"Begitukah Pah?" tanya Allana.
"Iya sayang!"
"Papa yakin tidak akan terjadi sesuatu? Papa kan laki-laki,....!" pertanyaan Allana terhenti karena di potong oleh Damar.
"Normal? ya Papa memang laki-laki normal! Papa sudah katakan, hubungan kita hanya sekedar Anak dan Ayah walaupun kita terikat dalam pernikahan," ucap Damar, Lalu ia kembali meyakinkan Allana.
"Apa Papa jamin, tidak akan berbuat macam-macam terhadap Lana?" tanya Allana dengan sangsi.
"Papa jamin dan Papa yakin! kita hanya akan tidur bersama, karena Papa tidak ingin meninggalkan Lana seorang diri, Papa sayang Lana. Papa tidak ingin Lana terus-terusan bersedih dan meratapi kepergian Mama! Papa pun akan merasa lebih baik saat berada di sisi Lana, karena Papa merasa sudah membuat Mama bahagia, dengan cara menjaga, menyayangi serta melindungi Lana, sesuai permintaan Mama sebelum ia pergi." Damar berucap dengan kesungguhan.
"Boleh, Lana memikirkannya sejenak?" tanya Allana.
"Oh silakan, ingat! Papa tidak akan berbuat apapun dan menuntut hak sebagai suami, hingga Lana sendiri yang akan meminta hak nya papa sebagai suami Lana, namun Papa akan tetap menafkahi Lana, dan Papa berharap pernikahan kita ini untuk selamanya." ucap Damar dengan penuh harap, sembari berdiri dan melepaskan perlahan tangan Allana dari genggaman nya, lalu ia kembali ke sofa dan setelah duduk sejenak ia merebahkan tubuhnya.
Lima belas menit berlalu, Allana masih tidak bergeming dari tempat nya, Damar mencoba untuk tidur, perlahan-lahan Damar mulai terlelap walaupun masih mendengar samar suara orang mengobrol dari ruang tengah. Ayah dan Ibu Damar memang menyuruh Damar beristirahat karena ia terlihat lelah.
"Pah!"
"Pah!"
"Papa!"
"Heuh! Astagfirullah ...." Damar terkejut saat Allana membangunkan nya. "Sayang! hooh ada apa?" tanya Damar dengan mata yang sayu karena menahan kantuknya dan ia tetap dengan posisi tidur miring.
"Tawaran Papa untuk bobo bersama, masih berlaku? boleh kah malam ini Lana bobo dengan Papa?" tanya polos Allana, kelakuan nya begitu terlihat menggemaskan dan lucu Allana memeluk dua buah bantal dan menyeret selimut yang nampak sedikit kewalahan karena selimut yang besar dan tebal.
"Ouuhh! ofcourse, mari ke tempat tidur! Papa sudah sangat mengantuk," ucap Damar dengan mengusap wajah nya.
"Lana ingin tidur di sini, sepertinya sofa ini cukup untuk kita berdua," ujar Allana.
"Emm, baiklah! sini." ajak Damar dengan menepuk lengannya, Karena posisinya Damar masih tertidur dengan miring.
"Ini untuk Papa," Allana menyodorkan bantal pada Damar. "Ok, terima kasih," Damar meraih bantal dari tangan Allana dan menaruhnya di bawah kepala. "Koq masih berdiri, ayok bobo, biar lengan Papa yang akan menjadi bantal untuk Lana," ucap Damar.
"Iya Pah!" Allana menjatuhkan bantal nya, lalu dengan perlahan karena rasa ragu dan canggung ia duduk di sofa dan menatap Damar.
"Kenapa lagi? mari bobo! kita harus memiliki stamina untuk esok," gumam Damar karena kantuk nya dan suara Damar terdengar seksi di telinga Allana.
"Baik Pa!" Allana merebahkan tubuhnya di sisi Damar dengan sedikit risih karena tidak terbiasa, ia berbantalkan lengan Damar dan Allana menarik selimut untuk menutupi dirinya dan Damar, karena cuaca malam ini begitu dingin.
"Dugh!"
"Awssh!"
Ringis Damar, ketika pergerakan Allana menyenggol area pribadi nya agak keras.
"Papa kenapa?" tanya Allana masih dengan nada polosnya.
"Tidak!"
"Heuh tidak apanya? pergerakan Lana sudah membuat si Imin terusik! hadduh sampai kapan Aku dapat menahan Iman, kalau si Imin akan sering terusik oleh gerakan Lana saat kita berdekatan begini?" gumam hati Damar.
Jantung Allana berdebar lebih cepat saat tangan kokoh Damar melingkar di perut nya. "Hufff ternyata rasanya seperti ini di peluk seorang laki-laki," batin Allana.
"Oh God! menegangkan, begini yah rasanya memeluk seorang perempuan, apakah jika Vianny masih ada, rasanya akan seperti ini juga? atau akan berbeda? ah Vianny tubuh nya lebih tinggi ya maklum walaupun ramping dia wanita dewasa! sedangkan Allana seorang ABG dan tubuh nya lebih mungil, tapi pas di dalam pelukan ku! eits Damar apaan sih! kamu hanya menganggap Allana anak mu! tidak lebih, hemmm iya!" batin Damar seolah sedang berperang asumsi.
"Pah ...."
"Sayang ...."
Damar dan Allana memanggil satu sama lain secara berbarengan.
"Hehe .... Ladies first," ucap Damar. Mereka sama-sama mengekeh canggung. Hembusan nafas Damar menyapu telinga Allana, ketika berbicara dan membuat Allana merinding di barengi dengan hawa panas pada sekujur tubuh nya.
"Papa dulu!" suara parau Allana karena menahan glenyar aneh pada dirinya yang belum pernah ia rasakan. Selain dari gesekan tubuh yang menimbulkan hawa panas, sesuatu yang mengeras di balik celana Damar sedang menekan bagian belakang Allana tanpa Damar sadari karena jarak yang menempel, namun Allana dapat merasakan nya.
"Baiklah! apa tidak sebaiknya kita pindah ke atas tempat tidur saja," ajak Damar.
"Di sini saja Pah! Lana takut lihat kasur," bisik Allana.
"Takut?"
"Iya, takut Papa akan khilaf! kalau di sini kan sempit," jawaban jujur dari Allana dan membuat Damar kembali mengekeh.
"Tidak sayang! kecuali kamu yang mengizinkan Papa agar khilaf," goda Damar dengan bergumam dan tersenyum di ujung bibir
"Tidak di izinkan!" pekik Allana sembari bergerak dan lagi-lagi dorongan bagian belakang Allana menekan bagian inti sensitif Damar yang tentu saja kembali membuat Damar meringis menahan linu.
"Malam pertama di malam kedua, Harus nya malam kedua ku dengan Vianny. Namun justru malam pertama dengan istri yang berbeda, aaarrggghh! tahan Mar! yang di tahan itu, biasanya ending nya lebih yahud! hehe," batin nakal Damar.
Dengan susah payah karena menahan perasaan aneh pada diri masing-masing. Mereka pun memaksakan untuk terlelap, walaupun butuh waktu lama dan perjuangan menahan iman karena Imin yang terusik!
***
Hari ke tiga,
Damar pamit kembali pulang dari Bandung ke Jakarta, karena pekerjaan yang tidak dapat ia tinggal seenak nya! maklum Damar bukan Bos perusahaan, ia hanyalah manager di tempat nya bekerja.
Dalam perjalanan ....
"Sayang, begini rencana untuk kita kedepannya yah! jadi hingga tujuh hari mendatang kita akan mengadakan acara tahlilan di rumah peninggalan Mama! di Bandung tetap berlanjut juga. Lalu, setelah tujuh hari, kita akan pindah ke rumah Papa! dan sebaik nya rumah peninggalan Mama di sewakan saja, untuk mobil, itu terserah Lana, mau di apakan. Karena Papa tidak mau memiliki nya ini hak kamu sebagai peninggalan dari Mama mu," ujar Damar.
"Pah! dapatkah kita tetap tinggal di rumah Mama?" tanya Allana. Sepertinya ia berat meninggalkan rumah itu.
"Maaf sayang! sepertinya tidak bisa! karena Papa tidak mau mengambil sesuatu yang bukan hak Papa," jawab Damar.
"Loh kan itu sudah menjadi milik Lana, berarti Papa juga ber hak tinggal di sana!" ujar Allana.
"Hemmm .... nanti kita bicarakan lagi yah! yang pasti kita harus tinggal di rumah Papa! sebagai bentuk tanggung jawab dari seorang kepala keluarga! Lana mau kan?" tanya Damar.
"Bagaimana baik nya saja Pah! toh saat ini hanya Papa yang ada di hidup Lana, jadi apapun keputusan Papa, maka Lana harus setuju," ucap Allana pesimis.
Damar menarik nafas nya dalam, karena ia merasa Allana sedang mengintimidasi dirinya dengan kata-kata terakhir nya.
Keadaan pun hening. Damar memilih diam dan mengalah. Nanti akan ia jelaskan kembali kepada Allana tentang tempat tinggal dan lain nya. Untuk saat ini mereka sedang dalam perjalanan dan diri nya sedang mengemudikan mobil. Damar mencoba membuat mereka tenang, agar perjalanan tetap aman.
Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
FAH'AISY
syuka ceritanya...
bagus
2022-06-16
1
mbak i
nakal juga ya si papa pikirannya😁😁😁😁
2022-03-02
1
Ratna_Raina2039
Kk, maaf, menurutku kata "bisa tidak'' lebih baik dr pada kata "dapatkah" telalu kaku kalo pake kata "dapatkah"....
Maaf bukan maksud gimana cuma mau kasih saran aja, maaf
2022-03-01
1