Dan tanpa ampun sang ayah menjambak rambut Mimin dengan keras membuatnya kesakitan.
"ayah ini minta uang kenapa malah tidak diberi, sekarang dimana uangnya?" pekiknya.
"ayah hentikan ayah kakak kesakitan" sang adik berusaha menolong membuat ayah geram dan mendorong hingga membentur tembok. "duk!!"
"heh bocah kamu diam saja disana" sang ayah menunjuk anak laki-lakinya dengan bengis.
"Key..." teriak Mimin. "dasar ayah jahat tidak bertanggung jawab lebih baik ayah pergi dari rumah sana siapa juga yang mau memberi ayah uang" umpat Mimin sama ayahnya.
Wajah anak laki-laki yang bernama Key merah padam, bukan karena ingin menangis atau apapun melainkan karena marah melihat kelakuan sang ayah yang tidak pernah berubah, bukan tidak pernah lebih tepatnya tidak akan bisa berubah, Key lalu berdiri tegak dengan tangan mengepal erat seakan ingin menghantamkan tinjunya kearah lawan.
"berani kamu sama ayah hah, kalo gak ada ayah kamu gak bakal sebesar ini begini cara balas budimu sama ayah" cerocos ayah ditelinga Mimin sambil menunjuk-nunjuk kepalanya.
Dikamar sang ibu yang mendengarnya hanya bisa menangis karena tak bisa berbuat apa-apa dengan kondisinya yang semakin buruk. Yang bisa dilakukan hanya berdoa dan terus berdoa semoga keterpurukan keluarganya mendapat jalan yang lebih baik didepannya nanti.
Plak plak.. dua tamparan keras mendarat dipipi kanan kiri Mimin.
Brak.....
Sebuah bangku kayu tua juga lapuk mendarat mulus dipunggung sang ayah, Mimin cuma melongo tak percaya dibuatnya sedangkan ayah sendiri diam membeku bagaikan mayat hidup, dia juga tak percaya sama apa yang menimpanya barusan.
Berlahan dia memutar tubuhnya melihat seseorang yang sudah menghantam punggungnya dengan kursi kayu, bocah laki-laki yang selalu menangis saat terjadi keributan juga selalu memohon itu kini berdiri tegak dengan wajah garangnya.
Key Kartadinata nama adik Mimin dia masih sebelas tahun, sebenarnya anaknya cukup tanggap dalam pelajaran sekolah, karena hidup miskin juga keterbatasan dana dia harus putus sekolah dan memilih menjadi penyemir sepatu juga jualan lainnya ditempat pariwisata. Membantu sang kakak mengumpulkan uang untuk biaya berobat ibunya, diam-diam dia menyembunyikan hasil kerjanya tanpa ada yang tahu.
Saat ini dia Key berdiri tegak berhadapan dengan sang ayah, wajahnya berubah dingin, datar juga menyeramkan, dia berubah drastis saking marahnya, kesal, kecewa terutama melihat sang kakak yang selalu dianiaya oleh ayahnya sendiri.
"minggir dasar tak berguna, bukannya mendapat uang malah bikin marah saja" entah takut atau apa sang ayah berjalan keluar begitu saja setelah melihat laki-lakinya seperti itu.
Mimin mendekati adiknya memeluknya mengusap bagian yang sakit terbentur tembok barusan.
"kamu gak apa-apa dik mana yang sakit coba kakak lihat" ucap sang kakak lembut sambil mengelus bagian yang sakit.
"Key gak apa-apa kak, kakak sendiri pipinya bengkak begitu" kata Key mengelus pipi kakaknya yang merah juga bengkak.
"hahaha gak apa setelah diolesi salep juga sembuh ayo kita masak dulu sudah lapar kan perutnya" balas Mimin sambil tertawa berjalan menuju dapur menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.
"tadi itu.... Key..." batin Mimin ragu.
Dibangsal kencono dikamar, Kiran duduk didepan laptopnya yang menyala bersama Sota sekretarisnya. Data-data yang dia inginkan secara rinci sudah berada didepan mata sebenarnya data itu sudah tiba sejak tadi tapi karena terhalang acara valentane jadi dia menundanya untuk melihatnya.
"Mira Minhua berusia 23 tahun putus sekolah saat masih SMA, menjadi tulang punggung keluarga apa saja dia kerjakan demi uang. Sang adik bernama Key Kartadinata berusia 11 tahun putus sekolah juga memilih berkerja membantu kakaknya sebagai penyemir sepatu jualan makanan kecil ditempat liburan. Ayah pemabuk sekaligus penjudi berat sering KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) tak bertanggung jawab, sang ibu sakit tumor dan harus operasi segera" batin Kiran melihat secara rinci.
"jadi dia tidak berbohong ya waktu bilang ibunya sakit" ucapnya lirih lalu tersenyum licik seolah ada sesuatu yang direncanakan.
"Mira Minhua atau Mimin nama yang bagus, dia benar-benar mirip dengan dia" batin Kiran dia menghela nafas berat seakan mengeluarkan bebannya yang sudah menumpuk.
"ternyata didunia ini memang ada ya manusia yang berwajah sama persis" seakan tahu apa yang majikannya keluhkan Sota membalas ucapan Kiran.
"memang tidak bisa dipungkiri tapi semua itu ada nyatanya tuan"
"sepertinya aku harus mempercayai apa itu fakta"
"walau membingungkan mm"
"aku ingin kau melakukan sesuatu untukku Sota"
"soal Mimin"
"mm dia membuatku tertarik"
"tertarik! Anda tertarik padanya karena dia mirip nona" Sota cuma ngebatin tidak berani bersuara.
Cklek...
Suara pintu terbuka Karin masuk dengan lesu dan menunduk berjalan kearah sang kakak, tak mendengar ucapan Aoi yang bertanya padanya, dia menutup map berisi data tentang Mimin dan beralih ke pekerjaan kantornya.
Dia duduk dipangkuan kakaknya begitu saja tanpa bicara apapun meringkuk seperti anak kecil dalam pelukan ibunya berlahan memejamkan matanya.
Sekretaris Aoi hanya diam saja karena pemandangan seperti itu sudah biasa dia lihat, walau Karin gadis, nakal, sadis, plus kejam dia tetap anak gadis pada umumnya, kadang juga ingin bermanja bersama kakaknya.
*****
(KEY KARTADINATA)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments