Setelah kelas usai Yura berjalan menuruni tangga, ia ingin cepat pergi ke gedung kesenian setelah ini.
Dari atas AL juga menuruni tangga dan melihat Yura, ia pun memanggil-manggil Yura sambil melangkah cepat.
"Yura tunggu dulu, Hei kau sudah mau pulang sekarang ya?" Tanyanya mencoba menghentikan Yura, lebih tepatnya sedikit memaksa.
"Aku akan pergi ke ruang kesenian," dengan berat Yura pun menjawab, walau dengan raut wajah yang sedikit ketakutan.
"Oh, kau anggota Klub kesenian? Berarti kita searah kalau begitu, aku juga ingin bermain basket di sebelah gedung itu, ayo kita barengan saja," Ajak Al mencoba untuk menggandeng tangan Yura.
Namun Yura langsung menjauhkan dirinya, "Tidak! Aku bisa pergi sendiri." tolak Yura dengan cepat ingin segera pergi dari pria yang ia cap pria nakal selama ini.
"AL, cepatlah semuanya sudah berkumpul." Panggil salah seorang teman AL yang mengajaknya bermain basket.
"Baiklah tunggu sebentar." Al kembali menatap ke arah gadis itu." Em, Yura apa kau punya uang? Bisa kau pinjami uang padaku sedikit ,aku pasti akan kembalikan, akan aku ganti dua kali lipat nanti." Ujar Al dengan nada begitu serius tanpa slengean seperti biasanya .
Dan Yura pun segera merogoh dompet di dalam tasnya, segera menyodorkan beberapa lembar uang pada Al tanpa berpikir panjang. Bukan karena ia sedang berbaik hati, bukan ya! Tapi, Yura hanya ingin segera lepas dari si pria nakal itu.
Masalah uangnya di kembalikan atau tidak, tidak jadi masalah asalkan tidak lagi bertemu dengan Al, begitu pikirnya.
"Eeh, tunggu pinjamkan ini juga padaku, terima kasih ya," Ucap Al sembari menarik tali rambut milik Yura berwarna hijau sebelum meninggalkan gadis itu yang masih mematung di tempat seraya terus menatapnya hingga menghilang dari pandangannya.
......................
*Di ruang klub kesenian
Yura dan beberapa mahasiswa lainnya tengah melukis dengan imajinasi mereka masing-masing.
beberapa mahasiswi sepertinya tengah asyik mengobrol di samping, memandangi beberapa mahasiswa pria yang tengah bermain basket di sebelah gedung itu.
"Hei kau sedang lihat apa?" Tanya salah satu siswi wanita kepada teman wanitanya.
"Lihat itu di lapangan basket, banyak pria tampan di sana." Jawab si wanita tadi.
"Itu AL sama Davin, pasti mereka lagi taruhan." Seru wanita yang bertanya tadi.
"Siapa pria yang tinggi, yang tampan itu, manis sekali pakek iket rambut berwarna hijau berpita pink begitu lagi, hihi," Seru kawan wanita lainnya seraya tertawa bersama yang lainnya.
"Yang itu namanya Alrick." Celetuk salah satu wanita dan mereka pun ikut tertawa bersama memandangi Al yang tengah tersenyum senang, entah karena apa di lapangan sana.
Terlihat Yura tidak ingin melihat, hanya mendengarkan obrolan dari mereka saja, dan meneruskan lukisannya tanpa terasa satu persatu mahasiswa pun meninggalkan ruangan itu.
...----------------...
Ada seseorang tanpa mengetuk pintu, masuk ke dalam ruangan kesenian, tampak mencurigakan ia juga mengunci pintu tersebut, berjalan mendekati Yura yang hanya seorang diri di dalam sana.
"Oh, Pak Kelvin, ada hal apa Bapak datang kesini,?" Tanya Yura menyadari kehadiran seseorang yang ternyata adalah salah satu Dosen, sembari merasakan tubuhnya yang gemetar karena takut, sebab hanya ada mereka berdua saja disana, tentu saja ia sangat was was.
"Tidak ada, aku hanya kebetulan lewat saja, ingin lihat-lihat disini, apa yang sedang kau lukis itu?" Sambil berjalan terus berdiri ke belakang tepat di kursi yang di duduki Yura.
Tangan dosen itu pun mulai menyentuh bahu Yura, dengan sangat lembut, Yura merasa terancam bahkan ia langsung merinding seluruh tubuhnya.
"Hmmmm...rambutmu wangi sekali Yura," Seru sang Dosen seraya memejamkan mata dan salah satu tangannya mulai naik merambah ke telinga Yura.
Yura hanya diam membisu tanpa bisa melawan, netranya memejam malah itu membuatnya mengingatkan kembali kejadian masa lalunya yang amat sangat buruk.
Saat tangan dosen itu akan mulai menjelajah turun ke dada Yura, Yura hanya bisa memejamkan matanya dengan erat erat menahan rasa takut dan gemetar.
Entahlah tubuhnya rasanya tidak bisa di gerakan juga dengan bibirnya yang seharusnya berteriak meminta tolong, walau ia tahu pasti tidak ada orang di sekitar gedung ini, mengingat hari sudah mulai gelap, pasti banyak mahasiswa yang sudah keluar dari gedung kampus.
Kllaakkk..
Tiba-tiba dari arah belakang ada suara kayu terjatuh di lantai, pandangan keduanya pun langsung tertuju ke arah tersebut.
"Sejak kapan bapak Kelvin berubah berkonsultasi ke klub kesenian.?" Tanya seseorang dengan tiba tiba, dan ternyata itu adalah Alrick menatap sinis ke arah keduanya, tepatnya ke arah sang Dosen.
"Kenapa kau bersembunyi-sembunyi?" Tanya guru Calvin dengan gugup tanpa menjawab pertanyaan dari AL, sedangkan Yura hanya diam membisu sambil mendengarkan.
"Aku tidak sembunyi -sembunyi Bapak, aku sangat terang-terangan, bapak mungkin lupa ada pintu barang di belakang sana, sangat dekat dengan lapangan basket." Jelas Al bicara dengan tenangnya.
"Kau bukan anggota klub kesenian, untuk apa kau datang kesini?" Dosen itu pun mulai gusar dan salah tingkah.
"Jadi karena bukan anggota, tidak boleh masuk kesini begitu Pak? Padahal aku mau bergabung dalam klub ini." Al masih dengan datar berbicara.
"Lupakan saja! Selain olah raga kau tidak bisa melukis." Semakin gelisah saja sang Dosen.
"Oh, belum tentu Pak, mungkin aku punya sisi yang belum di ketahui oleh orang lain, tak kusangka Guru bahasa inggris yang perhatian, baik dan tampan ini juga bisa melakukan pelecehan terhadap mahasiswinya." Celetuk Al sambil berjalan perlahan menghampiri keduanya.
"Jangan sembarang bicara kamu, aku akan menuntutmu karena telah menghina seorang guru." Elak Calvin kalang kabut, walau dirinya berusaha tenang.
"Pak jangan buru-buru mengancam orang, aku hanya mengumpamakan saja kok." Jelas Al lagi.
AL meraih sebuah cutter di atas meja dan melanjutkan langkahnya, sambil memainkan cutter itu maju mundur sehingga mengeluarkan bunyi yang sangat nyaring.
"Ke-napa kau bawa itu? Kau mau apa?" Calvin mulai terbata bicaranya karena sedikit ketakutan.
"Aku tidak mau melakukan apa-apa," Jawab AL sambil terus berjalan pelan.
" Aku hanya ingin,," Al mengambil pencil di dekatnya." Meraut pencil saja, aku tidak mungkinkan menggunakan alat ini untuk mencoret wajah bapak yang alim dan jujur itu." Semakin sinis saja pandangan AL tertuju pada Dosen Calvin.
AL berjalan terus mendekati mereka, suasana menjadi sangat menegangkan, membuat dosen itu pun berangsur mundur ke belakang, Yura yang melihat AL membawa benda tajam pun langsung beranjak dari tempat duduknya bermaksud menghadang AL, membuat kursi itu pun mengeluarkan bunyi gesekan yang cukup keras.
"Kau sudah gila, benar-benar sudah gila, aku malas meladeni mahasiswa yang seharusnya sudah berhenti." Dengan ancang-ancang Dosen Calvin itu pun berlari keluar dari ruangan tersebut.
"Yah, payah! Tidak seru aahh, baru saja akan memulai permainan sudah mengalah duluan." Seru Al sambil melemparkan cutter tersebut ke sembarang arah. "Dan kau bodoh sekali membiarkan orang seenaknya memegangmu, tapi kau malah tidak menodong uang sepersen pun padanya." Yura hanya diam membisu menahan tangisnya.
"Apa kau tidak suka? Kalau tidak suka jangan lemah seperti ini, lemah tidak ada gunanya teman, dan lihat ekspresi wajahmu ini hanya akan membuat orang lain melakukan hal yang lebih jauh lagi padamu." Lirih Al berjalan lebih dekat pada Yura yang masih berdiri di tempat.
AL sebenarnya masih sangat kesal melihat ulah dosen itu tadi, dia mulai melihat-melihat sekeliling ruangan ,lalu pandangannya melihat gambar di depannya.
"Waaahhh, apa kau yang menggambar ini, sangat mirip sekali, seperti nyata ya!?" Serunya takjub saat melihat lukisan Yura.
AL mulai tertegun menatap lukisan bayi yang sedang di peluk oleh seorang Ibu dengan kasih sayang.
"Apa kau menyukainya,?" Tanya Yura karna melihat raut wajah AL yang berubah berbinar entah tengah memikirkan apa.
"Yaaa aku suka, aku jadi teringat pada Ibuku." Jawab Al saat mengingat kenangan masa lalunya.
"Kau boleh simpan untukmu, kalau kau suka." Yura berbicara sambil menunduk.
"Boleh untukku?" Tanya Al tidak percaya.
"Yaa kenapa tidak, tapi ini belum selesai, aku akan segera menyelesaikan terlebih dulu. " Jelas Yura, memang ingin memberikan lukisannya jika itu di sukai oleh Al, anggap saja itu sebagai rasa terima kasihnya karena sudah di tolong dari sang Dosen mesum.
"Baiklah kalau itu tidak membuatmu keberatan. Oh, iya ini aku kembalikan uangmu, yang aku pinjam tadi, sudah ku ganti menjadi dua kali lipat sungguh." Sambil menyerahkan gulungan uang yang di iket tali rambut milik Yura ke dalam telapak tangan gadis itu.
"Tidak, aku tidak keberatan sama sekali, malah aku suka, mungkin juga kalau sudah habis menggambar akan aku buang setelahnya." Terang Yura seraya memasukkan gulungan uang itu ke dalam tas.
"Sayang sekali kalau di buang, Baiklah, aku pulang dulu yaa.. Terimakasih atas pinjamannya tadi." Pamit Al yang langsung keluar lewat pintu belakang yang ia lalui sebelumnya, tak lama ia kembali berbalik ke arah Yura. "Cepatlah pulang jangan sendirian di tempat yang sepi, bye teman." Ucap AL lagi setelahnya meninggalkan Yura yang masih diam saja.
Yura hanya memandangi punggung AL sampai benar-benar menghilang dari balik pintu.
Yura pun mulai mengemasi barang-barang miliknya dan bergegas untuk segera pulang, mengingat lagi pesan dari AL barusan untuknya.
.tbc
Mohon dukungan dari semuanya yaa,, dengan cara beri like vote dan juga hadiah🌷🌷🌷🌷🌷
Terima kasih yang sudah mampir baca. love u all..💓💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments