"Ohh tidak ada lupakan itu." jawab Al menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Yura langsung masuk ke dalam kamarnya , dengan tersenyum merasakan debaran jantungnya yang tidak menentu.
Dia memandangi jaket Al yang ia gantung di dinding kamar, perasaannya sungguh merasa hangat.
"Kenapa jantungnya berdetak lebih cepat?" gumamnya pada diri sendiri.
...----------------...
Malam harinya Yura tengah makan malam bersama Ibunya.
"Lain kali tidak boleh naik motor itu lagi Yura, dan lagi jangan bergaul dengan preman seperti itu." seru Ibu Yinwei tidak suka putrinya bergaul dengan pria seperti Al.
"Ibu, dia mengikuti ujian SIM dengan baik, dan beberapa kali memenangkan lomba. dia bukan pria seperti yang Ibu bayangkan." bela Yura.
"Lalu kenapa kalau ikut lomba? apa bedanya dengan preman yang menabrak mati Ayahmu itu?" jelas Ibu Yinwei mengingatkan putrinya kembali.
Yura langsung terdiam menunduk, " Tapi tidak semua orang yang naik motor seperti itu Ibu. Al orang baik." bela Yura lagi.
Ibu Yinwei tidak menjawabnya lagi, mereka melanjutkan makan malam sambil diam dengan pikiiran mereka masing-masing.
...----------------...
Sementara itu orang yang tengah mereka bicarakan tengah selesai bergumul dengan seorang wanita cantik yang menjadi teman kencannya malam ini,
"Baiklah aku pulang dulu, kau sangat pintar membuatku merasa puas?" ucapnya lalu segera bergegas meninggalkan hotel kamar yang sudah di pesan wanita tadi.
Al baru saja sampai di kontrakannya, tiba-tiba saja dari arah samping ada yang memanggilnya.
"Al kau sudah pulang ?" tanya Prita yang sedari tadi telah menunggu kepulangannya.
"Kenapa kau bisa ada disini. ada apa mencariku.?" tanya Al datar lalu mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam.
"Kenapa kau berbohong padaku,?" tanya Prita kecewa. "Bukankah kau bilang tidak ada yang boleh naik motormu.? lalu kenapa Yura boleh?" tatap marah Prita pada Al.
"Karena tadi ada orang yang membullynya di kampus.!" jawab tegas Al.
"Jadi itu masalahnya kenapa kamu ikut campur?" Prita makin kesal
"Karena aku suka." jawab asal Al.
Membuat Prita semakin mendidih mendengarnya." Kau begitu mengawatirkannya?" tanya Prita kembali.
"Itu urusanku, sebaiknya kau pergi" Al mulai jengah dengan pertanyaan Prita.
"Lalu bagaimana denganku, aku terus menunggumu Al?" tanya Prita semakin meradang.
"Aku sudah bilang padamu, jangan menungguku bukan?!"
"Lalu kenapa kau mau tidur denganku.?"
"Karena waktu itu kebetulan aku tergoda olehmu, hanya begitu saja. kita melakukan atas suka sama suka, jadi kita sama-sama adil." jawab Al enteng sambil membuka pintu segera masuk ke dalam.
"Tapi aku serius padamu Al, aku tidak akan membiarkan Yura merebutmu." teriak Prita geram membuat Al tersadar.
"Ternyata kau orangnya? kau yang melakukannya?" Al menatap tajam Prita .
"Karena kau yang memaksaku, kau yang menyebabkan semua ini." jawab Prita sambil terisak.
Al berjalan kembali mendekati Prita, "Seharusnya kau tahu, aku seorang banj**n yang bisa berpacaran dengan sepuluh wanita sekaligus. kau sendiri juga mau jadi salah satu dari mereka bukan? tapi kini kuberitahu, Yura lain dengan sepuluh wanita itu. lebih baik kau jauhi dia." ucap Al panjang lebar menatap sengit Prita.
"Kau punya berapa banyak pacar, aku sama sekali tidak keberatan." Al merasa heran dengan jalan pikhiran Prita.
"Terserah bagaimana kau menilaiku, tapi aku hanya tidak suka dengan posisi Yura di hatimu. aku tidak tahan dengan Yura yang mencari perhatianmu, aku tidak tahan sakapmu berbeda terhadapnya. apapun caranya, aku tidak akan membiarkannya mendekatimu." Teriak Prita mengancam kemudian meningalkan kontrakan Al dengan terus menangis sepanjang jalan.
Al menatap kepergian Prita dengan bingung sambil mencerna ucapan dari Prita barusan, " Siapa yang berbeda pada siapa?" gumamnya pada diri sendiri kemudian menutup pintu dan berjalan untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum ia tidur.
...----------------...
Paginya Al mengunjungi tempat kerja Davin. karena hari ini dia tidak ada kelas jadi sahabatnya itu kerja part time. kerja pada saat pulang kuliah dan pada hari libur seperti sekarang. itu semua untuk membantu ekonomi keluarganya, dia anak pertama yang masih mempunyai dua adik yang masih kecil.
Al melihat Davin sedang melayani pembeli, dia menunggu di samping tidak terlalu dekat, setelah pembeli itu pergi Al mulai melancarkan aksi jailnya.
Tangannya hendak mengambil sepotong ayam yang sudah matang itu di dalam wadah, belum sempat tangan itu sampai, aksinya sudah kepergok oleh sahabatnya," Hei aku melihatnya." ucap Davin datar.
"Kau sungguh pelit pada sahabatmu sendiri," ucap Al sembari mengamati wajah Davin yang diam tidak bersemangat itu.
"Hei, kau tidak perlu bermusuhan dengan sahabatmu cuma gara-gara wanita." seru Al yang tahu raut wajah yang di tunjukkan Davin padanya.
Davin menghela nafas kasarnya, setelah mendengar ucapan Al barusan." Apa aku orang yang seperti itu?" tanya Davin tanpa menatap sahabatnya.
"Lalu kau sedang marah karena apa?" tanya Al sambil memakan ayam yang berhasil ia ambil.
"Lupakan, aku malas berbicara pada orang bodoh sepertimu." Al hanya diam saja tidak ingin menjawab perkataan Davin yang mengejeknya secara terang-terangan.
"Habis ini kau mau apa..?" tanya Al mengalihkan pembicaraan.
"Nanti aku masih ada urusan, aku mau pergi menjemput adik- adikku, kenapa?" tanya Davin balik sambil menatap Al.
"Kalau besok?" Al tidak mau menyerah.
"Kenapa memangnya..?" tanya Davin menatap curiga pada Al.
...----------------...
Keesokan harinya.
"Ayo ikut denganku," tanpa mendengar jawaban dari Davin, Al sudah menyeretnya pergi setelah kelas pertama usai.
Yura Al dan juga Davin saat ini sudah duduk di kafe, mereka masih saling diam sambil menyesap minuman yang mereka pesan.
Sebenarnya Yura dan Davin yang saling diam menunduk, sedangkan Al hanya memandang mereka secara bergantian.
Sebelumnya Al memang sudah mengajak Yura untuk bertemu, Yura tidak tahu kalau Davin juga ikut datang, yang sebenarnya ini semua adalah rencana dari Al.
"Bukankah kalian dulu teman satu kelas saat SMA.? tidakkah ada topik pembicaraan?" tanya Al mencairkan suasa.
"Terima kasih atas jusnya." ucap Yura basa-basi sambil menegakkan kepalanya.
"Jangan sungkan," balas Davin kaku.
Mereka kembali diam, membuat Al sangat gusar. " Bagini terus, lama-lama aku bisa ketiduran kawan." ucap Al yang memang sudah merasa mengantuk.
"Baiklah, Yura Davin menyukaimu, apa kau mau di kejar olehnya.?" to the poin Al langsung ke intinya.
"Alrick." tegur Davin tak suka.
"Kenapa, bukankah kau bilang kau menyukainya, apa itu bohong?"
"Tentu saja bukan" jawab Davin cepat.
"Berarti benarkan, kenapa tidak terus terang saja?" Yura masih diam mendengarkan mereka berdua.
" Tapi_
"Tapi apa?" Belum sempat Davin menjawab pertanyaan dari Al, Yura sudah lebih dulu membuka suaranya.
"Baiklah, maksudku aku dan Davin bisa mencoba berpacaran." ucap Yura sambil menunduk kembali.
Al sejenak menatap Yura tidak percaya, kemudian mulai tersenyum ikut senang atas mereka berdua. sedangkan Davin sudah senyum-senyum sendiri setelah mendengar ucapan Yura barusan.
"Baiklah, setelah ini bukan urusanku lagi, selamat Dude." setelahnya Al bangkit dan akan melangkah meninggalkan mereka berdua.
"Tunggu!" cegah Yura menghentikan langkah Al.
Yura mengambil paper bag yang berada di kolong meja, itu adalah Jaket Al yang ia bawa tadi sebelum kesana.
"Terima kasih, ini sudah aku cuci." ucapnya sambil menyerahkan paper bag itu pada Al.
Al hanya tersenyum simpul, sambil menepuk pundak Davin, "Kau yang membayar minumanku." setelahnya Al benar-benar melangkah pergi.
"Emm..kita akan memulai dari mana?" tanya Davin canggung.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
.
.
.
.
.tbc
Mohon dukungan dari semuanya yaa,, dengan cara beri like vote dan juga hadiah🌷🌷🌷🌷🌷
Terima kasih yang sudah mampir baca. love u all..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments