung memeluk sang putri yang baru saja sadar. "Ma- mama? Mama kenapa, kok nangis...? Kak Salma gimana Ma? Dia baik-baik aja kan?"

Rania tidak bisa menahan rasa sedihnya di hadapan Salwa. Ia pun menceritakan kepada Salwa perihal keadaan sang kakak yang saat ini kritis dan berada di ruang ICU. Tak kuasa mendengarnya, Salwa pun ikut meneteskan air mata. "Ma... Salwa mau ke ruangan kak Salma," ujar Salwa bersamaan dengan isak tangisnya. Sebenarnya Salwa belum boleh banyak bergerak, namun melihat putrinya yang sepertinya ingin sekali tau keadaan kakaknya, Rania sebagai ibu pun tak bisa menolaknya, dan ia pun setuju membawa putrinya itu ke ruangan Salma.

~~

Salwa yang didorong dengan kursi roda oleh sang mama pun tiba di depan ruang ICU. Disana terlihat sosok Ramdani Adnan, yang tidak lain adalah suami Ranai dan tentunya ayah Salma dan Salwa. Ramdani yang melihat kedatangan istri dan putrinya pun langsung menghampiri Salwa dan membelai rambutnya. "Kamu sudah sadar sayang?" Tanya Ramdan pada putrinya yang terlihat pucat.

"Salwa nggak apa-apa kok Pa..., Papa nggak perlu khawatirin Salwa."

"Syukurlah kamu baik-baik saja," ucap Ramdani sambil membelai wajah Salwa dengan kedua tangannya. Ramdani tampak sangat bersyukur Salwa sudah sadar, namun raut wajahnya jelas masih menyiratkan suatu kesedihan dan ketakutan.

"Pa... kak Salma gimana...?"

"Kak Salma..." Ramdani pun menceritakan keadaan terkini putri pertamanya itu pada istri dan putri bungsunya.

"Jadi kak Salma sejak tadi masih belum sadarkan diri dan masih kritis?" Mendengar hal itu, Salwa seolah tidak bisa menerimanya, napasnya seperti terasa sesak. Begitupun Rania, sebagai seorang ibu dirinya kini merasa sangat terpukul dengan keadaan Salma yang hingga kini masih dalam penanganan dokter. Meski begitu, Ramdani sebagai seorang kepala rumah tangga pun harus menguatkan istri dan anaknya. Ia pun mengajak Rania dan Salwa untuk saling menguatkan dan berdoa untuk kesembuhan Salma.

Beberapa saat setelah Salwa dan kedua orang tuanya saling menguatkan, munculah seorang pemuda tampan yang mengenakan t-shirt putih polos dengan outer blazer berwarna gelap. Ia datang menghampiri Ramdani dengan tergesa-gesa. "Om, gimana keadaan Salma om?" Ujar pemuda yang tidak lain adalah Arganata Yudhistira (Arga) yang merupakan kekasih Salma yang sudah dipacarinya hampir dua tahun dan berencana akan segera menikah. Ramdani pun menepuk pemuda itu dan berkata, "Salma masih ditangani dokter di dalam, om minta kamu doain Salma ya..." Sebagai seorang kekasih tentunya Arga tidak bisa begitu saja tenang, ia tampak cemas sekali. Hal itu terlihat dari tingkah Arga yang sejak datang tadi belum duduk dan malah terus saja mondar-mandir.

Akhirnya setelah berjam-jam menunggu, tiba-tiba pintu ruangan dibuka. Dokter dan beberapa perawat yang menangani Salma pun keluar.

"Bagaimana keadaan putri saya dokter?" ujar Rania yang sudah tak bisa membendung rasa ingin tahu keadaan putrinya saat ini. Tiba-tiba dokter meminta seluruh keluarga Salma berkumpul, dan setelah berkumpul dokter tidak menjelaskan keadaan Salma. Dokter justru meminta kedua orang tua Salma untuk ikut masuk ke ruangan menemui Salma.

"Saya boleh masuk juga kan dokter!" ujar Salwa yang masih duduk dikursi roda.

"Saya juga harus ikut dokter!" Sahut Arga yang juga ingin sekali masuk, menemui sang kekasih. Sayangnya dokter hanya meminta kedua orang tua Salma yang masuk, alhasil Salwa dan Arga pun mau tak mau harus menunggu diluar.

Saat kedua orang tuanya masuk melihat Salma. Diluar Salwa hanya bisa menunggu sambil terus memanjatkan doa untuk sang kakak agar segara membaik, begitupun Arga yang hanya bisa bersandar sambil menundukan kepala di dinding rumah sakit, dengan tangan yang disilangkan di perut. Baik Salwa dan Arga sama sekali tidak berbicara satu sama lain. Maklum saja, meski mengetahui kalau Arga adalah pacar kakaknya, Salwa baru dua kali bertemu langsung dengan Arga, yang salah satunya di acara wisuda dirinya sebulan yang lalu.

Dan setelah beberapa saat menunggu, akhirnya kedua orang tua Salwa dan Salma keluar ruangan. Dengan mata sayu Rania dan Ramdani langsung meminta Salwa dan Arga untuk masuk menemui Salma di dalam ruangan. Tanpa banyak kata, Arga dan Salwa pun langsung bergegas memasuki ruangan.

~~

Setibanya di dalam, mata Salwa langsung berlinang air mata. Ia melihat keadaan kakaknya yang kini seperti tidak berdaya. Tubuh Salma dipenuhi alat-alat medis yang Salwa sendiri tidak tahu persis apa kegunaan alat-alat tersebut. Salma yang terbujur lemah tiba-tiba mengangkat tangannya ke arah Salwa tanda meminta agar adiknya mendekat. Salwa pun mendekat ke tempat tidur Salma dan menggenggam tangan sang kakak. "Aku disini Kak...," ucap Salwa sambil menangis tak tega melihat keadaan sang kakak yang kritis. Setelah memanggil Salwa, Salma pun meminta Arga sang kekasih yang sangat amat dicintainya itu mendekat ke arahnya juga. Arga menggengam satu tangan Salma lalu menciumnya... "Aku disini sayang...kamu pasti akan baik-baik aja."

Salma yang terbaring lemah bergantian menatap adik dan kekasihnya itu. Dengan sekuat tenaga Salma membuka mulutnya dan mulai bersuara, "Salwa... "

"Iya Kak, Kakak jangan banyak bicara dulu."

Salma menarik napas. "Arga..."

"Iya sayang, kamu mau apa?" Arga menggenggam tangan Salma sambil menahan air matanya namun gagal.

"Kamu nggak cocok nangis...," canda Salma pada Arga dengan suaranya yang terdengar begitu lemah. Sekali lagi Salma menarik napas dan berkata, "Mama... Papa... adikku Salwa, dan kamu Argaku sayang..."

"Iya..." Semuanya khawatir melihat Salma yang seperti menahan kesakitan.

"Nak, jangan paksakan diri kamu," lirih Rania tidak tega melihat Salma.

"Boleh nggak aku minta kalian buat janji satu hal," Salma menatap Salwa dan Arga bergantian.

"Janji apa kak, Salwa akan tepatin apapun yang kakak minta."

"Kamu mau aku janji apa Salma?" tutur Arga dengan lembut.

Salma meraih tangan Salwa dan Arga, keduanya pun bertanya-tanya dalam hati, merasa aneh dengan apa yang dilakukan oleh Salma.

"Ini maksudnya apa kak?" Tanya Salwa melihat tangan kanannya disatukan dengan tangan milik Arga. Salma menarik napas perlahan, "Aku... mau kalian janji sama aku, ka- kalau setelah aku pe- pergi."

"Kakak bicara apa sih!" Ujar Salwa diikuti isak tangisnya.

"Aku mau kamu selaku adikku menikah sama Arga."

Dan semua yang ada di ruangan pun tegang dan kaget mendengar perkataan Salma. Bagaimana bisa Salma bicara seperti itu, terlebih bagaimana bisa Salwa dan Arga yang baru bertemu beberapa kali harus menikah.

Namun, keadaan Salma yang semakin kritis, pada akhirnya dengan amat sangat berat hati, baik Arga maupun Salwa mengiyakan permintaan terakhir Salma sesaat sebelum akhirnya Salma menghembuskan napas terakhirnya.

*Flashback off

Salwa meletakan pigura tersebut diatas nakas, dipandanginya foto dirinya dan Salma sambil menghapus air matanya. "Aku tahu ini bakal teramat sulit buat aku. Tapi setidaknya aku udah penuhi janji aku sama kakak untuk menikah sama Arga. Dan untuk kedepannya, aku akan berusaha sebaik mungkin menjalani pernikahan ini, walau aku tau kedepannya semua ini pasti nggak akan mudah buat aku ataupun Arga." Salwa menarik napas mengeluarkannya lalu, "Kak Salma... aku janji, aku akan coba tebus semua rasa bersalahku semampu aku. Aku sayang... banget sama kakak." Salwa pun tersenyum kecil.

Rasanya mungkin sulit tapi aku tahu semua ini harus tetap dijalani

Doaku sejak awal menyetujui pernikahan ini tetap sama, aku hanya ingin berusaha memenuhi apa yang diinginkan oleh mendiang kak Salma.

🌹🌹🌹

Jangan lupa Like, Comment, Votenya gais

Baca Novelku yang lain juga ya judulnya :

>>LOVE PETAL FALLS (udah tamat)

Logais

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!