Reinvent Of Love
Hari ini aku melihat diriku sendiri didepan cermin yang tertera dihadapanku, aku menatap wajahku yang sudah dirias dengan sedemikian rupa. Mereka yang datang melihatku pun bergantian melontarkan kalimat pujian tentang, betapa memesonanya diriku dengan riasan pengantin sederhana yang kini menghiasi wajahku. Dengan model rambut yang sudah digelung rapi dan aksesoris bunga mawar putih yang menempel dirambut hitamku, mereka bilang aku sangat cantik layaknya putri.
Seketika Ibuku pun datang untuk melihatku yang sudah selesai didandani. Ia datang dan langsung meletakkan kedua tangannya dikedua pundakku, sambil menatap diriku lewat cermin ia berkata, "Kamu benar-benar cantik sekali sayang..." Sebuah pujian yang aku rasa akan dilontarkan oleh seluruh ibu di dunia saat melihat sang putri dihari spesialnya.
Ya, hari ini adalah hari dimana aku akan melangsungkan pernikahan dengan calon suamiku. Apa yang ada dibenak kalian? Pasti kalian berpikir diriku tengah merasa begitu berbunga-bunga hatinya bukan...? Ya seharusnya memang begitu, sayangnya... hal itu tidak berlaku untukku. Lalu bagaimana sebenarnya perasaanku saat ini?
Tentunya bukan rasa bahagia seperti layaknya mempelai perempuan lain rasakan menjelang pernikahan mereka. Sesungguhnya pernikahan ini terjadi bukan karena kehendak diriku, ataupun calon suamiku. Pernikahan ini terjadi sejatinya hanyalah karen sebuah penebusan dosa atas rasa bersalah yang aku rasakan hingga detik ini. Aku bersedia menikah dengan seorang pria, karena satu janji yang terlanjur aku sepakati dalam sebuah ikatan suci yang harus aku penuhi.
Dan waktunya pun akhirnya tiba. Mama begitu aku menyebut sosok perempuan yang bernama Rania, perempuan yang telah melahirkanku. Ia mengatakan jika proses pernikahanku akan segera dimulai. Dengan senyum tipis yang kubuat-buat, aku pun bangkit dari kursi tempatku dirias. Aku memegangi kebaya putih modern yang sangat pas ditubuhku, kemudian aku melangkah pergi untuk menapaki ruangan tempat dimana prosesi pernikahanku akan dihelat.
~~
Aku pun memasuki ruangan. Dari arahku datang aku bisa melihat sosok papa ada disana... ia tampak melihat ke arah kedatangannku seraya menyambutku dengan senyumnya lalu mengangguk seolah memberi kekuatan padaku hari ini. Aku tahu papa sebenarnya paham betul bagaimana persaanku saat ini. Tapi aku bertekad untuk berusaha terlihat sangat baik-baik saja agar tidak membuatnya merasa berat hati dengan pernikahan ini.
Aku hanya bisa tersenyum membalas senyuman papa, sambil terus berjalan menghampiri tempat dimana laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suamiku itu berada. Aku tidak tahu apa yang ada dipikiran laki-laki itu saat ini, apakah sama dengaku? Mungkin!
Tapi satu hal yang aku pikir aku dan dia sama-sama rasakan, Ya! Kami sama-sama merasa terjebak dalam satu ikatan janji yang nyatanya memang telah kami sanggupi di hadapan almarhum kakakku yang bernama Salma Natania Adnan. Dan hari ini... aku Salwa Natasha Adnan akan melaksanakan janjiku pada mendiang kakakku, yaitu menikah dengan Arganata Yudhistira yang tidak lain adalah kekasih almarhum kakakku sendiri.
Salwa akhirnya duduk berdampingan disebelah Arga. Disebelah laki-laki yang bisa dibilang tampan bak don juan itu. Salwa sebenarnya sama sekali tidak memperhatikan Arga. Jangankan memperhatikan Arga, Salwa bahkan sama sekali tidak melirik ke arah calon suaminya itu. Karena yang ada dipikiran Salwa saat ini hanyalah, berharap semua prosesi ini segera usai. *Dan bagaimana dengan Arga*? Raut wajah laki-laki itu tampak tenang, datar, dan nyaris tidak bisa tertebak seperti apa perasaan dan pikirannya saat ini. Tapi sepertinya tidak berbeda dengan Salwa, bagi Arga mempercepat segala prosesi pernikahan ini adalah hal yang terbaik yang ingin ia lakukan.
~~
Akhirnya prosesi pernikahanpun dimulai, semua yang hadir tampak sudah tenang dan serius menjalani proses pengikatan janji. Hingga akhirnya terdengarlah lantunan ucapan sakral yang dilontarkan oleh Arga dengan satu tarikan napas. Pada akhirnya janji di hadapan Tuhan dan kedua orang tua Salwa pun telah diucapakan oleh Arga dengan sangat baik dan lancar. Kini Salwa pun sah menjadi istri dari Arga, laki-laki yang sesungguhnya baru ia jumpai beberapa kali dalam hidup Salwa.
~~
Setelah semua prosesi pernikahan dan acara jamuan kecil dilaksanakan. Tiba waktunya Salwa pamit ke kedua orang tuanya untuk diboyong oleh Arga ketempat tinggal mereka pasca menikah. Tangis haru kedua orang tua Salwa pun pecah, Rania yang sebenarnya belum siap terpisah lagi dari putrinya yang padahal baru saja pulang dari studynya diluar kota, nyatanya kini ia harus menerima karena kembali terpisah lagi dengan Salwa. Akan tetapi sebagai seorang ibu, Rania pun sadar jika kini putrinya bukan lagi sepenuhnya miliknya lagi, melainkan milik suaminya.
Salwa memeluk sang bunda dengan mata yang sudah berurai air mata. "Mama... maafin Salwa ya, maafin karena janji Salwa yang pernah bilang, kalau Salwa mau *quality time* sama mama setelah kuliah Salwa selesai, ternyata malah gagal Salwa penuhin."
"Nggak apa-apa sayang, mama paham kok!" Rania menarik dirinya dan melihat ke arah sang putri yang tengah menangis. Disekanya air mata Salwa lalu diikuti dengan ujaran pesan, "Kamu baik-baik ya... nurut sama suami kamu. Dan satu pesan mama, dalam pernikahan jangan mudah untuk bilang pergi dari rumah kalau lagi ada masalah. Paham nak?"
Salwa mengangguk, "Iya Ma, Salwa akan inget selalu pesan Mama."
Setelah itu, Salwa bergantian memeluk Ramdani Adnan sang ayah tercinta. Ia menangis memeluk papa yang sangat dikaguminya itu. Ramdani tentu saja ikut larut dalam momen emosional saat itu. Karena selayaknya ayah pada umumnya, Ramdani pun tentunya merasa berat hati karena ia harus mau tak mau menyerahkan putri bungsunya itu kepada laki-laki yang sudah terpilih menjadi suami Salwa, terlebih Ramdani seperti masih tak menyangka karena tiba-tiba harus menyerahkan putrinya kepada Arga. Tapi bagaimanapun itu, Ramdan harus menerima semua takdir yang sudah terjadi. Salma putri sulungnya telah tiada, dan kini ia pun harus ikhlas untuk melepaskan Salwa yang kini telah resmi menjadi milik suaminya.
"Papa jaga kesehatan ya..., Salwa sayang sekali sama papa," lirih Salwa dalam isak tangisnya sambil memeluk Ramdani. Sang ayahpun langsung mengusap kepala Salwa dan mengecup rambut sang putri. "Pasti nak..., kamu juga jaga kesehatan ya. Kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk bilang ke papa ya nak." Tangis Salwa pun semakin tak terbendung mendengar sang ayah berkata demikian. Bagi Salwa papanya adalah cinta pertamanya. Laki-laki pertama yang telah mencintai dan memberinya kasih sayang paling tulus sejak pertama kali dirinya dilahirkan kedunia.
Disisi lain Arga yang berdiri di dekat Salwa tampak mengangkat pergelangan tangannya. Ia menatap pada jam arloji mewah miliknya. "Udah jam segini, waktunya kita pergi," ujar Arga dengan ekspresi datar. Menyadari hal itu, Salwa pun menghapus air matanya dan mencium tangan kedua orang tuanya. "Ma... Pa... Salwa pulang dulu ya," ucap Salwa sebelum akhirnya memasuki mobil yang akan membawanya ke kediaman barunya bersama Arga. Tak lupa Arga yang kini resmi menjadi menantu Rania dan Ramdani pun pamit pada kedua mertuanya itu.
"Mm... Arga!" Arga yang baru saja melangkah tak pelak akhirnya harus terhenti karena dipanggil oleh sang ayah mertua. "Ya Pa, ada apa?" Ramdani menghampiri Arga kemudian menepuk pundak menantunya itu. "Papa titip Salwa sama kamu, tolong jaga dia dan sayangi dia ya..."
Mendengar ucapan sang ayah mertua sejenak Arga pun hanya diam saja, sampai akhirnya ia mengangguk dan tersenyum hambar. "Aku sama Salwa pamit ya Pa, Ma..."
"Iya nak, hati-hati ya, tolong jaga Salwa ya Arga..."ucap Rania yang matanya masih tipis-tipis mengeluarkan air mata melepas sang putri kesayangannya yang kini sudah resmi menjadi istri dari seorang Arga.
~~
Arga dan Salwa, akhirnya tiba di sebuah apartemen mewah yang letaknya strategis di pusat kota. Apartemen milik Arga itu memang tempat yang biasa ditinggali Arga selama ini. Setelah selesai mengangkut koper-koper Salwa, mang Dirman selaku supir Arga pun pamit, "Pak Arga, saya sudah selesai..., kalau gitu saya teh boleh pamit pulang dulu nggak?"
Arga menghela napas, " *Mamang* udah boleh pulang! Tapi tolong mobil yang tadi biar taruh disini aja, soalnya besok saya mau pake!"
"Siap Pak, kalau begitu *punten* saya pamit dulu ya Pak, mbak Salwa... permisi," ucap Mang Dirman dengan sopan kemudian pergi meninggalkan Arga dan Salwa.
Salwa yang masih sibuk memperhatikan sekeliling ruanganpun tiba-tiba mendadak ingin buang air kecil. Dirinya yang tidak tahu dimana letak kamar mandi pun berniat untuk bertanya pada Arga. "Um... Arga itu kalau boー"
"Kamar lo yang itu," Dengan suara beratnya yang bernada datar, Arga menunjuk pada sebuah kamar di sebelah kanan Salwa, yang membuat Salwa ikut menoleh ke arah dimana kamar itu berada.
"Oke, tapi sebenernya gueー"
"Kalau dapur ada disebelah sana, ruang makan deket dapur, kalau mau nonton TV lo tinggal keruang tengah aja. Nah kalau lu mu fitness atau yang lain dilantai bawah juga ada banyaー"
"Oke *stop*!" Salwa yang ucapannya sejak tadi terus dipotong oleh Argapun akhirnya langsung menyela Arga yang sejak tadi terus bicara. Salwa yang masih mengenakan kebaya tampak menghimpit rapat kedua kakinya guna menahan rasa kebelet buang air kecilnya. Melihat gesture Salwa, Arga pun mengerutkan dahinya.
"Lo itu..."
"Iya, iya... gue cuma mau nanya toilet, kamar mandi, atau apapun namanya itu ada dimana?"
Baru sadar kalau ternyata Salwa menahan buang air, Arga pun langsung menunjukan letak kamar mandi di apartemennya itu berada.
"*Oke thank you*!" Dengan kilat Salwa pun langsung ngibrit menuju ke kamar mandi. Dan Arga pun juga langsung menuju ke kamarnya.
🌹🌹🌹
Halo... untuk yang sudah membaca terima kasih ya... semoga suka dengan cerita ini. Jangan lupa ya untuk di like, vote, comment dan masukan sebagai bacaan favorite kalian 😘.
**Baca Novelku yang lain juga ya judulnya** :
\>\> **LOVE PETAL FALLS (udah tamat**)
Love -C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Becky D'lafonte
mulai baca, lanjut...
2021-05-06
0
Mami keyffa (ojik)
sepertinya aku suka.... semoga betah di sini....🤗
2021-04-14
2
Neni Abu Triana
enak tata bahasa by lanjut yuuk
2021-04-12
1