(Tolong komentar dan kesan2 nya agar dapat di perbaiki)🤗
"Mama ...ini Lana Mah!"
Allana berlari dan menerobos begitu saja masuk ke dalam ruangan ICU.
"Maaf Dik! tidak boleh masuk, ruangan ini harus kondusif." cegah salah satu perawat anestesi.
Tidak berapa lama Dokter anestesi pun keluar dari ruangan.
"Saya Putri dari orang yang sedang Anda rawat!" balas Allana.
“Dok! tolong izinkan putri saya, menemui Ibunya,” pinta Damar yang menyusul Allana dan melihat Dokter Anestesi baru saja hendak ke luar ruangan.
"Baiklah! tolong untuk tidak bergaduh dan tidak dapat berada lama di dalam ruangan," ucap Doker anestesi.
"Sayang, masuklah! Papa menunggu di luar bersama Kakek dan Nenek! Jika butuh Papa segera panggil Papa," ucap Damar dengan lembut dan menenangkan.
Dengan mengangguk pelan Allana pun masuk ke dalam ruangan tersebut! Damar menuggu nya di balik pintu yang telah tertutup.
"Ma! Mama ini Lana! Mama ...." panggil lirih serta getar suara Allana, ia kembali terisak saat melihat kondisi sang Mama.
Vianny tergolek lemah di atas ranjang pasien, terlihat Wajah yang tidak lagi sempurna, entah seperti apa keadaan tubuh Vianny! Karena ia nampak lemah dan tidak bergerak di balik selimut tipis yang terbentang hingga dada.
"La-na! ma-maaf-kan Ma-ma! Ma-ma ing-ngin La-na ba-ha-hagiaa ...."
"Ma .... cukup jangan bicara lagi! Mama masih lemah! Lana akan menemani Mama di sini! Mama, harus segera pulih, kita pulang sama-sama."
"Ti-dak Nak! to-long, pang-gil Papa Damar, Ka-kek dan Ne-nek, ser-erta Om Arwan!" Nafas Vianny tersengal dan bicara dengan terbata. Ada rasa sakit luar biasa yang ia rasa seperti nya.
"Tapi Mah!"
"To-long!"
Nada yang begitu memohon dari Vianny. Allana mengangguk dengan cepat! Ia segera berlari memanggil Damar.
Setelah petugas Anestesi mengizinkan mereka masuk secara bersaman karena paksaan Damar, maka keluarga itu kini berkumpul di hadapan tempat tidur Vianny.
"Ada apa sayang?" Damar bertanya dan menggenggamn tangan Vianny.
"Mas! maafkan A-ku! Pak-Bu, Wan! To-long jagg-ah ja-ga Allana un-untuk ku! Se-mu-a aa-set ku, di no-natries to-long di u-rus dan Ce-ceraikan Aku Mas! se-te-lah nya! ! ni-ni-kahi Allana se-se-ka-rang!" Vianny menyelesaikan kata-katanya dengan susah payah.
"Tidak Vy! Kamu ngomong apa sih? Aku tidak mau, kita menikah baru kemarin masa Aku harus menceraikan mu!" Ujar Damar dengan menangis.
"To-long Mas! hanya de-ngan ka-mu me-me nikahi Allana, Aku akan pergi dengan te-tenang, Ya Allah ...."
"Vy, tidak! Kamu akan pulih dan Aku akan mendampingi mu hingga pulih." Damar Kembali tergugu dengan isak tangis yang makin deras.
Allana bersandar lesu di sisi tempat tidur pasien dengan air mata terus mengalir.
"La-na .... se-se-telah Ma-ma pergi! ja-dilah Istri yang ba-baik untuk Pa-pa dan baik-baik lah de-dengan Ka-kek dan Ne-nek! Bu .... Pa, wan! sa-ya ti-tip Lana!" Ucap Vianny kembali. Ia menitipkan Allana pada mertua dan Adik nya Damar.
"Vy, kuatkan dirimu, kembali lah membaik!" belai lembut Ibu nya Damar.
"Iya Vy, kamu akan kembali membaik, selama kamu dalam perawatan. kami akan membawa Allana pulang,tidak perlu khawatir," Ayah Damar ikut menyemangati Vainny.
"Tidak! Mas .... ce-pat cera-i-kan aku sekarang! A-ku su-sudah tidak tahan, ah! Allah .... Mas!" Nafas Vianny tersengal lebih kuat dari sebelumnya.
"Vy! Baiklah kalau itu mau mu!"
Vianny tersenyum dalam kesakitan. Damar menatap nya iba dan beberapa kali ia menarik nafas dalam untuk menguatkan dirinya.
"Mama! tolong jangan begini," Allana memeluk nya.
"Mar! yakin?" tanya Ayah nya.
"Yakin Pak!"
Ibunya Damar, mengelus bahu Damar pertanda sedang menguatkan putranya.
"Vianny .... Saya talak kamu!" Damar menganga tidak percaya atas kata-kata yang telah ia lontarkan dan setelah nya ia menutup mulut nya dengan punggung tangannya. Damar menangis kembali dengan nafas tak beraturan karena menahan emosi.
"Te-terimakasih Mas!" ucap Vianny dengan tersenyum dan nampaklah kelegaan pada manik matanya.
"Nikahi Lana dengan segera setelah kepergian ku Mas! Saat ja-sad ku belum di kebumi-kan, Aku ikh-ikhlas .... Maaf kan Ma-ma Lan-na!"
"Mama .... hiks .... hiks ...."
"Berjanjilah kalian akan menikah," pinta Vianny dengan masih terbata.
Hemm .... Damar menghela nafas dalam. "Baik, Aku berjanji," ucap nya dengan terpaksa.
"Nak!" Vianny menatap Allana.
Allana menutup matanya sejenak. Lalu membukanya kembali dan menatap Vianny dengan sendu. "Lana janji Mah!" kata-kata yang terlontar pun terdengar pelan.
Vianny meraih tangan Damar serta tangan Allana, setelah itu ia menautkan tangan keduanya di atas perutnya, ia genggam kedua tangan itu dengan kedua tangan nya.
Tanpa bicara, Vianny tersenyum sempurna. Satu tarikan nafas cukup dalam, dibarengi dengan lafaz Allah, Vinny menghembuskan napasnya untuk terakhir kali.
"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah."
Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah".
"Laaillaha Illalahu."
"Allahuakbar."
Lep! Setelah kata-kata terakhir nya Nafas Vianny hilang di ujung tenggorokan, alat monitor detak jantung berbunyi panjang dengan nyaring, pertanda jantung berhenti berdetak dan suaranya memekik telinga, menggema di ruangan tersebut, tak berapa lama menyusul jerit pilu dari Allana.
"Mama .... Mama ....! Mama bangun! Lana masih butuh Mama."
"Dokter .... dokter! tolong dokter!"
Damar berlari keluar karena bel yang ia tekan tidak berfungsi. Damar berteriak memanggil dokter. Beberapa detik kemudian team dokter pun dengan sigap berlari masuk dan memeriksa Vianny dengan sebelum nya mereka meminta Damar dan yang lain nya Keluar.
"Pah! Mama ...." ucap lemah Allana bersandar di pelukan Damar.
"Sabar sayang! Mama akan baik-baik saja!" hibur Damar meyakinkan Allana.
Dokter pun segera melakukan pertolongan pertama menggunakan alat Defibrilator (alat kejut jantung) namun hasilnya nihil.
Lima belas menit kemudian team dokter pun keluar ruang ICU dengan wajah-wajah lesu dan penuh penyesalan.
"Bapak! Ibu, mohon kuatkan diri kalian, maafkan Kami! Kami sudah berusaha dengan sebaik mungkin, namun Allah berkehendak lain! Ibu Vianny tidak dapat kami selamatakan, Kami turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas kepergian Ibu Vianny." Dokter berusaha berbicara dengan setenang mungkin.
"Innalilahi wa innailaihi Rodjiun." ucap mereka serempak.
"Mama .... tidak! Mama .... lalu Lana akan hidup bersama siapa? saat ini Lana sebatang kara Mah!" jerit pilu Allana dan ia menerobos ke dalam ruangan ICU.
"Mama bangun, Mah!" jerit histeris Allana terdengar hingga luar ruangan ICU berusaha membangunkan Vianny walaupun itu tidak mungkin, karena Vianny telah berpulang ke Rahmatullah.
Hampir satu jam Allana menangisi kepergian Mama nya. Di sela duka dan kesedihan nya Damar sekuat mungkin menengkan Allana.
"Sayang! sudah ikhlaskan Mama mu! ini sudah menjadi kehendak yang kuasa, kita harus segera membawa nya pulang dan mengebumikan Mama mu, namun sebelum itu, kita harus menikah, penghulu sebentar lagi tiba." bujuk Damar, dengan terus berusaha tegar.
Damar pun merasa ini bagaikan mimpi. Tidak percaya, dua hari berturut-turut ia harus mengucapkan ijab Qobul untuk Ibu dan Anak.
"Haruskah kita lakukan Pah?" tanya lirih Allana.
"Tentu! kita harus melakukannya, bukankah tadi kita sudah berjanji pada Mamamu!" ucap Damar lirih.
Hingga satu orang penghulu dan dua orang saksi masuk ke dalam ruangan tersebut. Di ikuti dokter dan kedua orang tua Damar serta Adik nya.
"Sudah siap?"
"Insya Allah."
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
mbak i
😭😭😭😭😭
2022-03-02
0
Mamah DevaniRaihan
knpa harus buru2 atuh nikah ny kan ntar2 bisa atuh authoorr
2021-09-28
1
Masiah Firman
aaah damar dpt gadis.muda umur 17 thn 😀
2021-09-20
0