Handphone Michael bergetar, dengan cepat ia menjawab telepon.
"Hallo..."
"Hai Prince, udah lama ngak ngumpul bareng. Gimana kalau malam ini kita ngumpul di Domino?"
Michael mengira telepon itu dari Rose, ternyata dari teman kuliahnya. Entah kenapa pemuda itu merasa kecewa, dalam hati ia berharap Rose lah yang menghubunginya.
"Oke, ntar malam aku ke sana." jawab Michael singkat.
Michael bersiap ke kantor, hari ini ada rapat penting dengan klien dari Prancis. Gerry telah menunggu di dalam mobil, dia membawa semua dokumen yang dibutuhkan untuk rapat.
Gerry adalah asisten Michael yang sudah bekerja padanya selama 5 tahun. Gerry melakukan semua pekerjaan dengan sempurna tanpa ada celah, dia adalah lulusan terbaik di Universitas GIO. Universitas GIO merupakan salah satu universitas yang terkenal di kota X.
Michael sampai di kantor, semua mata melirik wajah tampannya. Michael baru saja pindah ke kota X, sebelumnya dia bekerja di cabang perusahaan yang ada di negara Prancis. Dia bekerja sama dengan banyak perusahaan besar di Prancis dan kembali ke kota X untuk menempati posisi CEO yang telah di lepas oleh ayahnya.
Rapat berjalan dengan lancar, mereka menanda-tangani surat perjanjian kerja sama. Michael berjabat tangan dengan klien itu dan mengakhiri rapat yang sudah memakan waktu 2 jam.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.45, Michael menyuruh Gerry untuk mencari restoran yang higienis, maklum saja pria itu sedikit over dengan masalah kebersihan. Dia tidak akan menyentuh makanan yang di anggap tidak higienis.
"Tuan muda, di sekitar sini hanya ada satu restoran yang sesuai standart, apakah anda ingin makan di sana?" ucap Gerry.
"Terserah, yang penting layak di makan." jawab Michael dengan cuek.
Michael melihat layar ponsel, dia teringat dengan Rose yang hingga saat ini belum menghubunginya. Perasaannya menjadi kesal, entah kenapa dia sangat penasaran dengan wanita itu.
Sementara itu, Rose sedang makan siang bersama James. Mereka sedang melakukan tugas kelompok. Karena sudah waktunya makan siang, Rose memilih makan di restoran terdekat.
Sebuah mobil lamborghini berhenti di depan pintu restoran, Michael turun dari mobil itu sementara Gerry melajukan mobilnya menuju parkiran.
Michael masuk ke restoran, matanya berbinar saat melihat Rose yang sedang duduk di samping tembok kaca. Wajah gadis itu terlihat berkilau terkena pantulan sinar matahari.
Michael memilih meja di belakang Rose, dia menguping pembicaraan Rose dengan James.
"Rose, udah dapat?" tanya James sambil mengetik di laptopnya.
"Belum, susah banget sih minta izin buat merekam video di pabrik. Sepertinya mereka takut rahasia perusahaan ke bongkar." jawab Rose dengan wajah kesal.
Gerry masuk ke restoran, dia duduk berhadapan dengan Michael. Gerry yang memang peka dan jenius tentu mengetahui bahwa pria itu sedang menguping pembicaraan Rose dan James.
Kedua orang itu masih membahas masalah mereka, Gerry merasa heran melihat Michael yang tertarik dengan masalah orang lain. Biasanya Michael tidak perduli dengan orang lain apalagi orang yang tidak di kenal.
Michael meminta kertas dan pen dari Gerry, dia memanggil pelayan dan menyerahkan kertas itu. "Tolong berikan kertas ini pada wanita yang duduk di sana." Michael menunjuk Rose, dia melanjutkan ucapannya, "Antarkan ice cream rasa strawberry untuknya. Aku akan membayar tagihan mereka."
"Baik Tuan." jawab pelayan.
Michael dan Gerry keluar dari sana setelah selesai makan, dia membayar tagihan Rose dan Gerry.
"Permisi, ada surat buat anda. Dan ini ice cream yang di pesan oleh orang itu buat mbak." ucap pelayan sembari meletak kertas dan semangkuk ice cream di meja.
Rose mengerutkan keningnya, dia bertanya pada pelayan. "Orang yang mana yah Mas?"
"Cowok ganteng mbak, baru saja orangnya keluar." jawab pelayan.
"Terima Kasih Mas." ucap Rose.
Rose membuka surat itu dan membaca isinya. "Tagihan di meja sudah saya bayar, jangan lupa hubungi saya untuk mengambil sisanya."
"Siapa Rose?" tanya James.
Rose mengingat kartu nama yang diberikan oleh Michael, "Sepertinya pria semalam yang menulis surat ini." benak Rose.
"Mungkin cowok yang semalam." jawab Rose.
"Sumpah... demi apa?" tanya James dengan wajah kagetnya.
"Apaan sih James!" Rose kesal melihat wajah James yang kaget karena Michael.
"Berita langka nih, kalau aku jadi wartawan udah pasti berita ini jadi topik utama." ucap James.
Rose menatap James dengan wajah penasaran, James menjelaskan dengan semangat membara.
"Michael itu terkenal dingin sama semua cewek, malah ada yang bilang kalau dia tuh gay. Nah ini malah kasih surat dan ice cream, trus bayarin makanan. Amazing banget... Mungkin dia suka sama kamu Rose."
Rose menjitak dahi James, dia berkata, "Kalau menghayal tuh jangan ketinggian, entar sakit pas jatuhnya."
"Ya ellah, menghayal aja kagak boleh. Sejak kapan ada peraturan tertulis dilarang menghayal?" James komplain dengan nada kesal.
"Udah ngayalnya? Yuk cuss cari perusahaan lain." ucap Rose kemudian berdiri dari kursinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Tuan Wilson, saya sudah mendapatkan data tentang orang di dalam foto yang anda kirim." ucap seorang detektif.
"Berikan padaku!" Wilson mengambil amplop dari tangan detektif dan membaca laporan di dalamnya.
"Anak panti berani saingan sama Wilson Harris. Cari mati nih orang." benak Wilson.
"Beri pelajaran pada pria yang tidak tahu diri itu! bilang padanya untuk tidak lagi mendekati Rose." perintah Wilson pada salah satu anak buahnya.
"Baik, Tuan muda." jawab seorang pria di samping.
Anak buah Wilson menunggu James dalam sebuah mobil van yang terparkir di depan rumah James. Mereka melihat James turun dari sebuah mobil porsche merah, mereka menculik dan memasukkan James ke dalam mobil van saat melihat mobil porsche telah menjauh.
James di bawa ke sebuah bangunan kosong, dia di ikat dan di pukuli hingga babak belur. Setelah puas memukuli pemuda itu, anak buah Wilson melempar tubuhnya ke jalanan yang sepi.
Rose baru sampai di rumah, dia mengirim pesan online kepada James agar sahabatnya tahu bahwa dia telah sampai di rumah. Memang sudah kebiasaan mereka saling mengirim kabar. Beberapa jam telah berlalu, Rose merasa gelisah karena James tidak membalas pesan.
Rose menelepon James beberapa kali, namun tidak ada yang jawaban. Rose menyambar kunci mobil yang terletak di meja, dia segera menuju ke rumah James. Perasaan Rose menjadi tidak tenang selama di perjalanan, James belum pernah mengabaikan pesan atau telepon dari Rose. Sesibuk apapun dirinya, James akan menjawab telepon dan membalas pesan dari sabahatnya itu.
^^^BERSAMBUNG...^^^
Maacih buat teman-teman yang sudah mampir. Jangan lupa kritik dan sarannya di kolom komen💕 Bantu dukung author dengan Vote dan Like👍 tiap Episode💖
Semoga karya ini bisa menghibur teman-teman semua✌😁✌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Frando Kanan
James ternyata anak panti...tpi lo blg saingan dgn lo? ckckck 🙄...jgn lupa lo ini udh di cap penghianat!
2023-03-09
1
🪱Crystal🪱
yang ke 3
2023-02-08
1
Ritasilviya
lanjut
2021-03-03
2