..."kamu selalu menyuguhkan madu kepada ku ketika aku berkunjung hingga tanpa sadar aku sedang meminum racun yang kau suguhkan pula"...
...Emily Nelson...
Sudah satu minggu Emily memikirkan permintaan Bella untuk menikah dengan Allen. Jika pilihan mengharuskan menjawab iya atau tidak maka sudah lama Emily menjawabnya dengan tidak tapi Emily memilih memikirkan kembali karena adanya amanah dari sang ibu yang harus ia jalankan.
"Emily, sudahlah tidak usah dipikirkan permintaan Bella. " Ucap Robert dengan melihat putrinya yang terlihat sedikit kurusan akibat memikirkan permasalahan ini bahkan penampilannya pun terlihat tidak terawat. Robert pun seperti melihat diri orang lain pada putrinya yang duduk disampingnya saat ini.
"Pa, aku mau ke Jepang dulu". Balas Emily.
Emily mau ke Jepang karena ingin menemui kekasihnya yang sedang kuliah di Jepang. Ia ingin meminta pendapat dari Lee tentang permasalahannya toh Lee juga belum mengerti mengenai masalah yang dihadapi Emily saat ini.
" Silakan. " Jawab Robert
Setelah mendapatkan ijin dari Robert dan melakukan perjalanan hampir 12 jam Emily saat ini sudah menginjakkan kakinya di negara yang mempunyai sebutan negeri matahari terbit.
Emily melihat di sekeliling kota yang menawarkan modernitas dan detak kehidupan perkotaan yang seolah tiada pernah berhenti dengan menggunakan kereta super cepat.
Sebagian orang mungkin akan sedikit canggung begitu pertama tiba dan langsung disambut dengan padatnya kehidupan di kota ini. Namun di kota inilah tren busana terkini, gadget tercanggih, dan gairah perekonomian terus hidup.
Emily melangkahkan kakinya ke Mansion dimana Lee tinggal sekarang. Emily terus mengetuk pintu di depannya namun, tidak ada jawaban atau respon.
"Lee". Panggil Emily dengan mengetuk pintu tanpa henti. Namun, karena dorongan tangan Emily yang cukup kuat membuat pintu yang di depannya membuka.
" Lee". Ucap Emily dengan memasukkan dirinya ke mension Lee dengan ragu-ragu. Langkah Emily terhenti di sebuah ruangan tamu ketika melihat dua orang manusia sedang menikmati nikmat dunia sampai-sampai tidak melihat ada orang yang sedang melihatnya saat ini.
"Lee" Ucap Emily dengan suara lirih dan matanya mengeluarkan air mata.
"Emily". Ditengah panasnya adegan yang mereka lakukan Lee melihat Emily sedang melihatnya dengan menutup mulutnya dan dengan wajah yang di penuhi air mata.
" Emily ".ucap Lee menyudahi kegiatannya dan berusaha menggunakan pakaiannya. Tanpa menjawab panggilan Lee, Emily berusaha melangkahkan kakinya meninggalkan mension Lee yang berasa seperti neraka baginya.
" Emily ". Tangan Emily dicekal oleh Lee yang sedari tadi mengejarnya
" Emily, semua yang kamu lihat tadi adalah.. "
"Penghianatan". Balas Emily dengan menghentakkan tangannya dari genggaman Lee. Emily datang ke Jepang bukan hanya ingin menceritakan semua masalahnya ke Lee, tapi ia juga ingin meminta maaf kepada Lee karena tidak sempat mengantarkan Lee ke bandara. akan tapi sekarang ia malah di sambut Lee dengan adegan yang menghancurkan hati Emily
" Shit.. Kamu terlalu suci untukku yang normal. Bahkan untuk sekedar ciuman saja kamu menolaknya. Kenapa? Hah? Kita ini sedang hidup di zaman bebas tapi pemikiran kamu itu masih kuno. Atau kamu tidak mau melakukannya denganku karena kamu sudah menjajakan nya ke orang lain? Hah?"ucap Lee malah membalikkan fakta setelah dia ketahuan berselingkuh dibelakang Emily
"Katakan kepada siapa kamu telah menjualnya? Bukannya papa mu butuh uang untuk bisnisnya yang bangkrut? " Perkataan Lee membuat dirinya menerima tamparan dari Emily.
"Kita putus! " Hanya kata itu yang mampu Emily katakan ke Lee.
Musim dingin di Jepang membuat suhu udara saat ini turun menjadi 0° celsius seakan ingin menemani hati Emily yang sangat hancur saat ini.Penderitaan Emily sepertinya sangat lengkap menemaninya saat ini. Cinta yang ia jaga selama ini mengkhianatinya tanpa aba-aba sedangkan hatinya masih menaruh harapannya di sana.
" bukankah disini sangat dingin? ". ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba ikut duduk di samping Emily
Emily melihat laki-laki tersebut dengan lekat karena sepertinya ini adalah pertama kalinya ia melihat laki-laki tersebut.
" Lewis ".ucap laki-laki tersebut dengan mengulurkan tangannya seolah mengerti bahwa Emily sedang menanyakan siapa dirinya dalam pikirannya.
Emily tidak merespon semua yang Lewis lakukan saat ini karena hatinya sedang tidak mood.
" patah hati hanya terjadi kepada orang bodoh. " ucap Lewis lagi dengan menghadapkan dirinya kepada sosok perempuan cantik yang terlihat sedih
"oleh karena itu aku tidak mau jadi orang bodoh". ucap Lewis lagi-lagi yang tidak direspon Emily
" apakah kamu sedang menjadi orang bodoh saat ini? ". tanya Lewis yang dibalas anggukan oleh Emily.
"ayolah, hidup gak sesusah itu. "
"hah. jika memang seperti itu maka ajari aku." balas Emily dengan melihat wajah lawan bicaranya. jika memang segampang yang Lewis katakan maka Emily lah yang paling bahagia hidup saat ini, akan tetapi kenyataannya tidak bahkan Emily berencana tidak akan hidup saat ini.
"semua akan mudah jika kamu tidak mengenal cinta untuk itu lupakan semuanya tentang cinta maka kamu akan menikmati hidup ini. " balas Lewis dengan memakaikan mantelnya ke tubuh Emily yang terlihat kedinginan namun tidak ia rasakan.
"ternyata aku sedang berbicara dengan orang bodoh saat ini. " ucap Emily dengan menampilkan senyuman mengejek
"oh, kamu mau kemana? " tanya Lewis yang melihat tas besar Emily yang berada di pelukannya.
"aku datang kesini untuk menemui cinta ku tapi aku malah menemui pengkhianatan. Lucu bukan? ". jawab Emily dengan tertawa lepas seolah ia sedang bahagia meskipun wajahnya tidak menampilkan demikian.
" dunia sedang memainkan ku saat ini. " lanjut Emily
"oh maaf, aku salah mengatakan semua itu kepada orang yang tidak pernah dipermainkan oleh dunia. " ujar Emily dengan menutupi mulutnya yang terlihat pucat karena dinginnya udara saat ini.
"aku sangat iri kepada mu. tapi aku tidak mau seperti mu. " ujar Emily dengan mengangkat tubuhnya dari kursi yang telah lama ia duduki
"kamu mau kemana? " tangan Emily digenggam oleh Lewis
"jangan katakan kamu akan bunuh diri. jangan lakukan!" ujar Lewis
"aku tidak selemah itu". balas Emily. Emily memang sedang patah hati tapi untuk melakukan bunuh diri dia tidak pernah memikirkan sejauh itu.
" ikutlah dengan ku. " ucap Lewis menarik tangan Emily
"aku tidak mau. " cegah Emily dengan menarik tangannya
"ini sudah malam dan tidak baik perempuan seperti mu sendiri di jalanan. " ujar Lewis dengan menarik lagi tangan Emily dan memasukkan nya ke dalam mobilnya.
****
assalamu'alaikum semuanya
Terima kasih telah membaca novel ini dan mohon maaf jika masih banyak kesalahan.
untuk itu dukung author dong dengan meninggalkan jejak 👣👣 kalian caranya berikan LIKE VOTE KOMENTAR DAN SHARE novel ini.
Terima kasih🙏💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments