Pertemuan Alam Mimpi

Bayang-bayang dimasa lampau masih saja menghantui bersamaan dengan waktu yg terus bergulir. Terbayang bagaimana dulu ditinggal Simbok beserta Bapakku merantau dan kini beliau malah sudah pergi selama-lamanya mendahului kami.

Malam itu aku pergi untuk mengikuti ronda malam dikampung ku. Di pos ronda ternyata mereka sudah menunggu. Sudah ada Ghofar, Pak Harun, Mbah Sidi, dan Kholil. Malam itu seperti biasa kami berlima sudah disuguhi cerek berisi kopi hitam yg aromanya begitu menggoda dan berbagai camilan.Bagaimana tidak jika waktu semakin larut dan hawa yang sudah mulai terasa menusuk tulang,kopi lah salah satu untuk menunda rasa kantuk. Yah.. walaupun kadang tidak ada efek sama sekali, kalau ngantuk yha ngantuk saja walau sudah ngopi. Memang dasarnya ngantukan.

"Oh ya kang, malam ini kok terasa beda sekali ya?" Gumam Kholil seraya ia menengok ke Ghofur.

"Lha beda gimana sih Lil?" Aku og biasa wae.

"Halah.. Wis to itu hanya perasaanmu saja Lil." Mbah Sidi nyelonong menjawab dengan nada menenangkan.

Aku hanya diam seribu bahasa,masih terlintas dengan penawaran Anton untuk pergi ke kota.

"Welahhh Cup.. Kenopo kok kamu ngalamun nggak biasanya?" Pertanyaan Pak Harun membangunkanku dari pikiran dan lamunan yg sedari tadi berputar-putar saja didalam otakku.

"Ah tidak apa Pak Har.. Aku hanya sedang berpikir tentang sesuatu saja." Jawabku tenang.

"Oh ya sudah, jangan ngelamun nanti kesambet .." Celoteh Pak Harun kembali menimpaliku.

"Iya Pak Har.. Oh iya tapi bener juga kata Kholil, malam ini emang agak beda. Dusun kita berasa sepi, yang biasanya jam segini masih pada tongkrong, nggak ada sama sekali warga yang ada diluar kecuali kita yang dapat jatah ronda". Aku pun mengalihkan pembicaraan.

Dan malam itu sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB.

Malam itu memang sunyi, hanya terdengar nyaring suara jangkrik.Aku sebenarnya agak merinding. Tapi aku mencoba untuk tetep terlihat tenang. Karena hawa-hawa seperti ini memang menjadi tanda-tanda.

"Ah opo sih Cup, gak usah nakut-nakutin gitu." Celoteh Ghofar seraya melirik ke aku.

Ia memang agak penakut orangnya. Sebenarnya punggungku mulai bergidik. Dengan keadaan badanku yg sebenarnya malam itu kurang fit. Aku putuskan untuk tidak ikut keliling bersama mereka.

"Ah sudahlah sana ikut keliling aja Far! Lagian kalau kau yang disini sendirian pasti takut. Nanti ngompol aku nggak bawa pempers. Haha.." Ejekku dengan gelak tawa penuh kemenangan.

"Asem kamu Cup.. Awas nanti ya, tak undang lelembut kesini biar kau tau rasa Cup." Balas Ghofar.

"Lah ngundang piye Far, awakmu wae wedi. Nek lelembute teko mesti goleki ne kowe Far. Hahaha.." (Lah manggil gimana Far kau aja takut. Kalau lelembutnya datang pasti nyanrinya kamu Far) Aku terbahak-bahak melihat Ghofar terlihat semakin kesal.

"Sudah-sudah, sekarang keliling ngronda wae daripada gak jelas gitu". Ajak Mbah Sidi.

"Aku disini aja Mbah, badanku kok sedang nggak enak buat keliling, aku jaga di pos sini aja Mbah". Sambil ku sruput kopi didepanku.

"Yho wis Cup, kita keliling dulu, kamu hati-hati disini sendiri ya, jangan lupa beli pempers, kalau kunti datang kamu nggak perlu repot-repot ke semak-semak. Haha.."

Gelak tawa mereka membuatku masih kuat untuk tetap di pos ronda malam itu.

"Haha.. Ah Pak Har jangan gitu, nanti tak kenalke sampean, sampean takut."

Hahaha..

Mereka tertawa bersama-sama sampai suara mereka lirih riuh hilang bersama kabut malam yg sudah mulai turun.

Dan aku mulai merasakan hawa-hawa dingin yg membuatku tak kuasa menahan kantuk. Aku memang dikenal sebagai sosok pribadi yg berani dengan hal-hal gaib. Jadi sendirian itu bukan menjadi masalah.Hmm agak sombong ya.

Malam itu tak terasa mataku mulai berasa berat, dan akupun tertidur. Entah kenapa malam itu aku begitu pulas tertidur dipos ronda. Mungkin karena badan sedang tidak fit dan kecapekan karena seharian sudah berada disawah.

Tak lama kemudian, muncul seperti lorong berkabut putih. Ya.. Ternyata aku sedang berada dialam mimpi. Semua begitu nyata, ditemui oleh sosok yg sudah tidak asing bagiku.

"Le, yen awakmu pingin selamet, ojo lungo!"

Ternyata sosok almarhum Bapak yg menemuiku dalam mimpi itu. Beliau sambil tersenyum dan memberi isyarat entah apa aku tidak begitu paham. Hanya kata-kata itu yg muncul sebagai pesan dari almarhum Bapakku lewat mimpi tersebut.

Lama setelah aku tertidur pulas, sekitar satu jam berlalu mereka sudah kembali dari keliling dusun kami.

"Cup.. Bangun Cup, ternyata malah tidur". Sambil menggoyang-goyangkan badan, Kholil membangunkanku.

Akupun kaget dibuatnya, ia membangunkanku dari mimpi itu. Aku masih malas untuk membuka mataku.Tetapi mereka semua sudah kembali.

"Hahh hmm.. Iya aku tertidur Lil" Jawabku seraya mengelus-elus mataku yg baru saja terbuka.

"Gimana Cup.. Ketemu sama kunti nggak?"

"Haha ah Pak Har baru aja aku bangun sudah diledek." Jawabku sambil ku tuang lagi kopi hitam ke dalam gelas kecil didepanku.

"Wiihh.. A**mbleg men turumu Cup". Mbah Sidi seakan ikut meledekku. Kalau dalam bahasa Indonesia Wihhh .. Pulas sekali tidurmu.

"Iya mbah, kalau nggak tidur, nanti semua makanan habis tak makan sendiri, gimana???"

"Yo wis bener ngono wae Cup." Ghofar ikut-ikutan nyeloteh. Kalau dalam bahasa Indonesia ya sudah benar gitu aja. Mereka tertawa bersama, bersamaan dengan malam yg sudah mulai larut.

Mereka masih asik ngobrol seputar malam yg begitu dingin dan sepi sunyi. Dan aku pun masih dengan pikiranku yang mulai mengingat-ingat lagi mimpi yg tadi jelas bahwa almarhum Bapakku menyuruhku untuk berhati-hati.

'Tapi apa ya maksud dari mimpi itu?' Gumamku dalam hati.

Malam semakin larut, waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Kabut pun samakin tebal, dan kami semua sudah merasa kedinginan. Maklum dusun kami memang termasuk dataran tinggi, jadi musim kemarau tiba ya malam terasa sangat dingin seperti di kutub.

Satu persatu dari kami pamit pulang. Pak Harun bersama Mbah Sidi mereka pulang bersama karena searah. Dan kami bertiga Kholil, Ghofar pulang bersamaku karena rumah kami juga searah.

"Cup.. Kamu merinding nggak sih?" Tanya Ghofar dengan nada agak takut. Dia memang agak penakut orangnya.

"Ah enggak.. Aku biasa aja Far.." Sebenarnya merinding. Tapi aku bilang saja tidak, daripada mereka berdua jadi parno.

Sambil berjalan kami mengobrol seputar sepak bola Piala Dunia. Kami begitu asik. Sampai tiba melewati semak belukar, punggungku mulai bergidik. Batinku, "Ini pasti akan ada sesuatu yang tidak beres."

Dan benar saja baru sampai setengah perjalanan dari semak belukar terdengar suara.

"Krreekkkk... "

Maklum kami pulang memang lewat jalan pintas agar cepat sampai rumah. Jadi ya minim penerangan.

"Apa itu Far..?" Tanya Kholil sambil menengok ke arah kanan disebelahku, mulai panik dia berjalan agak cepat.

"Gak tau aku Lil.. " Jawab Ghofar lirih dan sekenanya. Sambil ia melirik ke arah Kholil. Melihat ke kanan kiri sambil mencari-cari sebenarnya berupa apa sumber suara itu.

Mereka sudah panik. Aku hanya diam dan terus berjalan.

Dan tiba-tiba....

"Aaaaaaaa......... apa ituuuu." Ghofar menjerit kencang, saking paniknya dia lari sambil menarik celana Kholil. Alhasil celana Kholil melorot. Ghofar berlari kencang sampai terbirit-birit.

"Woyyy.. Asem kau Far,.celanaku melorot.. " Sambil membenarkan celananya dia menengok ke arah dimana tadi Ghofar terlihat panik takut dan akhirnya kabur duluan.

"Ada apa sih? Hmm, gitu aja takut.."

Dan benar saja, lima langkah kedepan, ia pun menengok.

" Cup.. Apa itu Cup? Pocc... poccc... "

Seketika ia menjadi gagap.

"Apa sih Lil??? " Jawabku dengan santai.

Tiba-tiba Kholil ikut lari.

Broookkkk...

"Auuuuu... Sial sekali aku malam ini, sudah jatuh bau apalagi ini?" Ia menggerutu sendirian.

Ternyata bau itu berasal dari kotoroan kambing.

Lagi-lagi aku sebenarnya ingin tertawa, tetapi kasihan mereka. Haha.

Kami melewati jalan yg masih banyak rumput liar, dan disitu terkadang ada warga yg mengangon kambingnya.

"Kau kenapa Lil? Kau baik-baik saja kan?" Dari jauh ku tanya kenapa si Kholil.

"Tidak Cup.. Aku tidak apa-apa. Aku duluan ya" Teriaknya sambil nafasnya terengah-engah.

Setelah mereka tak terlihat aku mulai sendirian. Ternyata benar kan, sesosok seperti permen sugus berwarna putih itu muncul tiba-tiba. Merinding bercampur dingin, aku melihat ke arah pocong itu berada. Lama-lama pocong itu menghilang. Aku pun mempercepat juga langkahku agar cepat sampai rumah.

...*********...

Warung Mbok Inah

Pagi harinya, Kholil meluncur menuju warung Mbok Nah yang legendaris itu.Pukul 09.00 dia sudah tongkrong ditempat itu.

"Mbok Nah kopi satu ya, sama mie spesial buat aku." Pinta Kholil.

"Iya, sebentar.." Sambil menata-nata Mbok Nah dengan sigap membuatkan pesanan Kholil.

Kebetulan dia adalah pelanggan pertama yang datang kesitu.Biasanya warung mulai ramai jam 10.Jadi masih lengang dan leluasa.

"Mbok Nah, katanya ada Gadis cantik di dusun sebelah.Aku dengar-dengar baru ramai diperbincangkan." Kholil membuka pembicaraan.

"Iyaa memangnya kenapa, jangan ngimpi Lil mau mendapatkan gadis itu." Mbok Nah meledek.

"Lah kenapa Mbok Nah??? Sepertinya banyak kok dari kalangan mana aja yang ingin memilikinya. Kan optimis Mbok Nah..Hehe" Kholil sambil cengengas cengenges.

"Lah dia keturunan darah biru, korelasinya banyak Lil. Ngimpinya jangan kejauhan. Dan kau kan tidak tau latar belakang keluarganya bagaimana." Sambil melirik ke arah Kholil.

"Ah Mbok Nah payah bukannya nyemangatin. Memangnya dia sebenarnya seperti apa Mbok Nah?" Kholil mulai penasaran.

"Ah sudahlah, kamu tidak perlu tahu Lil!"

"Yahhh.. Nggak asik banget Mbok Nah, masak nggak mau kasih tahu." Kholil cemberut.

"Haha biarin, biar kau ngimpinya nggak kejauhan Lil, yang deket-deket aja." Mbok Nah tertawa penuh kemenangan.

'Ah sudahlah, Mbok Nah kan penjual, bertemu orang banyak, mungkin dapat informasi dari orang-orang yang tahu persis bagaimana latar belakang gadis itu. Hmm aku jadi sangat penasaran.' Gumam Kholil dalam hatinya.

Beberapa saat kemudian, warung itu ramai pembeli. Sampai-sampai beliau terlihat kerepotan.

Yang tadinya masih lengang, kini menjadi riuh. Sambil menunggu pesanan ada yang baca koran, ada yang sambil merokok. Dan ada juga yang sambil ngobrol.

"Eh katanya ada gadis cantik didusun sebelah?" Tanya bapak-bapak berbaju merah pada laki-laki muda berbaju biru.

"Iya, katanya orangnya putih, bening, tinggi, pinter lagi."

"Sikat aja...Haha." Kata bapak itu sambil tertawa.

"Nah kan.. Tuh kan.. Mbok Nah dengar sendiri kan? Ahihi.." Ledek Kholil.

"Iiihhh.. sama aja, ngimpi jangan ketinggian." Mbok Nah hanya melirik.

Saat semakin ramai dan mulai kewalahan, datang seorang gadis berparas manis, tingginya sekitar 160cm. Rambutnya lurus tergerai indah.

"Mbok, aku bantuin ya.." Gadis itu menawarkan bantuan.

"Oalah kamu Nduk, pas sekali, Simbok kewalah, sini Nduk bantuin."

"Mbok Nah itu anaknya ya??? Emm cantik juga ya." Sahut Kholil sambil melirik genit.

"Awass ya kau macam-macam, jangan godain anakku!" Mbok Nah jadi melotot ke arah Kholil.

"Haha ah baru aja tanya udah dimarahin sih. Mbak namanya siapa???" Bertanya dengan nada genitnya.

"Hussssttt.. Sudah jangan dijawab nduk! Biarin aja."

"Gimana kalau anaknya Mbok Nah aja yang tak jadiin istri? Haha.." Kholil terkekeh-kekeh.

"Idiiihhhh... Ogah.." Jawab Mbok Nah singkat.

"Yeee Mbok Nah gini-gini aku pegawai tetap dikelurahan lho. Hmm.." Mulai menyombongkan diri dia. Hihi.

Sedangkan anak Mbok Nah hanya diam seribu bahasa sambil meladeni pesanan pembeli dan sesekali tersenyum kecil. Lesung pipinya, aduhai membuatnya terlihat sangat manis.

Terpopuler

Comments

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

👍🏻👍🏻👍🏻

2021-10-11

1

Wanda Harahap

Wanda Harahap

👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻

2021-10-05

0

syafridawati

syafridawati

aku mampir dengan like dan fav semangat saling dukung ya

2021-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!