Jalan Takdir Kami "JIKA"
Setiap perjalanan memiliki batu kerikil yang menjadi saksi tersandung saat berjalan menapakinya. Begitu pula dengan hidup, tidak ada aspalnya namun berlika-liku.Hehe
Oh iya, aku adalah seorang pemuda desa yg hidupnya hampir sebagian besar ku habiskan disawah. Namun semangatku tak pernah pudar seiring dengan banyak hal yg aku butuhkan.Termasuk untuk ngerumat Mbah Kakungku.Oh ya ngerumat disini berarti merawat.
Namaku Yusuf Wicaksono, dan disini biasa dipanggil Ucup. Yah begitulah, entah kebiasaan atau bagaimana,orang desa sering memanggilku seperti itu. Aku pun tidak pernah membenarkannya, mungkin lidah mereka sudah terbiasa untuk memanggil sekenanya dan itu enak di lidah mereka.
Aku hanya hidup berdua dengan simbah ku. Orang tua ku meninggal. Beliau meninggal sesaat setelah terkena musibah bencana longsor. Beliau berada di wilayah diperantauan yang tempat tinggalnya masih banyak tebing-tebing curam. Mungkin karena hal itu Mbah melarang keras aku untuk pergi merantau.
Walaupun masih ada kerabat dekat disini, dan cucu beliau juga bukan hanya aku. Namun mereka tidak begitu dekat dengan simbah. Saat mereka datang ke rumah kami, mereka hanya sekedar berbincang sebentar. Apalagi melihat gubug kami seperti ini, mereka enggan menginap hanya sekedar untuk menemani simbah. Aku tau, rasa sayang simbah pada cucu-cucunya tidak ada yang beda. Namun rasa sayang mereka pada simbah yang kadarnya berbeda, membuat rasa nyaman itu teralih pada yang benar-benar tulus.
Kehidupanku memang layaknya mereka pada umumnya,yah walaupun disisi lain tetap ada perbedaan dalam segi ekonomi maupun pendidikan.Namun hidup siapa yang sangka, hidup penuh dengan keajaiban itu adalah suatu hal yang tidak mampu untuk kita deteksi dimasa mendatang.Dan entah kenapa hidup begitu dramatis ketika apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan apa yang kita ekspektasikan.
Mungkin hanya ada sedikit perbedaan tentang kepribadianku.Aku tidak banyak bicara jika dengan lawan jenis, dan entah kenapa gusti Pengeran memberikanku kelebihan yang aku sendiri tidak tau datangnya.
Mimpi yang tidak pernah aku sadari. Mimpi yang menjadi sebuah petunjuk, gusti menganugerahiku mimpi yang sangat ajaib. Walau kadang aku bingung sendiri, apa maksud dari mimpi-mimpi tersebut, dan harus memecahkan teka-teki itu sendiri. Atau bahkan menemui kejadian yang serupa dikehidupan nyata.
Mungkin karena garis keturunan.Karena setahuku Simbah bisa dibilang orang ampuh kalau orang Jawa bilang.
Akan ku ceritakan semua kisah ini dari awal hingga sampai penghujung.
Dari sinilah kisah itu berawal dan terjadi ditahun 2000.
...**************...
Hari ini matahari begitu terik,aku dan beberapa warga yg bekerja sebagai petani ataupun kuli cangkul,bekerja dengan riang dihiasi dengan candaan.
Sejenak aku minggir ke tepian sawah dengan tekstur tanah yg lembab namun masih bisa untuk diduduki.Disitu sudah lengkap dengan cerek beserta gelasnya.Pun juga dengan tempe goreng.Aku menuang sedikit air putih untuk menghilangkan dahagaku.
"Gimana Kang.. garapan sawahmu sudah selesai belum?"Tanya Rohim kepada Kang Parman.
"Belum Him.. lanjut besok lagi saja, lagian ini sudah mulai sore," sahut Kang Parman.
Menjelang sore satu persatu dari mereka, kang Parman, Rohim dan Ghofar lebih dulu berpamitan pada kami.
"Mbah,Cup,kami duluan ya.."
"Iya..monggo," kami menjawab dengan nada yg serentak.
Sore itu kami masih menikmati suasana sebelum senja datang bersama kumandang adzan. Masih duduk-duduk bersama Simbah dipinggiran sawah yang padinya sudah dipanen.
Aku terdiam sejenak tanpa sepatah katapun. Kala itu hatiku benar-benar sedang kalut. Segala sesuatu yang ku rencanakan entah kenapa hilang begitu saja.
"Mbah.. jenengan sudah se renta ini kenapa masih saja kuat dan kukuh untuk melakukan pekerjaan disawah. Ini kan pekerjaan yg berat?" Tanyaku pada simbah.
"Le.. Simbah itu sudah tua, dulu juga punya mimpi juga cita-cita. Sekarang mau apalagi mosok iya Simbah suruh jungkir jempalik kerja jadi buruh pabrik." Jawaban Simbahku mulai agak nyleneh.
"Ya bukan begitu Mbah, aku malu dengan usiaku yang masih muda,belum mampu untuk memberikan sesuatu yang berarti untuk Simbah. Aku ingin sepertimu Mbah, " Mataku mulai berkaca-kaca.
"Le,dadiyo awak lan pribadimu sendiri, karena apa,didalam aliran darah setiap manusia, mengalir pula takdir yg membawa ke arah manapun yg ia mau.Jadilah dirimu sendiri, karena baik buruknya yg keluar dari dirimu itulah hasil olah hati dan pikiranmu sendiri. Kamu tidak perlu memikirkan hasil,itu bukan wilayahmu Le.Sing tenang atimu!"
akupun terdiam untuk beberapa saat.
Dadiyo dalam bahasa Indonesia memiliki makna "jadilah".
Begitulah percakapan ku disaat senja menyelimuti, dan mataku mulai terpana dengan suguhan alam diwaktu maghrib. Sembari ku bersihkan sisa-sisa bercak lumpur yg masih melekat. Dan sayup-sayup mulai terdengar adzan maghrib berkumandang.
"Ayo Le, balik sekarang. Mandilah sesegera mungkin sebelum iqomah berkumandang!"
"Iya Mbah..." Singkat saja jawabku.
Tanpa basa basi ku guyur seluruh badanku yg sedari siang menjelang sore tadi sudah seperti mandi keringat.Cangkul yang ku letakkan didekat sumber air kecil yg mengalir seperti selokan,kini ku raih dan mulai ku langkahkan kaki bersama langkah beliau yg lebih dulu.
Beliau sering dijuluki sesepuh desa. Bagaimana tidak, segala sejarah beliau mengalami. Dari penjajahan, masa PKI hingga masa orde baru berlangsung ditanah Indonesia tercinta ini, beliau merasakan pahitnya hidup. Melihat darah yang mengucur dari tubuh para pejuang yang menjadi saksi, atas kemerdekaan bangsa ini. Getirnya ditinggal pergi oleh orang tuanya yang menjadi korban kekejian tentara Belanda.
Banyak orang yang datang pada mbahku untuk meminta tolong ketika memiliki hajat. Mereka sering meminta untuk dicarikan hari baik. Maklum didesa kami masih lekat dengan tradisi dan budaya Jawanya. Atau bahkan orang yang terkena santet, pernah juga datang ke rumah kami.
Tapi Simbahku bukan dukun lho ya. Beliau sering sekali sowan pada Kiyai sepuh di Magelang yang menjadi salah satu ujung tombak dari ribuan bahkan jutaan orang yang meginginkan negeri ini merdeka.
Oh iya, Mbahku bernama Sukiadi.Sapaan akrabnya Mbah Suki. Beliau pribadi yang kuat sekali tirakatnya. Entah ilmu apa yang dimiliki oleh beliau. Tetapi beliau selalu mengatakan ini padaku. "Le, gakpopo Simbah wae sing ngrasakke rekoso lan prihatin. Mugo suk anak putuku mulyo kabeh dunyo akhirat." Begitu kiranya kata simbah yang artinya "Le, tidak apa-apa Simbah saja yang merasakan susah dan prihatin. Semoga kelak anak cucuku mulia semua dunia akhirat."
Terkadang aku merasa merinding dan takut, disaat melihat simbah berbicara sendiri. Atau saat bersila, memejamkan mata tidak bergerak sama sekali, aku melihat sukma beliau sedang kelua, dan berada di alam lain. Menghilang begitu saja. Apa iya itu yang dinamakan ilmu ngerogoh sukmo? Sebenarnya untuk apa? Tetapi aku tidak menyangkalnya, jika orang jaman dahulu memang banyak yang sakti sampai dibacok aja nggak mempan. Kuat tirakatnya, kuat puasanya, dan masih banyak hal untuk menuju pendekatan pada gusti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Na Gi Rah
Iya aku mampir nih ke chenel Karyamu kak. Otwe mau imajinasi dulu sama cerita nya...😆
2022-08-17
0
Rini Antika
Aku mampir Kak, Salken ya, nanti bacanya nyicil, smg berkenan mampir jg ke ceritaku..🙏
2022-07-31
0
เลือดสีน้ำเงิน
assalamualaikum jejak dukungan ❤️
2021-10-11
1